Permaisuri Teresa
***
"Yang Mulia... Tabib Istana sudah tiba."
Tubuh Teresa tersentak mendengar suara seorang penjaga yang ia kenal sebagai salah satu orang kepercayaan Harald. Berbeda dengan Harald yang tidak bereaksi apa-apa. Pria itu malah semakin menarik tubuh Teresa merapat pada tubuhnya dengan posesif.
Teresa meremas lengan Harald yang kini memeluk perutnya. Telapak tangan lain pria itu meremas dengan penuh kelembutan pada payudara Teresa.
"Yang Mulia..." Teresa tidak mau Tabib Istana dan yang lainnya menunggu di luar dan mendengar apa yang mereka lakukan. Apalagi suara desahannya.
Harald menghela napas panjang di tengkuk Teresa. Napas pria itu memberat seiring remasannya yang semakin kuat.
"Kenakan pakaianmu. Tabib harus memeriksa keadaanmu."
Teresa menelan ludah. Bagaimana caranya ia bergerak kalau tubuhnya saja didekap dengan erat oleh Harald.
"Yang Mulia, Tabib Istana sudah tiba!"
Lagi, suara penjaga kembali terdengar. Teresa mulai resah. Bagaimana ini?
"Yang Mulia, bagaimana aku akan berpakaian kalau... Aahh..."
"Jangan mendesah terlalu kuat, Permaisuri. Aku tidak mau orang lain mendengar desahan merdumu. Hanya aku yang boleh, kau paham?" bisik Harald dengan serak di telinga Teresa. Telapak tangannya melepaskan remasan di payudaranya dan itu membuat Teresa sedikit bernapas lega.
"Ayo," Harald menarik tangan Teresa menuju bilik lainnya di dalam kamar.
Pria itu meraih baju tidur Teresa berwarna merah dan menyuruh wanita itu untuk segera memakainya. Bahkan, pakaian dalam pun Harald pilih dengan warna senada. Teresa jelas bersemu merah. Ia malu dan juga bergairah.
"Sebentar," Teresa berlalu memasuki kamar mandi, lalu membersihkan sisa cairan di pangkal pahanya. Rasanya tidak nyaman.
Saat ia keluar, Harald sudah rapi dengan pakaian tidurnya yang juga berwarna merah. Pria itu menatapnya kemudian mengulurkan tangan. Meski sempat ragu, Teresa akhirnya menerima uluran tangan itu dengan perasaan deg-degan.
"Masuk!"
Pintu kamar utama Permaisuri terbuka lebar dan seorang Tabib pria masuk diikuti 2 perawat wanita di belakangnya.
"Maaf mengganggu waktu istirahat Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri," sapa sang Tabib dengan tundukan hormat diikuti 2 wanita yang bersamanya.
"Duduk," suruh Harald.
Harald duduk di depan Tabib dengan meja kecil sebagai pembatas mereka. Sedangkan Teresa berada di belakang punggung Harald sambil menatap punggung lebar suaminya.
"Punggungnya menggiurkan," batin Teresa menggigit bibir. Harald menahan kedutan geli di bibirnya mendengar itu.
"Aku ingin kau memeriksa Permaisuriku. Aku tidak mau dia sakit karena tadi sempat berendam di malam yang sedingin ini."
"Baik, Yang Mulia."
Harald menoleh sedikit ke belakang. Tangannya terulur menyentuh tangan Teresa, membuat wanita itu mengangkat pandangannya.
Pelayan pribadi Teresa mendekat dan mengambil alih meja yang menghalangi. Lalu wanita itu beralih mendekati Teresa.
"Yang Mulia Permaisuri bisa berbaring di sini," katanya.
Teresa menggeleng. Sejak kecil, Teresa benci bau obat-obatan dan segala pemeriksaan. Apalagi jika berurusan dengan dokter yang memakai suntik. Kalau Tabib, Teresa tidak begitu tahu bagaimana cara pemeriksaannya. Tapi untuk obat-obatannya, jelas tradisional.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2021 - 2022 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...