Willy, wanita 30 tahun yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas swasta. Ia sudah menikah dengan seorang pria yang 10 tahun lebih tua darinya. Pria itu memiliki anak berusia 25 tahun dan merupakan mahasiswinya juga.
Kalau ditanya apakah Willy bahagia dengan pernikahannya? Jawaban wanita itu cuma satu. Ia tersiksa.
Selain karena terpaksa untuk membalaskan dendamnya pada pria yang menjadi suaminya, Willy juga ingin membuat pria itu merasakan sakit seperti apa yang keluarganya rasakan. Mungkin kakaknya lemah sehingga memilih mengakhiri hidup daripada bertahan dengan pria brengsek seperti suaminya. Tapi Willy bukan kakaknya. Willy bukan wanita lemah.
Masih jelas melekat dalam ingatan Willy bagaimana orangtuanya histeris saat menemukan putri sulung mereka tergantung di dalam kamar dengan kondisi mengerikan. Sebagai anak bungsu, Willy hanya bisa diam. Tidak ada air mata yang keluar sedikitpun. Selain karena posisinya bukan anak kesayangan dan selalu terlupakan, Willy juga diliputi rasa iri. Jujur, dalam seminggu saat kakaknya sudah tidak ada, Willy merasa senang. Tapi saat tahu penyebab kematian sang kakak, ia membentuk dendam di hatinya.
Bukan pria itu yang menginginkan Willy menjadi istrinya. Tapi Willy sendiri yang menyerahkan diri. Pria itu jelas mau meski kebiasaannya untuk berselingkuh tidak berubah sama sekali.
Willy hanya seorang istri jika di rumah. Istri pajangan lebih tepatnya. Ia menikmati sentuhan sang suami hanya di malam pertama saja. Menyerahkan mahkota berharganya agar misinya berjalan lancar. Dan syukurnya sampai saat ini pria brengsek itu tidak lagi menyentuhnya. Bahkan ia jarang sekali pulang ke rumah karena kesibukannya dengan banyak wanita.
"Papa ada telpon?" tanya sebuah suara yang membuat Willy menatap sumbernya.
"Gak."
Lily adalah anak suaminya. Entah dari wanita mana, Willy juga tidak tahu. Yang jelas, alasan kakaknya bunuh diri adalah karena kehadiran Lily yang saat itu membuat semua orang syok. Usia pernikahan kakaknya baru 1 bulan dan Lily hadir sebagai perusak segalanya. Bagaimana bisa seorang pria yang saat itu berusia 25 tahun sudah memiliki putri seusia 10 tahun?
Tapi jawabannya sudah Willy dapatkan dari suaminya. Pria itu memang menganut pergaulan bebas sejak lama. Lily adalah salah satu hasilnya. Sial. Willy sempat ketakutan tertular virus mematikan. Ia sampai memeriksakan kesehatannya di berbagai rumah sakit untuk memastikan hasil yang akurat.
Syukurnya, Willy aman. Hal itu juga yang membuatnya merasa lega hingga saat ini. Dan secepatnya Willy ingin meminta cerai dari suaminya agar tidak terjerat lebih lama lagi.
"Saya tahu kalau saya bukan ibu kandung kamu. Tapi sebagai wanita yang lebih dewasa, saya cuma mengingatkan hal penting. Keperawanan bukan bahan untuk taruhan. Permainan bodoh kamu dan teman-teman kamu hanya merugikan kamu. Kamu kira setelah berhasil memberikan keperawanan, kamu artinya berhasil? Jangan bodoh, Lily. Kamu hanya dimanfaatkan oleh mereka."
"Tapi aku menyukai Davin. Menurutku gak masalah. Asal nanti Davin bisa bertanggung jawab semisal aku hamil."
Willy berdecih, "tanggung jawab? Kamu gak belajar dari pengalaman hidup orangtuamu? Jangan ulangi kelakuan bodoh ibumu yang rela tidur dengan ayahmu, lalu hamil. Kamu lupa kalau kamu ketemu ayahmu di usia 10 tahun? Apa itu artinya tanggung jawab?"
Lily terdiam. Meski ia memiliki teman-temannya yang cukup nakal, tapi Lily sejak dulu diajarkan untuk tidak membantah perkataan orangtua. Apalagi ini Willy, ibu tiri sekaligus dosennya.
"Setelah ayahmu pulang nanti, saya akan bercerai. Saya harap kamu bisa jaga diri baik-baik. Jangan mudah terpengaruh dengan teman-teman nakal seperti mereka. Saya tahu kamu anak baik. Usia 25 tahun usia matang yang seharusnya kamu gunakan dengan baik. Kamu berprestasi. Cantik. Gak kurang apa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...