STARTING OVER

2.6K 200 8
                                    

Itsa menatap dirinya pada cermin besar di hadapannya, dress putih serta rambutnya yang telah di buat Curly itu membuat Itsa sedikit tidak percaya diri.

Apakah itu memang dia?

Sekolah memberikan kebebasan pada para siswa dan siswi untuk mengenakan pakaian bebas untuk mengikuti pensi yang ada. Dress, tatanan rambut, serta make up tipis ini adalah hasil karya seorang Kalya.

Awalnya Itsa menolak, ia ingin pakai seragamnya saja. Tapi perlu di ketahui pula bahwa Kalya itu agak keras kepala. Ia bisa tahan tidak bicara pada Itsa kalau keinginan dan niat baiknya di tolak. Sama seperti saat Kalya menawarinya memakai uang miliknya untuk mencari kost, Kalya sudah berulang kali marah karena penolakan Itsa.

Kalya sudah duduk rapih dengan kamera di tangan, siap merekam Itsa yang hari ini akan bernyanyi menggunakan gitar akustik yang ia pinjam dari revan-teman sekelas dan kebetulan akrab dengan Kalya.

Itsa gugup, lumayan sangat gugup. Di luar sana, yang menonton hampir semua kelas. Bahkan guru-guru juga banyak yang meluangkan waktu untuk duduk dan menonton satu persatu peserta lomba nyanyi, Itsa sengaja meminta panitia untuk memanggil namanya di urutan terakhir. Setidaknya, acara mulai menjadi tidak se luar biasa diawal bagi Itsa.

Sorak suara ramai dan tepukan tangan menyambut Itsa yang langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Itsa menunduk, menatap gitar berwarna hitam yang kini ia genggam. Itsa terlalu tidak percaya diri untuk mengangkat kepala dan menatap semua orang di depan sana. Itsa takut melihat reaksi mereka.

Tapi jika posisinya menunduk, bagaimana ia akan bernyanyi. Itsa menarik nafasnya dalam-dalam. Berjanji dalam hati untuk tidak membuat kesalahan saat bernyanyi. Mengingat baik-baik setiap nada yang telah ia pelajari berminggu-minggu serta berdoa agar ia tidak lupa caranya bermain gitar. Itsa suka alat musik, walau ia tidak punya.

Kegugupan itu kian menjadi saat netra Itsa tanpa sengaja bertubrukan dengan tatapan dalam nan lekat milik Gara yang berdiri di sudut ruangan.b
Bersandar pada pilar dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Itsa memutuskan kontak mata itu cepat-cepat. Seperti katanya diawal, semua tentang Gara harus ia lupakan. Itsa harus kembali ke awal dimana Gara adalah guru hebat dan idola sekolah, sementara dirinya hanyalah siswa biasa yang tidak punya apa-apa.

Ya, sebaiknya begitu saja.

Itsa mulai memetik gitarnya, kembali mengundang tepuk tangan dan pujian karena mereka semua baru pertama kali melihat Itsa bermain gitar. Untuk kecantikan Itsa hari ini, semua juga sudah tau dari lama, selain hati, wajah Itsa juga sangatlah cantik. Mereka tidak akan heran, terlebih dress putih dan make up tipis itu semakin membuat Itsa terlihat sempurna.

I wanna come home to roses
And dirty little notes on Post-its
And when my hair starts turning gray
He'll say I'm like a fine wine, better with age
I guess I learned it from my parents
That true love starts with friendship
A kiss on the forehead, a date night
Fake an apology after a fight
I need a man who's patient and kind
Gets out of the car and holds the door
I wanna slow dance in the living room like
We're 18 at senior prom and grow
Old with someone who makes me feel young
I need a man who loves me like
My father loves my mom

Suara Itsa yang lembut dan dengan nada halus itu seolah menghipnotis. Kalya bahkan terkejut. Lebih terkejut lagi karena Itsa ternyata menyanyikan lagu yang berbeda dari yang selama ini ia perdengarkan kepada Kalya. Kalya menatap Itsa tanpa putus. Membiarkan suara Itsa serta lirik lagu itu meresap baik-baik di kepalanya

Like my father loves my mom

Dengan kamera di tangannya, Kalya sudah merasa matanya memanas. Itsa tau apa soal cinta ayah dan ibunya? Dia bahkan lupa rupa mereka. Kenapa Itsa memilih lagu pilu begini?

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang