Your Crush 3

20.9K 2.5K 49
                                    

Pulang jam berapa lo? Jemput Prisa di Bandara jam 4 sore.

Leo mengirim pesan itu disertai emotikon bulan hitam di akhir kalimatnya. Sial. Lion menyesal pernah keceplosan pada Leo tentang perasaannya untuk Prisa.

Gue kuliah sampai malam.

Setelah mengirim balasan tersebut, Leo kembali mengirimkan pesan. Kali ini disertai dengan sisipan gambar.

Bangsat!

Leo kembali mengirimkan pesan sebagai balasan untuk umpatan Lion. Pria itu sepertinya senang sekali bisa merusak suasana hati sang adik.

Lion tidak lagi membalas pesan terakhir Leo yang mengirim stiker terbahak. Ia mematikan data seluler ponselnya dan mengusap wajah. Gambar yang Leo kirimkan padanya sungguh mengusik ketenangan Lion.

Prisa dengan seorang lelaki bule. Sialan.

***

Prisa sudah berdiri 10 menit dan tidak ada taksi yang kosong. Ia menjadi kesal sendiri. Tidak mungkin juga ia menghubungi sang kakak untuk meminta sopir menjemputnya. Kediaman Quen cukup jauh dan itu akan membuat Prisa menunggu lebih lama lagi.

"Ini hari apa sih? Kok taksi diborong semua," keluhnya.

Bunyi klakson mobil di depan Prisa membuatnya terlonjak. Kaca mobil terbuka dan Prisa menahan napas secara spontan. Ia mengenali sosok yang duduk di balik kemudi itu.

Lion.

"Masuk buruan!"

Prisa mengerjap. Apalagi saat ia mendengar bunyi klakson dari mobil di belakang mobil Lion yang tengah mengantri. Prisa mengehela napas sebelum membuka bagasi dan memasukkan beberapa koper. Karena tidak muat, Prisa membuka pintu penumpang di belakang dan kembali memasukkan sisa koper yang lain.

"Buruan!"

Prisa tergesa untuk menutup pintu, lalu masuk ke kursi penumpang di sebelah Lion. Lelaki itu tanpa banyak bicara langsung menancap gas untuk meninggalkan Bandara.

Lion mengenakan kacamata hitam yang menutupi mata tajam miliknya. Meski Prisa tidak bisa melihat itu, ia bisa merasakan kalau kini mata tajam tersebut tengah meliriknya.

Prisa menelan ludah dan mengenakan sabuk pengaman dengan sedikit gemetar. Prisa tidak menyadari kalau kemeja longgar yang ia kenakan kini menampakkan bahu mulus miliknya.

Lion menelan ludah. Meski sejak kecil sudah terbiasa bersama bahkan sering kali mereka bermain air dan mandi berdua di halaman belakang rumah Prisa, tentu saja hal itu kini berbeda. Mereka sama-sama dewasa dan lekuk tubuh Prisa tidak pernah lagi menjadi suguhan matanya.

Prisa membeku kala tangan Lion tanpa aba-aba menyentuh kemejanya, lalu menarik kain it uke atas bahunya. Bukannya bisa bernapas lega, Lion malah semakin pusing dibuatnya.

Jika tadi bahu Prisa yang terbuka, kini belahan dada perempuan itu yang menjadi santapan matanya. Lion mengeratkan tangannya di setir mobil. Mereka berhenti di lampu merah dan hal itu digunakan Lion untuk menarik napas.

"Lo gak bisa pakai baju yang bener, hah?"

Prisa tersentak mendengar pertanyaan Lion yang terkesan pada bentakan itu. Nada tajam Lion membuat Prisa sedih dan lidahnya kelu. Ia menoleh ke luar jendela dan melihat ada taksi kosong yang berhenti di tepi jalan.

"Gue turun di sini aja. Thanks."

Prisamembuka pintu mobil. Kakinya terjulur keluar tapi lengannya ditahan oleh Liondengan cepat. Prisa mengernyit. Ia tidak suka Lion yang seperti ini. Kasar danberlidah tajam.

"Lo gila, hah?!" bentak Lion kesal.

Prisa menepis tangan Lion. Ia membanting pintu mobil saat kembali menutup benda itu. Prisa menatap Lion lurus-lurus. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Lo kenapa sih?! Kalau gak mau jemput gue gak usah jemput. Gue gak tahu salah gue di mana sampai harus lo bentak berulang kali kayak gini. Lo benci sama gue? Lo bisa turunin gue di sini. Gue gak minta dijemput sama lo atau siapa pun. Dan sorry kalau jemput gue jadi ngerepotin lo."

Prisa menarik napas dengan berat sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. Kali ini suara Prisa bergetar menahan tangis yang siap tumpah. Lion tidak harus memperlakukannya seperti ini. Prisa merasa ini menyakitkan.

"Gue salah apa? Ini pertama kalinya lo kasar ke gue, Yon. Lo bentak gue. Lo—"

"Pakai sabuk pengaman lo," suruh Lion dengan rahang yang mengeras dan tatapan lurus ke depan. Ia sama sekali tidak berani menatap Prisa yang kini mulai terisak pelan.

***

Double up!

Kalo mau triple ya vote komen dong💦

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang