Hari pertama sekolah, Itsa merasa bahagia. Menduduki semester terakhir sekolahnya yang sebentar lagi akan selesai. Itsa sudah duduk di bangkunya sejak setengah jam yang lalu bersama Kalya di sampingnya.
Belum ada guru yang masuk meski jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Kelas yang riuh tidak memengaruhi Itsa yang sedang fokus membaca novel yang Kalya bawakan untuknya.
"Bentar lagi lo ulang tahun Sa, mau kado apa?" Kebiasaan Kalya tiap Itsa ulang tahun adalah, menanyakan Itsa mau kado apa? Kalya sendiri yang inisiatif, ia ingin memberi kado yang berguna. Tidak hanya di beli lalu di biarkan begitu saja.
"Gak usahlah Kal" dan seperti tiap tahunnya juga, Itsa akan selalu memberi jawaban yang sama. Tapi bukan Kalya namanya kalau setuju
"Gak bisa dong, orang ultah tuh identik di kasih kado" kata Kalya lagi, tahun lalu ia memberikan Itsa jam tangan yang masih Itsa pakai hingga hari ini
"Bentar lagi gue gajian, nanti gue janji bakal traktir lo" Itsa tersenyum lebar, menatap Kalya dengan binar matanya yang bahagia.
"Serius?" Itsa mengangguk semangat, tertawa kecil melihat Kalya yang bertepuk tangan saking senangnya.
"Gue mau ngasih kado, tapi rahasia" Itsa hanya mengangguk kembali menunduk membaca novelnya. Mau di larang pun Kalya akan tetap pada pendiriannya.
"Ngomong-ngomong, kerja sama sepupu gue bikin lo nyaman kan? Gak ada yang jahat kan disana?" Itsa menutup novelnya kemudian, memusatkan perhatiannya pada Kalya
"Gak kok, mereka semua baik" Itsa bersyukur punya atasan pengertian seperti sepupu Kalya, punya teman-teman yang setidaknya bisa ia ajak mengobrol disana meski ada satu orang yang sampai hari ini tidak Itsa ketahui mengapa begitu sinis padanya
"Syukur deh, kalo ada apa-apa kasi tau gue ya?" Kalya terdengar memohon, ia merasa memiliki tanggung jawab karena sudah andil dalam memasukkan Itsa kesana.
"Tenang aja Kal, gue nyaman disana" Kalya mengangguk, melirik pintu kelasnya yang terbuka dari luar.
"Pak Gara" bisiknya ke Itsa, mengikuti arah pandang Kalya, Itsa menatap setiap langkah Gara hingga sampai di tengah ruangan. Kemeja putih dan celana hitam yang rapih. Bajunya di gulung hingga siku menampilkan kulit lengannya yang putih, agak terlalu putih untuk ukuran laki-laki, berotot membiarkan urat-urat di tangannya dapat Itsa lihat dari posisinya sekarang meski tidak kentara. Itsa berhenti meneliti penampilan Gara sesaat setelah mata mereka bertemu, bertatapan dengan pria itu memang selalu menjadi alasan untuk jantungnya seperti habis lomba.
"Selamat pagi semua?" Sapaan Gara yang langsung dijawab serentak dam semangat oleh seisi kelas
"Gimana kabar kalian? Puas kan liburannya?" Gara yang memang dasarnya bukan pribadi yang ramah jadi terpaksa harus menjadi ramah sekarang.
"Belum puas pak! Boleh nambah gak?!" Sahut salah satu murid laki-laki di baris belakang
"Gak usah pak saya udah kangen liat muka bapak!" Murid perempuan juga ikut menyahut dimana kalimatnya menimbulkan sorakan karena terdengar menjijikan bagi yang lain
Gara di tempatnya tertawa, matanya berhenti tepat di Itsa yang sedang berbicara dengan Kalya.
"Kalya?" Kalya yang dipanggil, tapi Itsa juga ikut menoleh.
"Iya pak?"
"Tolong nyalakan proyektor, saya bakal tetap ngajar hari ini menggantikan pak Atmojo yang gak bisa hadir hari ini" seisi kelas tidak repot-repot menyembunyikan kecewanya. Pak Atmojo adalah guru fisika. Memang luar biasa, baru hari pertama masuk setelah libur, hari senin diisi upacara, lalu setelahnya menyapa fisika. Luar biasa memang sensasinya