Backstreet (2)

33.2K 2.3K 57
                                    

Redy menatap Violet yang kini bolak-balik dari kamar ke ruang tamu. Violet tampak antusias menyiapkan segala keperluan untuk perang mereka kali ini. Redy berseru panik saat Violet hampir saja tersungkur.

"Maaf, Ayang, kakinya gak bisa jauhan," katanya cemberut.

"Jalannya pelan-pelan. Lagian kita gak bakal ke mana-mana. Ngapain buru-buru?" tanya Redy sembari menghela napas.

"Aku gak tahan, Ayang. Lagian ya, Ayang tuh request-nya dadakan. Coba dari kemarin, pasti aku udah siapin semuanya."

"Udah. Jangan bolak-balik lagi. Kelamaan."

"Belum siap!"

"Udah siap itu."

"Belum, Ayang. Ini baju aku belum ganti."

"Gak usah ganti. Itu aja udah bagus."

"Gak mau. Mana ada sekretaris pake baju panda begini?"

"Makanya aku bantuin beresin ini, kamu ganti baju. Ngeyel sih dari tadi," Redy menatap kesal pada Violet yang tampak menahan tangis karena ia tidak mau mengalah.

"Ayang kok gitu sih? Aku kan cuma mau semuanya sempurna."

Keduanya semakin tersulut kekesalan karena tidak ada yang mau mengalah dan saling membenarkan diri masing-masing.

"Ayang gak tahu gimana perasaan aku? Kalau Ayang gak bisa ngehargain yaudah, gak usah aja. Nyebelin!"

Violet berbalik dan memasuki kamar, lalu membanting pintu sekuat mungkin hingga bunyi berdebum. Bahkan beberapa figura foto di dinding langsung goyang oleh ulahnya.

"Buset. Ngamuk." Redy mengerjap.

Laki-laki itu tidak beranjak dari duduknya. Ia menunggu sampai Violet keluar sendiri dari kamar. Ia tahu kalau Violet hanya merajuk sebentar. Bunyi pintu kamar yang dibuka membuat Redy tersenyum. Tebakannya benar. Violet tidak mungkin bisa berlama-lama merajuk dengannya.

Redy menoleh, lalu membelalak saat Violet menyeret satu koper besar berwarna merah muda. Redy segera beranjak dan mendekati pacarnya. Mata Violet basah dan merah.

"Kamu seriusan marah?"

Violet menatap Redy dengan tatapan menantang. Keras kepala yang kadang kali Redy umpati.

"Ayang pikir aku gak bisa marah beneran? Aku marah!"

Violet berlalu meninggalkan Redy yang menatapnya dengan sebelah tangan menggaruk kepala. Ia bingung sekaligus takjub dengan Violet. Marah saja seimut itu, apalagi kalau ia bikin mendesah.

"Sayang, aku gak—"

"Jangan ikut!" teriak Violet kala merasakan langkah kaki Redy mendekatinya menuju pintu apartemen.

"Oke, tapi kasih tahu dulu kamu mau ke mana? Nanti aku jemput kalau udah gak marah lagi."

"Mau ketemu Bunda!"

Rahang Redy mengeras. Ia benci saat sedang serius begini Violet malah bercanda. "Jangan ngomong sembarangan, Violet!"

Violet menoleh dan terkejut mendengar kalimat balasan Redy. Wajah laki-laki itu berubah merah padam. Apa ia salah bicara? Violet hanya—

"Kamu pikir itu lelucon, hah?!"

"Ayang..."

Violet mundur selangkah ketika nada bicara Redy terdengar berbeda. Tidak ada kelembutan di sana seperti sebelumnya. Violet benci Redy yang seperti ini. Violet benci dimarahi apalagi sampai dibentak oleh Redy.

"Ayang jahat," gumam Violet sebelum pergi berlari dari sana meninggalkan kopernya.

Redy mengumpat karena sadar kalau ia keterlaluan pada Violet. Kakinya berlari mengikuti jejak kaki Violet yang memasuki pintu tangga darurat. Redy tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Violet. Ia hanya kelepasan bicara karena tidak suka mendengar kalimat Violet. Bagi Redy, setiap kata-kata itu adalah do'a. Dan kata-kata Violet tentu saja membuatnya takut.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang