Painful Love - Arum

20.6K 2.3K 42
                                    

Ahza Rumaisa, wanita 27 tahun yang kini sedang memperhatikan sahabatnya tengah bermain dengan seorang bocah perempuan berbadan gembul. Sangat menggemaskan.

Wanita yang kerap disapa Arum itu tersenyum ketika bocah yang dilihatnya kini mengangguk berulang kali saat dinasehati oleh sang ibu karena melempar pasir ke arahnya. Pikiran Arum berkelana jauh. Ia membayangkan berada di posisi itu. Hanya saja entah kapan dan bagaimana prosesnya.

"Rum, masuk yuk, gelap banget mau hujan deras," ajak sahabat Arum.

Arum menggeleng, "gue balik aja. Lagian laki lo bentar lagi juga pulang, kan? Gue yakin dia mau family time lah," tolak Arum.

"Yakin lo?"

Lagi, Arum kembali mengangguk dengan senyuman lembutnya. "Bulan, Onty cantik pulang dulu ya. Besok kita ketemu lagi," pamit Arum.

"Oce!" seru bocah digendongan sahabat Arum.

"Gue balik ya, Fi."

"Iya. Hati-hati," balas Afiza, sahabat Arum.

Arum berlalu menuju mobilnya. Ia masuk bersamaan dengan turunnya air dari langit. Masih gerimis kecil dan Arum segera meninggalkan kediaman Afiza. Semakin jauh Arum bergabung di jalan raya, semakin deras pula langit menangis. Hati Arum juga. Ia tiba-tiba merasa sesak penuh kepedihan.

Hujan membawanya mengingat semua kesakitan di tahun lalu. Meski ini sudah 1 tahun dan hidup terus berjalan, tapi Arum tidak akan mudah melupakan kejadian itu. Jika saja penyebabnya bukan orang yang Arum kenal, mungkin ia tidak akan sesakit ini.

Perselingkuhan, pengkhianatan dan penghinaan. Tiga hal itu Arum dapatkan dalam waktu yang bersamaan. Ternyata hidup Arum yang Afiza agungkan dan Afiza irikan bukanlah tampak nyatanya. Arum juga manusia. Yang mana tidak selalu beruntung dalam setiap perjalanannya.

Jika Afiza mengatakan Arum beruntung memiliki keluarga yang utuh dan harmonis, maka Arum mengatakan Afiza beruntung dalam percintaan. Mungkin Afiza dihadapkan pada kesalahan pahaman terlebih dahulu dengan pria yang dicintainya sebelum mereka berdua benar-benar disatukan dalam ikatan kuat saling mencintai. Ditambah lagi hadirnya malaikat kecil pembaca kebahagiaan.

Arum iri. Arum ingin begitu juga. Arum ingin merasakan kebahagiaan yang sama. Tapi kapan? Bahkan pria yang selama ini ia percayai, pria yang selalu ia banggakan pada semua orang malah menjadi kesakitan terdalamnya.

"Astagfirullah!" seru Arum dengan keras sebelum semuanya gelap dalam pandangan.

***

"Adek,"

Arum membuka mata perlahan mendengar suara yang ia kenali memanggilnya dengan lembut sejak tadi. Kepala Arum pusing. Bahkan untuk mengangkat pandangan saja ia meringis dan tidak tahan untuk kembali terpejam.

"Pusing, Ma," kata Arum.

"Sebentar, Dek, Mama panggil dokter dulu. Kamu jangan banyak gerak."

Arum tidak mengingat apa pun setelah kejadian kemarin. Ia bahkan tidak bisa memikirkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Apakah keadaannya baik-baik saja atau tidak. Apakah ia normal atau cacat?

Telinga Arum mendengar langkah kaki beberapa orang mendekat. Ia juga merasakan seseorang memeriksa denyut nadinya, lalu dadanya. Mata Arum masih setia terpejam dengan harapan ia bisa membuka mata untuk melihat sekitarnya. Kini mata Arum yang diperiksa sebentar sebelum suara seorang pria ikut terdengar.

"Saya kasih obat pereda pusing. Reaksinya kisaran 2 sampai 5 menit. Kalau masih merasa pusing, kita akan lakukan pemeriksa lengkap di kepala. Bisa jadi pusing yang dirasakan pasien karena kepalanya pernah terbentur keras."

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang