Aruna membiarkan Altan mencecap kulit lehernya cukup kuat. Aruna yakin kalau di sana akan terpampang jelas bekas bibir nakal Altan. Aruna hanya ingin menikmati momen ini. Jika Altan bukan tunangan sahabatnya, mungkin Aruna dengan suka rela membuka paha untuk pria itu.
"Udah, Al. Temen lo masih ada di luar. Gue gak enak kalau dia nunggu lama. Lo juga ada pemotretan, kan?"
Aruna ingat kalau Altan tadi bilang ada pemotretan lagi setelah ini. Bisa Aruna dengar pria itu berdecak kesal sebelum melepaskan kedua tangannya dari tubuh Aruna. Pria itu memejamkan mata dengan kedua tangan terentang. Aruna menghela napas lega dan juga sesak. Sial. Pangkal pahanya sudah basah karena godaan nakal Altan. Tapi ini langkah tepat untuk berhenti sebelum Aruna ikut kehilangan akal dan menerima Altan dengan gairah yang sama besarnya.
Aruna menoleh pada bunyi pintu kamar yang terbuka sambil meminta maaf pada fotografer yang merupakan teman Altan.
"Sorry ya lo jadi-- J--Jen?!"
Aruna terkesiap saat bukan sang fotografer yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Dengan canggung Aruna beranjak dari atas tubuh Altan yang terbaring pasrah dengan kedua mata terpejam.
"Bangsat ya lo. Gue hubungin dari pagi gak ada jawaban tapi lo malah mesra-mesraan sama sahabat gue. Setan!"
Aruna menelan ludah susah payah. Ia beringsut mendekati sofa, lalu meraih piyama dan mengenakannya. Aruna kini memperhatikan sahabatnya yang tak lain adalah tunangan Altan. Wanita itu menatap tajam pada pria yang belum memberikan reaksi apa pun di atas kasur Aruna.
"ALTAN!"
Aruna yang tersentak karena jeritan kesal sang sahabat. Wanita cantik dengan pakaian seksi itu menaiki ranjang Aruna dan menghentakkan kakinya ke perut Altan.
"Sakit tolol!" maki Altan sembari mendorong kaki tunangannya sehingga wanita itu terjungkal dan terduduk di kasur.
"Lo budek, hah?! Gue hubungin lo dari pagi!"
"Hape gue di mobil. Lo gak lihat gue di mana? Lagian lo mau apa sih? Ganggu aja. Berisik."
"Bangsat. Oma mergokin gue jalan sama Dino!"
Altan turun dari kasur. Ia melirik Aruna yang kini duduk di sofa sambil menunduk. Wanita itu berulang kali juga menyisir rambutnya untuk menutupi leher. Altan tersenyum miring. Aruna pasti sedang menutupi bekas bibirnya.
"Urusannya sama gue apa?" tanya Altan pada Jeny yang kini memejamkan mata dengan kedua tangan terkepal.
"Kalau sampai Oma macem-macem sama Dino, lo habis di tangan gue," ancam Jeny.
"Bodo amat bego. Siapa suruh lo jalan siang bolong begini? Malam kek. Gue tebak, lo pasti ke mall?"
Jeny mengangguk kuat.
"Tuh, kan, bego. Ngapain ke mall? Ke hotel kek. Pasti gak ketahuan lah."
"Si anjing," maki Jeny yang mengundang gelak tawa dari Altan.
Aruna mendongak saat Altan mengusap kepalanya. Wanita itu menggeleng takut-takut sambil melirik Jeny yang kini menatap mereka.
"Lo berdua gak bakal bisa bahagia kalau Dino kena masalah."
"Urus urusan masing-masing. Gue udah bantuin lo buat masuk ke dunia modeling dengan syarat konyol lo itu. Sekarang gue mau bebas." Altan menoleh pada Jeny dengan tajam.
"Terus Oma gimana? Lo mau lepas tangan setelah gue juga bantuin lo terkenal begini?"
"Gue udah terkenal tanpa bantuan lo."
"Tapi nama lo makin terkenal semenjak tunangan sama gue."
Altan menghela napas panjang sebelum kembali menunduk menatap Aruna. Wanita itu jelas sekali masih bingung dan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...