Another hectic day
Itsa menatap laptop dan buku catatannya sudah bergabung dengan banyaknya kertas-kertas soal yang berserakan. Jam dinding masih menunjuk angka tujuh saat Itsa sudah duduk rapi di kelasnya pagi ini.
Bukan karena Itsa sangat rajin, tapi karena banyaknya tugas ini memaksa Itsa harus datang pagi-pagi ke kampus untuk bertemu dengan kelompoknya yang akan melakukan presentasi hari ini. Itsa selalu gugup tiap kali melakukan presentasi padahal bukan pertama kali dalam hidup melakukannya.
Kelas itu berakhir beberapa jam kemudian, Itsa selalu merasa lega saat satu tugasnya selesai. Itsa tau kalau kuliah memang sulit, tapi rasanya Itsa tetap saja kaget saat tugas-tugas itu datang berbarengan.
"Kalya belum nyampe?" Tyas yang sedang mengunyah burger itu mengikuti langkah Itsa yang mengambil duduk di depannya
"Katanya sih masih di kelas" Itsa mengangguk, kembali mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugasnya yang belum selesai.
"Sebenarnya lo tuh cari apa sih? Belajar mulu. Nyantai dikit gak papa kali" Tyas yang sudah mengenal Itsa sejak pertama kali masuk kuliah setahun lalu sudah hafal dengan tabiat Itsa. Laptop adalah barang wajib yang selalu tersedia di ransel hitam perempuan berambut hitam itu.
Mendengar teguran Tyas, Itsa hanya terkekeh tanpa repot-repot memandang gadis berambut ikal di depannya.
Hal yang bisa Itsa lakukan untuk mengalihkan pikirannya adalah menyibukkan diri. Meski pada tiap malamnya otak Itsa terasa babak belur karena terus di paksa mengingat-ingat hal yang sebenarnya menyakiti.
Hari ini, Tyas Itsa dan Kalya sudah janjian untuk menonton konser salah satu penyanyi tanah air bersama. Ini sebenarnya ide Tyas yang bahkan rela mengeluarkan uang tiga kali lipat lebih banyak untuk mentraktir Itsa dan Kalya untuk menemaninya yang memang adalah penggemar berat dari penyanyi ini.
Itsa yang dulunya bahkan jarang mendengarkan lagu kini bahkan bisa untuk menonton konser. Takdir memang selucu itu. Dia yang dulunya bahkan kepayahan membayar sewa kost kini menempati salah satu unit apartemen yang meski tidak mewah, tetap saja adalah sebuah pencapaian. Kehidupannya yang dulu benar-benar ia paksa untuk berubah.
___________
Itsa sampai di apartemen nya pukul dua belas malam. Untunglah besok ia libur kuliah dan tugasnya sudah tidak terlalu banyak.
Melempar tas nya pada sofa, Itsa menuju dapurnya yang tidak begitu luas membuka kulkasnya mengambil minuman kaleng untuk ia teguk bahkan tanpa duduk.
Itsa terdiam, menatap kaca jendela apartment nya yang belum tertutup tirai. Matanya memandang kosong membiarkan pikirannya lagi-lagi berkelana sejauh yang ia mau.
Mengingat momen-momen hidupnya yang tidak sepenuhnya bahagia tapi setidaknya indah untuk Itsa kenang. Sebenarnya Itsa mulai benci ketika dalam kesendirian setelah aktifitas nya selesai, ketika dirinya akhirnya benar-benar sendiri membuatnya merasa menjadi orang paling kesepian sejak keputusannya setahun lebih beberapa bulan lalu.
Membiarkan dirinya terhanyut hingga membuat air matanya bahkan telah surut karena terlalu banyak di produksi.
Itsa membanting kaleng kosong itu ke lantai, ia benci hatinya yang masih saja belum menerima bahwa apapun yang ia usahakan, jika lawannya sejuta kali lebih kuat dari dirinya dan ia tak punya dukungan apapun tetap saja ia kalah. Tapi Itsa lupa, ia bukan kalah tapi menyerah.
__________
Jouska.
Sebuah kafe yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil ini adalah hasil dari kerja sama dan menyatukan dua impian antara Itsa dan Kalya. Kafe yang memperkerjakan 4 orang karyawan yang hingga kini makin menunjukkan progres.