EAGERNESS

1.4K 101 0
                                    

Gara ingat betul, bahwa dulu saat usianya sepuluh tahun adalah pertama kalinya ia mengatakan pada karenina kalau dia tidak suka pada kakeknya-javier janardana

Pria yang dari dulu hingga sekarang adalah tahta tertinggi di kekuasaan janardana adalah orang yang jauh lebih perfeksionis dan otoriter dari apa yang pernah gara keluhkan.

Javier janardana adalah definisi keinginan harus terwujud sesuai rencana seolah ia tidak tau bahwa langit itu tujuh lapis, diatas langit masih ada langit. Ada orang di dunia ini yang jauh lebih punya kuasa dari dia. Tapi Javier tidak peduli, maka itulah yang ia terapkan pada janardana dibawahnya.

Eldie menerapkan apa yang javier perintahkan begitu juga saudaranya yang lain. Tidak ada dari mereka yang menjalani hidup di luar aturan yang sudah Javier jaga dari dulu.

Cucu-cucunya semua menjalankan apa yang telah di sediakan.semua juga telah mengerti melanggar aturan sama dengan mencelakai diri sendiri.

Tidak ada yang lolos dari itu. Termasuk juga sagara janardana. Cucu satu-satunya yang dengan lantang dan berani keluar dari jalur dan membuat jalannya sendiri.

Sedari kecil sudah menjadi cucu yang menolak berinteraksi banyak dengan Javier di bandingkan saudaranya yang lain. Gara tidak suka sifat Javier yang tukang perintah dan terlalu mengatur bahkan rumah tangga anaknya sendiri.

Sagara ingat ia di teriaki, di lempari keramik dan melukai keningnya ketika ia mengatakan tidak akan ke canada atau negara mana pun. Tidak juga mengambil posisi di mana pun dengan alasan kuat bahwa dirinya punya hal lain yang ia minati. Gara mungkin beruntung karena terlahir dari keluarga kaya yang tidak akan habis hingga berapa turunan sekalipun, tapi gara juga punya maunya sendiri. Dan ia siap menanggung hukuman karena telah melanggar aturan.

Bahkan hingga hari ini pun, dengan ancaman yang jujur saja bukan sekedar omong kosong belaka javier masihlah berusaha ingin mengontrol gara sebagaimana ia mengontrol anggota keluarga yang lain.

Gara mungkin akan kalah jika soal harta dan kuasa, tapi tidak akan pernah jika soal itsa.

Gara siap, untuk apapun konsekuensinya.

Pagi ini, di langit yang mendung seolah mengikuti suasana hatinya. Gara memasuki ruang kerja ayahnya yang hari ini memutuskan untuk tidak ke kantor demi bertemu dengan sagara.

Putranya yang sangat keras kepala, dimana eldie sebenarnya merasa bahwa javier dan sagara sama-sama keras kepala

"Sudah sarapan gara"? Gara mengangguk, basa-basi ayahnya memang selalu basi di pendengarannya.

"Kamu mungkin udah di kabarin sama asisten kakek" sekali lagi gara mengangguk. Damian, yang bisa disebut asisten sekaligus tangan kanan kakeknya itu sudah memenuhi tugasnya dengan mengantarkan pesan pada gara bahwa ia harus menemuinya paling lambat nanti malam.

"Ada beberapa hal yang mau saya tanyakan ke papa, dan saya mohon untuk papa jawab dengan jujur" ucapan gara yang amat serius itu justru membuat eldie tertawa kecil

"Akhir-akhir ini kamu jadi sering memohon, kemana gara yang semaunya itu kamu sembunyikan"? Gara terdiam, meski ayahnya berucap sembari tersenyum. Sindiran itu agaknya membuatnya tersadar bahwa ia memang terlalu sombong pada ayahnya selama ini

"Papa tau itsa sejak kapan"? Sudahi saja basa-basi nya karena sepertinya eldie juga tidak tertarik

"Sejak dia masuk sekolah, beasiswa itu ada atas dasar papa ingin membantu. Mungkin terdengar seperti kebohongan. Tapi papa merasa bersalah karena gak berhasil menyakinkan mahawira untuk bertahan" sagara memejamkan matanya sejenak. Eldie meski terkesan abai pada urusan orang lain, yang menolak ikut campur pada hal-hal yang tidak bersangkutan dengan pekerjaan atau keluarganya, nyatanya juga masih punya hati.

"Ghaitsa juga cerdas, maka gak salah dia dapat beasiswa" ucapan eldie masih tidak gara tanggapi. Pasti berat menjalani hari-hari dimana kau tidak tau orang tuamu masih hidup atau tidak.

"Om mahawira apa ada bahas soal anaknya ke papa sebelum meninggal"? Eldie menggeleng, ia bahkan tidak di sisi mahawira ketika nafas terakhirnya berhembus

"Kakek yang tau, dia tau soal jasmine dan mahawira. Kakek yang menyelidiki mereka beberapa kali dan punya foto itsa setiap kali masuk sekolah. Tapi sekarang sudah gak, dan papa gak tau kenapa kakek berhenti menyelidiki soal itsa. Dan pastinya, sebelum kamu mulai bicara pun kakek juga sudah tau kalau kamu dan itsa punya hubungan" gara merinding mendengarnya, pikirannya kali ini di penuhi oleh itsa. Ia berdoa dalam hati semoga kakek tidak melakukan hal yang dapat membahayakan itsa.

"Itsa sudah di kasi tau untuk menjauh dari kamu lewat mama kamu" iya, maka dari itu hidupnya tiga tahun tidak terarah.

Javier menggunakan karenina sebagai alat untuk membuat itsa menjauh karena eldie sendiri memang tidak ingin meski ia mampu.

"Berarti papa juga tau dia jasmine sejak pertama kali papa lihat jenazahnya kan"? Eldie mengangguk lemah. Penyesalan itu ada. Tapi kuasa tidak.

"Gara, javier janardana lah yang membuat kasus ini di tutup. Demi mengijinkan kamu untuk membangun perusahaan kamu sendiri, papa setuju untuk bungkam" gara tidak pernah sesedih ini dalam mengetahui sebuah fakta. Matanya terasa panas hendak mengeluarkan air mata yang berusaha ia tahan.

Ia mewujudkan mimpi diatas penderitaan itsa selama ini?

"Papa salah gara, tapi papa juga sayang kamu seperti anak-anak papa yang lain. Kamu benar, kamu udah cukup terlalu diatur selama ini. Maka papa setuju untuk membiarkan kamu gak tau apa-apa soal itsa atau jasmine"

Mengingat bagaimana selama ini ia berjuang keras membangun bisnisnya sendiri lalu menikmati hasilnya membuat gara menangis. Begitu bahagia dia disaat itsa menderita dan tidak tau apa-apa soal ayah atau ibunya dan semua itu karena keluarganya. Gara menangis seperti anak kecil di depan ayahnya yang kini ikut terdiam

"Sagara, sabria gak dengan sengaja menabrak jasmine. Bagi kakek apapun soal mahawira dan jasmine sudah selesai karena mereka berdua sudah gak ada" eldie kembali melanjutkan, dengan suaranya yang pelan karena turut sedih melihat putranya yang paling kuat menangis di hadapannya.

"Tapi ada ghaitsa pa" gara menjawab dengan suaranya yang serak, tenggorokannya sakit menahan isak

"Kakek lebih peduli dengan nama baik keluarga" ucapan eldie makin membuat gara membenci javier janardana. Sekalipun karena dirinya lah ia bisa hidup tanpa kekurangan sedari lulus kuliah.

Tapi sumpah demi tuhan, gara tidak tau akan begini jadinya.

Gara ingin menebus itu. Gara ingin menebus semua kesedihan itsa. Ia ingin meminta ampun pada itsa atas apa yang telah ia lakukan.

Dan jika untuk itu ia harus menentang javier kenapa tidak? Ia telah berhasil untuk tidak ke Canada dan menikahi disa. Kenapa mempertahankan itsa ia tidak bisa?

Pertama, gara harus menjauhkan itsa dari jangkauan Javier. Karena seperti kata eldie. Ia tau hubungan ini.

Menikah dengan itsa dengan status sosial gadis itu yang tidak akan di terima keluarganya dan yang lebih parah, itsa adalah anak dari mahawira-pria yang lebih dulu berani menentang javier. Dan tentu saja, javier tidak akan membiarkan sejarah terulang. Gara siap melepas segala harta dan apapun yang bersangkutan dengan janardana jika itu memang hukumannya. Ia tidak akan seperti mahawira. Tidak kecuali maut turun tangan, gara tidak akan kemanapun tanpa itsa.

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang