Wolf menggerakkan bibirnya untuk membelai bibir kaku Oni. Perempuan yang Wolf sosor itu tidak bisa berkutik sedikit pun sejak bibirnya ditempeli bibir Wolf. Oni kehilangan seluruh kuasa atas dirinya. Bahkan bernapas pun ia tidak sanggup.
"Wolf? Aman?" tanya ibu Wolf dari luar kamar Oni.
Karena tidak mendengar apa pun dari dalam kamar, ibu Wolf menyimpulkan kalau semuanya baik-baik saja. Ia berlalu dari sana untuk kembali ke lantai bawah di mana suami dan orangtua Oni berada. Ia tadi kebetulan mendengar suara Oni dan menyusul. Maklum, rumah besar itu membuat suara teriakan Oni tidak terlalu terdengar.
Di dalam kamar, Wolf malah menahan kedua tangan Oni ke atas kepala. Ia semakin mendesakkan tubuhnya untuk bisa menjelajahi bibir perempuan muda itu.
Entah berapa lama Wolf bermain dengan bibir Oni. Ia puas meski Oni tidak membalasnya. Tidak bisa Wolf bayangkan seandainya Oni membalas melumat juga, ia pasti akan meminta lebih. Lubang suci Oni misalnya.
Oni terengah. Wolf pun sama. Ia menatap wajah cantik Oni yang begitu pucat karena tidak dipolesi bedak atau pewarna bibir. Sangat natural. Napas hangat Wolf menerpa kulit wajah Oni sehingga perempuan itu mengerjap.
"MAMI!" teriak Oni dengan kencang sembari mendorong kuat dada Wolf.
Wolf segera menahan kedua tangan Oni lagi. Kali ini cukup kencang meski dengan 1 tangan besarnya saja. Wolf melotot pada Oni yang matanya kini sudah berkaca-kaca.
"Bapak cabul! Jauh-jauh!" Oni berujar dengan suara yang mulai bergetar. Ia ketakutan pada tatapan tajam Wolf. Oni juga takut kalau ia khilaf dan malah meminta Wolf untuk menodainya.
"Adonia, dengar. Saya Wolf, 30 tahun, belum menikah. Saya cuma nakutin kamu. Semua itu bohong."
"Gak mung--"
Satu kecupan Wolf berikan saat Oni membuka mulut untuk bersuara. Hal itu ia lakukan berulang kali setiap Oni ingin berbicara. Wolf suka menatap wajah Oni yang memerah.
"Saya cuma bercanda. Saya memang akan menikah dan punya istri. Dan istri saya itu kamu."
Dunia Oni terasa terhenti seketika. Kalimat Wolf terngiang-ngiang di benaknya. Satu per satu kata-kata yang pria itu ucapkan seolah menari-nari di depan mata Oni.
"Saya cuma mau tahu bagaimana reksi perempuan yang akan menjadi istri saya jika saya bicara begitu. Dan respon kamu untuk setiap godaan saya sungguh memuaskan. Saya terima perjodohan kita dan malam ini saya datang melamar kamu."
"A--apa?"
Wolf tersenyum. "Jadi istri saya dan kamu akan tahu saya seperti apa."
"Bapak cabul," sahut Oni spontan.
Wolf mendengkus. "Yang saya cabuli juga calon istri sendiri."
"Kalau saya nolak?"
"Kamu sedang terancam, Adonia. Kamu tolak saya, kamu rugi. Kamu terima saya, kamu juga rugi."
"H--hah?"
"Karena ditolak ataupun diterima, saya akan tetap mengambil mahkota kamu sekarang."
"H--HAH?!"
Wolf kembali menyatukan bibirnya dan bibir Oni. Kali ini hanya sebentar saja Oni terdiam, lalu setelahnya perempuan itu membalas setiap gerakan bibir Wolf.
"Enak, Pak, saya suka."
Wolf mengerang. Ia menekan semakin dalam bibirnya ketika tadi terjeda karena Oni bersuara. Wolf juga tidak membuang kesempatan. Ia mengecup seluruh wajah Oni dengan penuh kagum. Bibirnya kini beralih pada leher jenjang Oni, lalu menenggelamkan wajah tampannya di sana, mengecup dan menjilat kulit leher Oni.
"Mhmm... Aahh..."
"Shit," desis Wolf. "Kamu lezat, seperti cheesecake kesukaan kamu."
Oni tidak tahu Wolf bisa hafal kue kesukaannya. Wolf benar-benar membuat Oni pusing seketika. Ia melambung tinggi dan ingin lebih tinggi lagi.
***
Info pengiriman PDF bakal aku up di IG atau cek WA admin ya.
Yang beli per judul dan volume akan dikirim serentak ya💆🏻♀
Rasa mau meninggoy karena sakit kepala💦
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...