Mighty Girl

38.3K 3.1K 149
                                    

Sedikit berbeda tidak akan membuatmu terlihat buruk. Tidak juga mengurangi nilai di dirimu. Tetap jadi sahabatku ya, Ai. Tidak peduli berapa banyak orang yang menentang, tidak peduli berapa jauh jarak kita sekarang, aku yakin, Tuhan punya rencana yang lebih indah dari yang kita rencanakan.


Tetap jadi dirimu sendiri ya, Ai. Jangan pernah berubah karena orang lain.

Aileen mengusap pipinya yang basah. Setiap kali ini membaca pesan terakhir yang dikirim sahabatnya, ia selalu saja menangis. Hatinya sedih. Dia satu-satunya sahabat laki-laki yang Aileen punya. Satu-satunya sahabat yang tahu bagaimana Aileen sering kali menangisi jalan hidupnya.

Sayang, laki-laki itu harus pergi jauh karena tuntutan keluarganya. Bagi keluarga berada seperti sahabatnya, keberadaan Aileen adalah penghalang kesuksesan putra mereka. Dan itulah sebabnya mereka harus terpisah.

Aileen paham sekarang. Setelah ia menikah mengikuti jejak keempat sahabatnya, Aileen semakin paham arah hidup yang sebenarnya.

Tidak hanya melulu tentang uang, tapi juga kasih sayang. Dan sampai sekarang, Aileen masih mencoba meraba itu. Meraba bentuk kasih sayang. Entah hal yang seperti apa yang akan Aileen dapatkan.

"Siap-siap, Oma gak suka ada yang telat."

Aileen mengangguk saja. Ia yang awalnya duduk di depan meja rias sembari membuka pesan lamanya bersama sang sahabat, langsung meletakkan ponsel di tangannya. Aileen segera bersiap. Ia berdandan dengan riasan natural saja. Kebetulan ini hanya acara keluarga dari suaminya.

"Pulang nanti mampir ke rumah Ibu dulu ya, Bang," kata Aileen meminta persetujuan.

Pria yang menjadi suaminya hanya bergumam dan berlalu keluar dari kamar tidur mereka. Aileen yang sudah terbiasa diabaikan hanya bisa menghela napas. Ia harus belajar sabar lebih banyak lagi. Ia menikah dengan pria dingin. Tidak seperti kembaran dan sahabatnya yang mendapatkan pria hangat penyayang.

Hari ini genap sebulan Aileen menikah. Menjadi istri ternyata benar-benar tidak mudah. Mungkin orang lain yang menikah dengan pasangannya, saling mencintai dan penuh perhatian akan merasa awal-awal pernikahan merupakan momen-momen manis.

Tapi itu tidak berlaku untuk Aileen. Sungguh, Aileen merindukan saat ia masih menjadi perempuan dengan gaya sesukanya tanpa diatur harus begini atau begitu. Di mana saat itu ia hanya dipusingkan dengan tugas kuliah dan mencari uang dari pekerjaan paruh waktunya saja.

Tidak seperti sekarang. Menjadi wanita dewasa yang sudah menikah, Aileen banyak dituntut untuk berubah. Salah satunya adalah penampilan dan gaya bicara. Tak jarang juga Aileen harus bersikap bukan seperti dirinya.

Baru sebulan, Aileen rasanya seperti dicekik hingga kehabisan napas. Dia juga ragu, apakah pernikahan ini akan bertahan selamanya? Atau malah berakhir di jalan masing-masing?

Usai berdandan, Aileen keluar dari kamar dan mendapati suaminya sedang berbicara dengan seseorang dari ponsel. Aileen hendak mendekat, tapi langkahnya sontak terhenti ketika mendengar kata 'sayang' yang terlontar dari bibir suaminya.

Apakah itu kekasih Damian? Kalau iya, rasanya lancang sekali jika Aileen harus mengganggunya. Akhirnya Aileen memilih melewati sang suami dan menahan diri agar ia tidak membuat suara yang akan berakhir curiga dari wanita di sebrang sana.

Aileen menunggu di kursi teras rumah. Ia membuka kembali ponselnya dan berselancar di media sosial miliknya. Sesekali Aileen akan tersenyum dan terkekeh karena postingan lucu dari sahabat-sahabatnya. Apalagi saat membawa komentar serta makian di sana. Aileen merindukan mereka.

"Ayo," ajak sebuah suara. Aileen mendongak dan segera beranjak. Ia mengikuti suaminya memasuki mobil mewah yang terparkir di halaman rumah.

Hidup susah, lalu menikah dengan orang kaya. Seharusnya menyenangkan. Tapi tidak bagi Aileen. Mungkin segala kebutuhannya terpenuhi karena suaminya memiliki banyak uang. Tapi hatinya kosong. Hampa.

***

"Aileen masih belum isi? Lama ya, anak Tante yang baru nikah dua minggu lalu aja udah hamil sekarang. Kamu udah sebulan loh. Hati-hati,"

Aileen hanya tersenyum. Ia tidak terlalu memusingkan perkara anak yang memang tidak akan ada karena ia dan suaminya memilih tempat tidur terpisah meski masih dalam satu ruangan yang sama.

"Ya paling nunda dulu ya, Ai, biar nikmatin momen pengantin baru," goda salah satu sepupu Damian yang cukup baik terhadap Aileen selama ini.

"Iya. Kan sebelum nikah gak pacaran, jadi sekarang waktunya pacaran dulu," kata Aileen menyetujui meski di dalam hati ia mengumpati perkataannya.

"Tapi jangan lama-lama. Kamu bentar lagi mau kepala tiga. Nanti susah mau punya anak," ujar seseorang yang lebih muda dari Aileen dan sudah memliki 3 orang anak.

"Ya kalau mau cepat harusnya dicicil sebelum nikah kan, ya?"

Aileen tertawa mendengar balasan dari sepupu Damian yang tadi menggodanya. Entah kenapa Aileen sangat puas. Apalagi saat melihat wajah merah padam dari orang yang mengatai umurnya tadi.

"Omongan dijaga ya adik kecil. Meskipun kamu udah mau berojol empat kali, tapi bukan berarti kamu bebas ngasih kalimat jahat kayak gitu ke orang yang belum kepikiran mau punya anak dulu. Umur 30 belum tua kok. Itu juga masih punya peluang besar untuk hamil serta melahirkan. Bahkan banyak tuh jaman sekarang wanita melahirkan bahkan anaknya seumuran sama cucunya."

Aileen langsung konek ke Ivory yang seumuran dengan keponakannya sendiri. Bahkan sekarang sahabat Aileen itu menikah dan memiliki anak tiri yang seusia dengannya. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya omongan orang saja yang kadang tidak berakhlak.

"Ikut sebentar," kata seseorang yang baru saja mendekati mereka.

Aileen mendongak dan segera beranjak. Ia mengikuti Langkah suaminya meninggalkan tempat ia dan para sepupu iparnya berkumpul.

"Mama mau ngomong," kata Damian saat mereka menaiki undakan tangga ke lantai 2.

Damian meninggalkan Aileen ketika mereka sudah tiba di depan kamar ibu Damian. Pria itu hanya mengantarnya saja dan membiarkan Aileen memiliki waktu berdua dengan ibunya.

Aileen hendak masuk, namun urung kala namanya disebut dalam percapakan di dalam sana.

"Mama gak bisa gitu! Aileen itu cuma sementara jadi istri Abang! Setelah Sera balik ke sini, Abang juga bakal cerai sama Aileen. Dia gak pantes jadi anggota keluarga kita, Ma! Sera yang lebih cocok bersanding sama Abang."

"Mama gak akan biarin Damian cerai dari Aileen."

"Mama dipelet nih kayaknya sama cewek tomboi itu. Apa sih yang Mama lihat dari dia? Cantik? Cantikan Sera. Pintar, lebih pintar Sera. Dari semua segi, Aileen itu banyak kalahnya dibandingkan sama Sera. Aku gak mau tahu, pokoknya dia harus cerai sama Abang. Aku yang akan mastiin itu."

Aileen menelan ludah. Matanya mulai memburam karena genangan air mata yang siap tumpah. Sial. Ini penolakan kedua kali yang Aileen dapatkan selama ia hidup.

Penolakan pertama saja hampir membuatnya gila. Lalu sekarang ia juga ditolak oleh adik iparnya sendiri? Hidup Aileen benar-benar tidak tertolong.

***




Ini agak sedih sih nanti wkwk. Tapi puas pas ew ew nya🗿

Bisa nebak gak? Damian tokoh utama atau bukan?

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang