Acara makan-makan yang Itsa tunggu akhirnya tiba juga, tebakannya benar bahwa hampir sebagian besar guru memberi ucapan selamat dan doa-doa singkat untuk sekolah dan semua yang terlibat di dalamnya. Bahkan Itsa melihat guru baru yang entah siapa namanya itu-, juga memberi sedikit kata-kata dan berterimakasih karna diberi kepercayaan untuk menjadi salah satu tenaga pengajar disini.
Itsa sedang menikmati kue bersama Kalya saat guru baru itu memanggilnya dengan isyarat jari, Itsa mendengus, padahal banyak anak-anak lain di sekitarnya yang bisa ia panggil, kenapa harus Itsa yang jaraknya jauh? masa iya dia masih dendam?
"bentar ya , di panggil guru rese" pamit Itsa pada Kalya yang mengikuti setiap langkah Itsa sampai tiba di hadapan guru yang berdiri di sudut ruangan
"ada apa ya pak?" Tanya Itsa seakan ia tidak keberatan di panggil, jujur Itsa kesal karna seharusnya sebagai guru yang baik dia paham untuk tidak menyuruh muridnya yang sedang makan
"ambil absen kelas kamu, kasi ke saya" katanya dengan nada menyuruh. Well, sebenarnya itu bagiannya Kalya sebagai ketua kelas. Tapi apalah daya, sebagai murid dengan beasiswa, Itsa dilarang untuk protes.
"baik pak, sebentar saya ambil dulu" dengan terpaksa Itsa melangkah menuju kelasnya yang jauh dari tempat makan-makan ini diadakan. Itsa mengambil absen dengan kasar lalu jalan buru-buru kembali ke ruangan tadi agar si guru tidak marah karna menunggu lama
"pelan-pelan aja, saya gak bakal lari" katanya melihat keringat di dahi Itsa pertanda dia sampai buru-buru untuk kembali kesini
"ada lagi pak?" Pria itu menggeleng pelan dengan tatapan fokus pada absen. Sepertinya Itsa harus bertanya pada Kalya kiranya mata pelajaran apa yang pria ini pegang
"sekarang gak ada, nanti kalo ada saya panggil" bahkan tanpa kata terimakasih pria itu berlalu begitu saja dari hadapan Itsa yang harus menahan umpatannya sekuat tenaga
"dia kok nyuruh lo ngambil absen?kenapa gak nyuruh gue?" tanya Kalya dengan heran
"mana gue tau! dasar nyebelin" Kalya menggelengkan kepala mendengar gerutuan Itsa. Di sekolah, sampai hari ini hanya Itsa saja yang menganggap si guru muda itu nyebelin. Bahkan semalam Kalya mendapati nama guru itu menjadi hot topic yang dibahas sana-sini di group seangkatan.
"lain kalo kalo dia nyuruh dan ada kaitannya dengan kelas kita kasih tau gue. Itu kan tugas gue" bukan karna Kalya adalah satu dari banyak orang yang menjadi penggemarnya, tapi memang Kalya sebagai ketua kelas harus tau diri untuk menjalani mana yang memang sudah seharusnya jadi tugasnya.
"btw, dia pegang mata pelajaran apa?" kata Itsa sembari menyuapkan kue coklat ke mulutnya
"pak Gara?" oh namanya Gara? nama yang pas cocok untuk orangnya yang garang
Itsa mengangguk
"Dia bakal ngajar di tiga kelas sekaligus, tapi tiap kelas mata pelajaran yang dia pegang beda-beda" Itsa menautkan alis, kenapa bisa seperti itu?
Mengingat sekolahnya membagi kelas dalam beberapa kelompok, apa pak Gara mengajar semuanya? Kenapa juga Itsa harus peduli? Bodo amat.
"Emang bisa gitu?" Kalya mengangguk, dia juga heran tapi dia dengar sendiri waktu guru bilang begitu.
"Makanya lo jangan langsung pulang, jadi hal-hal kayak gini lo gak tau kan" Itsa hanya angkat bahu, tidak begitu penting Itsa hanya ingin tau saja.
"Di kelas kita dia ngajar bahasa Inggris" dalam hati Itsa mengumpat, bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran kesukaan Itsa dan benar-benar akan jadi tidak menyenangkan kalau guru itu yang menjadi gurunya nanti.