Suara tembakan beruntun sebanyak empat kali membuat langkah Dava seketika terhenti. Ia baru saja sampai di lokasi Latika disekap.
"Gak," Dava bergumam pelan dengan kepala yang menggeleng kuat. Bayangan Latika yang bersimbah darah karena ditembak Sasa membuat Dava seketika mual dan pening.
"DAVA!"
Dava menoleh dengan kencang saat mendengar suara seseorang yang ia kenal berteriak memanggil namanya.
"Mama kenapa di sini?"
"Papa kamu, Dava... Papa..."
Tangis ibunya pecah seketika. Kedua tangan tua itu memegang kuat lengannya untuk menopang tubuhnya agar tidak terjatuh di tanah.
"Ma!"
"Mas Dava!"
Dava menoleh lagi ke arah belakangnya di mana 2 saudaranya berlari dari dalam gudang dan suara ambulan terdengar mendekat dari arah berlawanan.
"Papa kena tembak."
Jantung Dava semakin berdetak tak karuan. Otaknya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang membingungkan. Papanya tertembak? Kenapa bisa?
"Sasa..."
Sasa keluar dari gudang dengan kedua tangan yang diborgol dari belakang. Sedangkan pria yang berstatus suami pertama Sasa menyusul di belakangnya dengan keadaan yang sama.
"Latika..."
Dava membiarkan ibunya diambil alih oleh kedua saudaranya yang lain. Sedangkan ia berlari kepada Latika yang dibantu berjalan oleh salah satu saudara Dava.
"Sayang..."
"Mas," Latika lemas seketika. Kakinya bagai jeli yang tidak bisa menopang bobot tubuhnya saat melihat Dava.
"Kamu baik-baik aja? Ada yang luka?"tanya Dava sembari mendekap tubuh Latika.
Dava mengurai sedikit kedekatan tubuh mereka agar bisa memperhatikan penampilan Latika dari atas hingga ke ujung kaki. Semuanya tampak baik-baik saja. Tidak ada sedikitpun goresan luka di tubuhnya.
Helaan napas lega Dava keluarkan begitu saja. Latika-nya baik-baik saja dan itu lebih dari cukup baginya.
"Papa mana?"
Dava seolah ingat sesuatu dan langsung menatap kedua saudaranya yang berdiri di belakang Latika.
Belum sempat keduanya menjawab, para tenaga medis sudah lebih dulu berbondong-bondong masuk, lalu tak lama keluar dengan bungkusan besar di tangan mereka.
"Papa meninggal."
Dava membeku. Sedangkan napas Latika seketika sesak sebelum tangisnya pecah. Semuanya terasa mimpi burukbagi Latika.
"Kenapa... bisa..."
Dava kehabisan kata-kata. Bagi Dava ini sangat mendadak dan tidak terduga. Bagaimana bisa ayahnya menjadi korban keserakahan Sasa?
"Papa nitip ini,"Adik laki-laki Dava nomor 2 mengulurkan sebuah kertas yang setengahnya terkena darah.
"Kita duluan, Mas."
Ketiga suadara Dava berjalan menjauh meninggalkan Dava dan Latika yang masih termangu di tempatnya. Latika kini memeluk erat tubuh Dava. Pria itu pasti sangat syok. Latika juga sama. Tidak ada yang tahu takdir Sang Pencipta.
***
"Bagaimana, Dok?"
"Tidak ada masalah, Pak. Ibu dan janinnya baik-baik saja. Mungkin sang ibu sempat syok dengan apa yang menimpanya, tapi itu tidak berpengaruh buruk pada janin di kandungannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...