Dua hari sudah Itsa tinggal apartemen Gara, selama dua hari itu Itsa sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya karna takut dan belum punya jawaban kalau saja om Darma bertanya lagi. Selama dua hari disini Itsa selalu bangun pagi lebih dulu untuk membuat sarapan, sebenarnya Itsa tidak mau sarapan bersama Gara, tapi pria itu memaksanya dengan segala cara. Bahkan Itsa juga menolak untuk berangkat dan pulang bersama. Di awal-awal, Itsa masih bisa tenang karna ia masih punya uang simpanan. Namun karna Gara memang keras kepala dan tidak mau dibantah, ia memesan kan Itsa taksi online tiap hari untuk berangkat dan pulang sekolah.
Itsa tidak ingin merepotkan, bahkan untuk keluar dan makan saja, Itsa selalu melakukannya buru-buru supaya Gara tidak melihatnya. Sebelum mendekam di kamar, Itsa selalu sempat untuk beres-beres apartemen padahal Gara sudah mewanti-wanti Itsa untuk tidak melakukan apapun termasuk beres-beres. Karna setiap dua hari sekali, ada tukang bersih-bersih yang akan datang. Itsa juga tidak bisa masak,.karna meski dapur ini canggih tidak ada apapun yang bisa di masak. Kulkas Gara isinya cuma minuman kemasan, bahkan bumbu saja tidak ada.
Dasar orang kaya, selama disini Itsa hanya memanggang roti dengan butter untuk sarapan, makan siang dan malam Gara yang pesan. Namun selama ada Itsa, Gara memang jadi rajin mengisi kulkasnya dengan susu padahal sebenarnya Gara tidak terlalu suka susu.
Sore hari, saat Itsa sudah latihan sedikit di temani Kalya, Itsa memutuskan untuk pulang, sejak kemarin Itsa tidak melihat keberadaan Gara. Di apartemen saja, Gara selalu pulang saat Itsa sudah tidur. Sungguh Itsa tidak tau kalau guru bisa sesibuk itu sampai tengah malam atau bahkan subuh baru boleh pulang
"Kamar kost gue udah ke isi semua" Itsa memang sudah meminta tolong kepada Kalya untuk mencarikannya kamar kost, lalu uang mukanya bisa pinjam pada Gara. Karna ternyata Gara tidak menepati ucapannya, katanya mau mencarikan Itsa kost tapi sampai sekarang tidak pernah. Pria itu malah sibuk dengan urusannya sendiri
"Tapi lo masih mau bantu gue cari di tempat lain kan?" Itsa juga mencari lewat internet, kiranya kost yang murah dan dekat dari sekolah jika ada.
"Masih dong, gue kan pantang menyerah" Itsa tersenyum, keberuntungan di sela-sela peliknya hidup adalah Kalya.
"gue pulang duluan ya? Lo mau ikut gue nggak? Namun meski Kalya sahabatnya, Itsa belum berani cerita kalau dia tinggal di apartemen Gara
"Gak deh, lain kali aja" Kalya mengangguk lalu menaiki ojek online yang sudah dia pesan.
Itsa duduk di halte, jam masih menunjukkan pukul dua siang dan sebenarnya Itsa agak lapar, padahal tadi ia sempat makan bakso di kantin.
Kalau mau beli lagi, Itsa tidak punya uang. Itsa harus berhemat karna pasti akan segera ia keluar dari apartemen Gara. Itsa tidak mau lebih menyusahkan lagi dan mungkin itsa akan pulang kerumah untuk mengambil barang-barangnya sekalian pamit.
"Itsa!" Itsa langsung berdiri dengan takut, om Darma dengan langkah cepatnya sudah berdiri menjulang di hadapan Itsa.
"Dasar gak tau diuntung! tinggal dimana kamu selama ini?!" Itsa menunduk takut, ia tidak menyangka kalau om Darma akan sampai menyusulnya ke sekolah.
"Udah mulai berani! ayo pulang sekarang!" Darma mengambil lengan Itsa yang sudah meronta, namun tidak peduli pada penolakan itu atau beberapa pedagang kaki lima yang melihat kearah mereka, Darma tidak peduli. Ia tetap menyeret itsa untuk ikut pulang bersamanya
Itsa ketakutan, bukan tidak mungkin om Darma akan memukulnya. Itu pernah terjadi dan Itsa amat takut. Namun seolah Tuhan tau ia sedang kesulitan, ada sedikit rasa lega saat mobil Gara berhenti menghalangi jalannya om Darma.
"Ada apa ini?" Mata Gara sekilas menatap pada Itsa lalu beralih pada tangannya yang di pegang terlalu erat oleh si pria asing ini
Gara tidak suka, ia melangkah maju dan melepaskan cengkraman itu, namun Darma tidak ingin kalah.