Setelah dari rumah sakit untuk mengobati luka sobek di telapak tangan Lino, Tamara membawanya ke salah satu butik langganannya. Ia memesan barang dan pesanannya sudah datang.
"Habis ini kita makan dulu baru pulang." Lino berujar sembari menatap jarum jam yang tergantung di dinding butik.
"Jam delapan kita bakal kedatangan tamu," lanjutnya. Kali ini Lino menatap Tamara yang tengah berdiri di depannya menunggu pelayan mengambilkan barang pesanan wanita tersebut.
Tamara menoleh pada Lino, lalu mencebikkan bibir. Lino gemas sehingga ia mencubit pipi istrinya.
"Makan di rumah aja kalau gitu. Mana keburu sebelum jam delapan udah di rumah. Ini aja mau jam tujuh."
Benar. Lino tahu. Tapi ia sedang ingin makan di luar bersama Tamara. Lino tahu istrinya itu belum memakan apa pun sejak siang. Semuanya karena Tasya.
"Aku gak suka makan diburu-buru," lanjut Tamara.
Ia menoleh kala seorang pelayan butik mengahampirinya dengan paper bag di tangannya. Pelayan itu tersenyum sopan pada Tamara sembari mengulurkan benda di tangannya.
"Terima kasih, Nona. Kami tunggu pesanan selanjutnya."
Tamara mengangguk dan tersenyum ramah sebagai balasan. Ia meraih paper bag-nya, tapi Lino langsung mengambil alih dari tangannya.
"Ayo," ajak Lino. Lengannya melingkar di pinggang Tamara dengan posesif. Membuat beberapa pelayan butik menatap iri pada keduanya.
Seperti yang Lino katakan tadi, mereka mampir dulu untuk makan sebelum pulang. Meski Lino bilang jam 8 malam akan kedatangan tamu, tapi tetap saja pria itu makan dengan santai. Bahkan lebih dulu Tamara yang selesai baru disusul oleh Lino.
"Ada yang mau dibeli lagi gak?" tanya Lino saat mereka sudah diperjalanan mau kembali ke rumah.
"Gak ada. Ini udah jam delapan, No. Tamunya siapa? Kolega bisnis kamu?"
Lino tersenyum saja. Ia meraih sebelah telapak tangan Tamara, lalu membawa ke bibirnya untuk ia kecup.
"Kamu akan tahu nanti," jawab Lino.
Tamara mencebikkan bibir karena Lino berubah misterius. Apa yang datang orang-orang penting? Kalau iya, setidaknya Tamara harus mengenakan pakaian yang bagus sebagai penyambutan.
Sekitar 30 menit mereka menempuh perjalan hingga tiba di rumah. Lino yang pertama kali keluar drai mobil. Pria itu menolak sopir untuk membukakan pintu bagi Tamara. Biar dia saja.
"Rame banget, No. Ada siapa sih?"
Lino tetap tidak memberikan jawaban bagi pertanyaan Tamara, membuat wanita itu menahan kekesalan dan rasa penasaran.
"Ayo masuk. Aku bakal buktiin semua yang aku omongon dulu. Kamu... satu-satunya wanita Lino, istri Lino dan semua orang berhak tahu itu."
Langkah kaki Tamara seketika terhenti. Perasaannya mendadak resah. Pikirannya berkecamuk. Apakah malam ini semuanya akan berakhir?
"Ayo,"
Lino tahu keresahan Tamara. Ia memeluk erat pinggang istrinya dan melangkah masuk ke dalam rumah. Lino yakin semua orang kini sedang berdecak kagum pada istana mewah miliknya dan Tamara.
"Selamat malam," sapa Lino saat ia memasuki ruang tamu dan semua orang yang tengah mengobrol seketika menghentikan kegiatan mereka.
Semuanya menoleh. Beberapa dari mereka tersenyum. Sedangkan selebihnya malah memberikan ekspresi syok saat melihat bagaimana Lino dan Tamara bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...