Tadi malam Kalya mengirim pesan di group kelas mengatakan kalau para guru meminta seluruh siswa untuk datang lebih pagi hari ini. Itsa sengaja memasang alarmnya untuk bangun di jam lima pagi. Selain karna sekolahnya jauh Itsa harus beres-beres terlebih dahulu sebelum pergi agar Siska atau Nesya tidak marah.
Itsa memulainya dari menyapu semua penjuru rumah, mengepel lantai dan menjemur pakaian yang semalam sudah di cuci oleh mesin cuci namun belum sempat Itsa jemur karna terlalu lelah, setelahnya Itsa memasak sarapan berupa nasi goreng dan beberapa telur mata sapi. Itsa tidak terlalu suka sarapan jadi setiap hari sama seperti ini, Itsa hanya mengambil roti kemasan dari kulkas dan susu kotak untuk ia makan di jalan.
Jam enam kurang, Itsa baru akan mandi siap-siap lalu memakai seragam. Mengambil tas punggungnya memakai sepatu lalu segera pergi
Ia tidak perlu pamit karna jam segini belum ada yang bangun, tapi ternyata itsa salah, pagi-pagi sekali om Darma sudah duduk di ruang tengah mengecek ponsel.
"Kenapa pagi banget berangkatnya?" om Darma memang cuek, bahkan meski tau Itsa adalah anak dari adiknya. Ia diam saja saat tau dirinya hidup bagai pembantu dirumah ini. Padahal pekerjaan om Darma memungkinkannya untuk bisa menyewa jasa pembantu karna memang Siska sebagai istri tidak mau tau soal beres-beres dan masak.
"Iya, guru nyuruhnya datang lebih awal hari ini" Darma mengangguk sekilas, lalu mengeluarkan dua lembar uang dari saku belakang celananya.
"Yang hemat, gak usah beli apa-apa yang gak penting" Itsa menerimanya dengan dua kali anggukan, tidak perlu diberitahu Itsa juga sudah paham. Lagi pula Itsa sadar uang ini kurang. Hanya cukup untuk ongkos dan makan siang di sekolah untuk beberapa hari, biasanya kalau sempat Itsa buat bekal makan siang tapi sekarang sedang tidak.
Karna tau uang jajannya pas-pasan maka Itsa harus melupakan impiannya untuk mengoleksi novel-novel fantasi
"Kalau gitu aku berangkat dulu"
"Hmm"
🦋🦋🦋
Setelah berjalan tidak terlalu jauh, Itsa akhirnya sudah duduk manis di angkot langganannya yang sudah akrab dengan Itsa, seolah paham kondisi Itsa yang memang sedang ingin cepat-cepat sang supir yang akrab di sapa pak samsul itu tidak menunggu lama untuk menjalankan angkotnya.
Sampai depan gerbang sekolah, Itsa mengeluarkan parfum tiga puluh ribunya dari dalam tas dan menyemprotkan ke seluruh seragamnya, agar bau angkot tadi tidak menempel.
"Mau sekolah apa mau ketemu pacar?" Itsa menoleh, pria berkemeja dan bermasker sudah berdiri tidak jauh dari belakangnya
Kok kayak pernah liat?
Itsa abai, orang asing tau apa soal hidupnya yang harus pulang pergi naik angkot?
"Budek? kok gak nyaut di ajak ngomong" Itsa mendengus, menoleh setelah beberapa langkah mencapai gerbang sekolah yang sudah ramai.
"Ya terserah saya dong, mau pake parfum kek air mawar kek, air suci kek urusannya sama situ apa?" Pria itu terkekeh pelan, melipat tangannya di dada lalu bersandar pada mobil mewah di belakangnya
"Anak-anak jaman sekarang, kalau di kasi tau ada aja jawabannya" Itsa memutar bola mata, tidak lagi menjawab dan langsung masuk ke sekolahnya.
Dasar orang asing jaman sekarang, tidak tau apapun masih komentar saja.
Setelah rapat antar siswa, Itsa dan lainnya mendapat kesimpulan bahwa besok, sekolah akan mengadakan acara semacam perayaan karna memang ulang tahun sekolahnya adalah besok.
Itsa suka acara-acara seperti ini, karna pelajaran akan di tiadakan. Mereka hanya akan makan dan kumpul-kumpul setelah para guru dan kepala sekolah memberi kata-kata sambutan atau doa-doa untuk sekolah.
"Ini kita gak usah bawa kado kan?" Kalya bertanya dengan tawa kecil, dari tahun pertama di sekolah ini tidak ada yang namanya memberi kado, lagi pula yang ulangtahun sekolahnya bukan kepala sekolahnya, kado apa coba yang harus diberikan?
"Mau ngasih apa? mending perbaiki diri aja biar nilainya bagus" kata Itsa membuat bibir Kalya manyun. Kalau soal nilai Itsa memang unggul dari Kalya. Buktinya sahabat sejak SMP Kalya ini mendapat beasiswa full karna kepintarannya.
"Lo liat gak sa tadi?" sebenarnya Itsa ingin menjawab tidak, tapi Kalya pasti akan memukul bahunya.
"Liat apa?" jawabnya dengan tidak minat
"Guru baru tadi!" seru kalya dengan heboh, beberapa anak yang juga jalan menuju kelas seperti mereka menoleh heran.
Guru baru tadi memang duduk dimana? Itsa sih jujur tidak melihat, lagi pula tadi dia fokus mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut gurunya tadi. Mana sempat matanya menatap sekitar.
"Astaga, mata lo kemana aja sih tadi? Masa cowok ganteng gak tertangkap sama mata lo?" loh kenapa jadi Itsa yang salah? memang mata Kalya saja yang tajam dalam mendeteksi wajah tampan.
"Udahlah, bukan urusan gue" Itsa berjalan lebih dulu dan meninggalkan Kalya yang mau ke kantin. Itsa juga lapar tapi di dalam tasnya sudah ada susu kotak dan roti yang sudah ia bawa dari rumah. Itsa makan itu saja
"Ghaitsa Karinasankara" merasa nama lengkapnya disebut seseorang, itsa menoleh. Kalau dia tidak salah kira, kemeja yang pria itu pakai sama dengan kemeja yang di pakai si pria yang dia temui tadi pagi.
"Nama yang bagus, tapi attitude orangnya gak bagus." katanya lagi
"Bapak ngomong sama saya?" Itsa hanya menebak dari pakaian pria itu saja, bisa jadi ini yang Kalya maksud si guru baru itu.
"Ya iyalah, masa sama tembok."
Itsa mengernyit, Itsa merasa tidak melakukan apapun kenapa guru ini marah padanya?
"Maaf pak, saya permisi" Itsa baru saja berbalik tapi sang guru sepertinya belum selesai
"Tuh kan gak sopan, guru belum selesai ngomong udah pergi aja" oh jadi benar dia ini guru, berarti memang guru baru karna Itsa tidak pernah lihat sebelumnya.
"Maaf pak, bapak mau ngomong apa?" Itsa sudah tau pasti guru ini dendam padanya soal sikapnya tadi pagi, Tapi kan disitu Itsa tidak tau kalau pria di depannya ini guru. Kenapa juga dia tidak bilang kalau dia guru?
"Perbaiki etika kamu, salah satu poin penting untuk bisa mengikuti pelajaran saya adalah kesopanan" Itsa menelan ludah, bahkan pria itu belum mengajar di kelasnya tapi sudah bilang kalau dirinya tidak sopan.
Itsa tidak ada keinginan untuk melawan guru, dan demi menjaga beasiswanya, Itsa harus selalu menjaga sikap di depan guru di sekolah atau pun di luar. Itu sebenarnya berlaku untuk semuanya. Mau beasiswa atau tidak, tapi Itsa merasa ia punya bebannya sendiri karna pihak sekolah percaya padanya
"Baik pak saya minta maaf" Itsa membukukan badannya sedikit, ini juga yang menjadi point penting kenapa Itsa selalu di gemari banyak orang di sekolah. Semua orang selalu suka berteman dengan Itsa karna selain pintar dan tidak memilih-milih teman, Itsa juga gampang mengalah dan mudah membantu orang.
"Di maafkan, sana balik ke kelas" Itsa mengangguk sopan, tujuannya kan memang itu.
Pria yang baru memulai hari pertamanya mengajar itu menatap punggung Itsa yang semakin menjauh, semua orang di sekolah ini memakai seragam yang sama. Tapi hanya Itsa yang menarik perhatiannya. Sama seperti orang-orang yang menatapnya penuh minat dan penasaran padanya hendak berkenalan, Itsa justru tidak melihat kearahnya barang sebentar. Bahkan tidak menyadari keberadaannya.