BAD DAY

2.7K 219 3
                                    

Hari ini adalah hari minggu, Itsa sudah ada rencana untuk latihan bernyanyi diruang musik sekolah jam sembilan pagi. Untunglah sekolah tetap buka bagi yang memang sekolah disana.

Tapi karna Itsa akan pulang sore, Itsa membersihkan seluruh rumah dan memasak banyak. Siapa tau saja Nesya tante Siska atau om Darma ingin makan banyak karna mereka semua sedang dirumah.

Itsa sedang mengepel lantai teras belakang saat Nesya dengan sengaja lewat dan membuang kulit kacang ke lantai. Namun karna ini bukan serial bawang merah bawang putih, Itsa tentu tidak akan diam.

"Lo gak liat gue lagi ngepel?" tanya Itsa retoris, nadanya terdengar marah tapi Itsa tidak peduli.

"Liat,.lo kan emang babu dirumah ini" Itsa menghela nafas, sudah sering terjadi. Jadinya Itsa sudah terbiasa kalau Nesya mengejeknya begitu.

"Kalo liat berarti mata lo gak buta, terus kenapa buang sampah sembarangan? selain gak tau kerjain PR sendiri, lo juga gak tau buang sampah yang bener?" Nesya justru terpancing duluan, padahal niatnya ingin mengejek Itsa tapi kenapa malah dia yang di permalukan.

"Jaga mulut lo____

"Lo yang harusnya gak ganggu gue, lo mau tugas lo gue kerjain asal-asalan?" Itsa mengatakannya dengan nada biasa, ia sering ingin melakukan itu tapi selalu saja tidak bisa karna kalau sampai itu terjadi, Nesya pasti akan mengadu pada Siska dan Itsa akan tau sendiri apa akibatnya.

Tidak ingin berdebat lebih jauh, Itsa memilih berbalik untuk mulai mandi dan bersiap ke sekolah.

"Pantesan nyokap lo buang lo, nyebelin sih!" Itsa selalu berusaha untuk bersabar dalam banyak hal, saat tante Siska marah padanya tanpa sebab atau remeh, saat om Darma tidak pernah membelanya, dan segala cobaan hidupnya yang ada, Itsa selalu berusaha untuk sabar. Tapi untuk yang satu itu Itsa kesulitan untuk mengontrol diri. Sesuatu yang menyangkut soal ibunya adalah hal yang sangat sensitif untuk Itsa dengar karna dia pun menolak membahas ini. Namun nyatanya, Nesya sedang ingin menguji batas sabarnya.

"Lo bilang apa?" Itsa menggenggam erat gagang pel di tangannya

"Salah? bener kan lo dibuang?" Nesya nampak sangat puas menatap wajah emosi Itsa di hadapannya

"Minta maaf" kata Itsa memberi satu kesempatan untuk Nesya namun gadis itu malah tertawa sampai sudut matanya berair.

"Ngapain, emang bener kok lo tuh dibuang!" Nesya menjerit sakit saat Itsa memukul keras gagang pel mengenai kepalanya, keras sampai suara benturannya cukup nyaring.

Dan Nesya seperti biasa, dia pasti akan menangis. Padahal hal-hal seperti ini tidak akan terjadi kalau Nesya tidak pernah memulainya

Itsa mendekat mencengkeram bahu Nesya yang sudah menjerit karna memang ia akan selalu kalah dengan Itsa

"Demi kebaikan lo sendiri mendingan lo jangan cari masalah sama gue" kata Itsa pelan sehingga hanya Nesya yang mendengarnya

Namun Itsa tau, dia tidak akan lolos begitu saja. Pasti selalu ada tante Siska yang membelanya dalam situasi apapun. Sama seperti kali ini. Siska datang sembari meneriakkan nama Itsa lalu pintu kamarnya di buka dengan satu kali bantingan.

"Dasar gak tau diri!" Siska menarik kuat rambut Itsa dari belakang, membuat Itsa terpaksa mendongak untuk menahan sakit. Itsa tidak akan pernah menyesal telah membalas Nesya untuk segala tingkahnya meski balasan dari Siska selalu ada setelahnya.

"Kamu kenapa gak pernah bisa denger sih! kamu numpang dirumah ini, berani-beraninya kamu pukul Nesya!" Kenapa harus tidak berani? Kalau Nesya diawal bisa jaga sikap Itsa juga tidak akan meladeninya

"Setelah kejadian ini jangan harap kamu bisa keluar!" Siska mendorong kepala Itsa yang sudah mengeluarkan air mata karna menahan sakit

"Ada apa sih ribut-ribut?" Om Darma yang mendengar bentakan Siska ikut masuk ke kamar Itsa

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang