EMYR END

22.4K 2K 147
                                    

Emyr menunggu kedatangan Eleanor yang katanya masih di jalan menuju kemari. Ia akan memeriksa keadaan wanita 25 tahun itu. Emyr masih terus berpikir kalau seandainya Eleanor benar-benar hamil, maka itu akan ia jadikan senjata untuk mengikat wanita tersebut dalam pernikahan. Emyr tidak peduli dengan orangtua Eleanor yang menyebalkan.

Pintu ruangan Emyr diketuk dua kali, lalu seseorang membuka pintu itu dan tersenyum pada Emyr. Ia melangkah masuk, kemudian memilih duduk di sofa.

"Ada apa, Mel?" tanya Emyr dengan dahi berkerut.

"Aku hamil."

Emyr beranjak dari duduknya. Ia mendekat dan duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa wanita yang ia panggil 'Mel' itu.

"Miko tahu?"

Mel menggeleng pelan seiring senyum di bibirnya yang memudar. Mel ingat betul bagaimana Miko mengusirnya karena tidak percaya kalau janin di kandungannya adalah miliknya.

"Bangsat. Dia kenapa sih? Bukannya kalian udah siap mau nikah? Kalau kamu hamil harusnya dia senang, kan?"

"Miko udah beberapa kali minta putus karena tekanan dari keluarganya. Istri Miko juga gak mau mempermudah proses perceraian."

Emyr menggeleng tidak percaya mendengar penuturan temannya itu. Mel dan Miko sama-sama temannya sejak kuliah dan bekerja di rumah sakitnya.

"Miko mau aku gugurin janinnya," lanjut Mel.

"Gugurin? Kamu gila? Janin itu gak bersalah, Mel. Kamu harus mempertahankan dia. Kamu—"

"Kamu mau nikahin aku?"

Emyr terdiam. Ia mengusap wajah dan menatap serius pada Mel. Wanita itu hampir menangis. Emyr tahu kalau Mel kalut karena penolakan Miko padanya. Tapi bukan berarti Emyr yang harus bertanggung jawab atas janin itu.

"Mel, kamu—"

"Kalau kamu gak mau, seenggaknya bantu aku buat gugurin janinnya," potong Mel.

"Kamu sadar sama permintaan kamu itu?" tanya Emyr dengan rahang yang mengeras.

"Aku gak mau melahirkan dan membesarkan anak ini sendirian, Emyr. Aku gak bisa bayangin itu semua."

"Oke, ayo. Aku bakal tanggung jawab."

Di luar ruangan Emyr ada Eleanor yang membeku. Ia mendengar kalau seorang wanita di dalam sana meminta pertanggungjawaban dari Emyr, kekasihnya.

Eleanor juga tahu kalau wanita yang bernama Mel itu pernah disukai oleh Emyr beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, Emyr tidak berani mendekati Mel karena sadar akan kekurangannya.

Dulu, lebih tepatnya 2 tahun yang lalu, Emyr bukanlah pria yang seperti sekarang. Semua orang menganggapnya memiliki kelainan seksual. Emyr juga hampir berpikir seperti itu karena ia tidak pernah merasa terangsang melihat lawan jenis semenjak putus dengan kekasihnya.

Tapi pernyataan itu sirna seketika ketika ia bertemu dengan Eleanor di sebuah kelab malam. Emyr merasa wanita itu berbeda dan tubuhnya juga memberikan reaksi yang tidak biasa.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, Eleanor tersentak. Ia berlari meninggalkan area ruangan Emyr, lalu berjalan dengan lemas saat kembali teringat percakapan di dalam ruangan kekasihnya tersebut.

"Aku gimana, Mas?" gumam Eleanor sembari menyentuh perutnya.

Air mata Eleanor seketika menetes membasahi pipinya. Isakannya mulai terdengar mengalun pelan. Eleanor baru saja memeriksa kegundahannya sejak kemarin. Dan hasilnya positif.

"Aku gak mau anak kita lahir tanpa kamu. Tapi kamu juga punya anak dari wanita lain yang butuh kamu," ujar Eleanor dengan perasaan sesak.

***

Emyr mengumpat berulang kali saat nomor ponsel Eleanor tidak aktif setelah ia hubungi berkali-kali. Wanita itu membuatnya hampir gila karena khawatir.

Emyr meninggalkan rumah sakit dan memilih ke apartemen Eleanor. Emyr masuk ke dalam dengan kunci miliknya, lalu memanggil Eleanor dengan nada khawatir yang tidak bisa ditutupi.

Eleanor keluar dari kamar. Wajahnya sembab dengan mata bengkak sehabis menangis. Ia menyeret sebuah koper besar dan sat utas jinjing.

"Kamu mau ke mana?" tanya Emyr menarik lengan Eleanor tapi ditepis oleh wanita itu.

Emyr mengernyit. Ia menatap tajam pada Eleanor. Wanita itu tidak seperti Eleanor yang ia kenal biasanya. Pasti ada masalah.

"Kita putus. Aku balik ke orangtuaku," kata Eleanor.

Emyr terdiam, lalu tertawa smabil menjauhi Eleanor. Ia memilih duduk di sofa masih dengan sisa tawa di bibirnya. Emyr mengusap wajah dan menatap Eleanor yang kini berjalan menuju pintu apartemen.

"Kamu serius?" tanya Emyr dengan menantang.

Eleanor tidak menjawab. Ia terus melangkah meninggalkan Emyr yang kini berdiri tergesa dari duduknya. Emyr yakin ada yang salah dengan kekasihnya saat ini.

"El, bicara. Kamu kenapa?!" bentak Emyr.

Eleanor tersentak dan mengeratkan genggamannya pada koper. Ia mensugesti dirinya agar tetap tenang tanpa menjawab ataupun melepaskan semua sumpah serapah yang mengganjal di hatinya.

Emyr tidak perlu tahu keadaannya. Emyr tidak perlu tahu kalau Eleanor sudah tahu kebohongan pria itu. Emyr mengkhianatinya. Eleanor kira selama ini Emyr benar-benar hanya tertarik dan tidur dengannya.

Eleanor salah besar.

"Semua kartu kamu aku taruh di kasur. Kunci apartemen juga di sana. Ponsel pemberian kamu juga di sana. Aku gak bawa apa pun barang yang kamu kasih."

"EL!"

Emyr mendekat dan menyentak lengan Eleanor sehingga tubuh wanita itu terhuyung mengenai daun pintu. Eleanor ingin meringis saat merasakan sakit di lengannya, tapi ia tahan dengan ekspresi tenang menatap Emyr.

"Aku bosan sama kamu."

Emyr seperti disiram segunung air es. Tubuhnya membeku. Setelah dulu ia dikhianati kekasihnya yang tidur dengan temannya sendiri, sekarang Eleanor mengatakan bosan padanya. Rasa percaya diri Emyr seketika digoyahkan lagi.

"Kamu bosan?" tanya Emyr dingin.

Eleanor mengangguk, "aku bosan sama kamu yang kaku, cuek, dingin, serba ingin dituruti dan selalu sibuk."

Emyr tersenyum miring. Ia melepaskan lengan Eleanor, lalu mundur beberapa langkah. Emyr tidak menatap wajah Eleanor lagi. Ia berbalik dan menuju sofa.

"Tutup pintunya dari luar," suruh Emyr.

Hati Eleanor seketika semakin hancur dan sakit. Emyr tidak membujuk bahkan tidak ingin tahu alasannya bersikap seperti sekarang. Emyr benar-benar mempercayai jika Eleanor merasa bosan.

"Kamu gak sepenuhnya kenal aku, Mas," gumam Eleanor sambil berbalik dan keluar dari sana.

Ia menutup pintu dan air matanya kembali menetes. Hubungannya dengan Emyr selesai. Tidak ada kata happy ending dalam kisah mereka kali ini. Eleanor merasa ini keputusan paling tepat untuk bisa melupakan Emyr yang sebentar lagi akan menikah dengan wanita lain.

"Semoga kita gak ketemu lagi, Mas, biar aku tetap bisa baik-baik saja," ujar Eleanor sebelum benar-benar pergi meninggalkan unit apartemen yang Emyr belikan untuknya sebagai hadiah hari jadi mereka di tahun pertama.

***



Iya sensitif sih emang bawa2 Tuhan.

Sad ending aja udah. Gabisa bersatu💆🏻‍♀

Promo berlaku dari tgl 22 sampai 23 Maret yaaa...

Artinya hari ini terakhir.

Harga promo cek ke story IG Mami devimarliza_

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang