DANISWARA

24.8K 2.2K 48
                                    

"Dek, udah, ngapain nangis sih? Aneh."

"Mbak gak tahu perasaan aku gimana! Mbak gak tahu posisi aku sekarang gimana," balas wanita yang dipanggil 'Dek' itu dengan kesal. Wajahnya basah karena air mata.

"Tahu dong. Kamu sedih. Terus posisinya sekarang lagi duduk madep cermin meratapi nasib," ujar wanita yang dipanggil 'Mbak' tersebut. Tatapannya sama sekali tidak menunjukkan rasa simpati.

"Aku gak tahu Mbak, Mas, sama Papa bakal setuju gitu aja buat jodohin aku sama pilihan Mama!"

"Gak ada ruginya. Mama tahu yang baik buat kamu," balas sang kakak.

"Gak ada yang tahu! Aku gak cinta sama dia! Aku gak ada perasaan apa pun! Aku gak kenal!" jeritnya frustasi.

"Pelan kan suara kamu, nanti kedengaran sampai bawah," kesal kakaknya.

"Lihat aja, aku bakal minta cerai secepatnya!"

"Halah," ejek sang kakak sembari membenarkan posisi duduknya di sofa.

Pintu kamar terbuka dengan pelan. Seorang wanita masuk sembari menggendong bayi gembul yang tengah rakus minum susu dari botolnya.

"Olin, Mbak titip bentar ya, dia rewel sama Mas Barra," pinta wanita itu.

"Sini, sini. Kenapa kamu berulah, hm? Mau cari perhatian ya? Mentang-mentang di bawah lagi ramai," ujar Olin sambil menciumi pipi gembul keponakannya.

Pintu kamar kembali tertutup dan Olin menatap adiknya yang masih menangis. "Lihat deh, ada yang sedih. Kacian anet dia. Huhuhu..."

"Mbak!"

Olin terkekeh. Anak Barra yang bersandar padanya tampak menikmati pemandangan seorang wanita menangis di depan sana.

"Dek, dia lihatin kamu terus loh. Kayaknya dia heran, kok ada badut lagi nangis," ejek Olin.

"Diem deh, Caroline! Nyebelin banget," kesal adiknya.

Olin semakin terhibur. Pintu kamar kembali terbuka dan kini masuk ibunya beserta Bebel, istri Barra.

"Astaga, Danti! Kenapa make up nya hancur begitu?!" jerit ibunya dengan mata melotot.

"Aku gak mau nikah! Aku gak mau, Ma!"

Sang ibu, Ane, menatap kesal pada putrinya yang tengah duduk santai dengan bayi gembul di pangkuannya. Ane mendekat dan mencubit lengan Olin membuat wanita itu meringis sehingga bayi di pangkuannya ikut mendongak dengan bibir berhenti menghisap botol susu di tangannya.

"Ma!"

"Kamu gak bilang?" tanya Ane.

"Apa?"

"Calon suaminya?" Ane melirik Danti, putri bungsunya yang sudah resmi menikah hari ini.

"Gak."

"Ya ampun, Caroline! Kamu benar-benar ya! Lihat adiknya nangis begitu bukannya dikasih tahu malah diam aja. Anak Abiyan ini minta dimasukin perut lagi," omel Ane.

Ane mendekati Danti, lalu berdecak kesal karena make up putrinya sedikit berantakan. Meskipun ini make up dari MUA kondang nan mahal, tetap saja bakalan luntur kalau Danti mengusapnya dengan kasar pakai tisu. Belum lagi bulu mata yang terpasang sudah dicopot sebelah oleh wanita itu.

"Kamu kalem dikit, bisa gak sih, Dek! Nyebelin deh," gerutu Ane.

"Bel, panggil MUA nya suruh benerin ini muka jeleknya Danti," suruh Ane pada menantunya.

Bebel mengangguk, lalu meninggalkan kamar Danti untuk ke kamar di hadapannya. Ada tim MUA yang menangani Danti di dalam sana tengah berbincang dan mengecek kembali peralatan make up mereka.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang