Setelah perjalanan panjang nan berliku, perjuangan yang syukurnya berakhir tidak sia-sia, itsa belum lelah untuk tersenyum ketika akhirnya sidang skripsi nya berjalan lancar dan ia di nyatakan lulus. Itu juga berarti itsa memasuki proses menyusun skripsinya.
"Selamat, doain gue cepet nyusul yah" itsa mengangguk di sela-sela pelukan kalya yang dengan baik hati menemani itsa sejak tadi pagi. Sahabatnya itu bahkan memberinya buket bunga mawar yang begitu indah. Itsa sampai terharu.
"Iya, lo pasti bakal nyusul. Harus pokoknya"! Kalya mengangguk, sebenarnya mereka punya impian untuk bisa wisuda bersama tapi tidak akan menjadi masalah jika itsa lebih dulu maju.
"Kita makan-makan yuk"? Itsa dan kalya kemudian berjalan bersama menuju parkiran. Dimana disana sudah ada sagara yang juga baru akan menyusul itsa. Itsa agak terkejut, karena pagi-pagi sekali pria itu mengirimkan pesan permintaan maaf karena gara tidak bisa menyempatkan diri untuk menemani itsa sidang hari ini. Yang dimana tentu saja itsa memaklumi kesibukan pria itu seperti yang sudah-sudah.
"Feeling gue sih, makan-makan kita gak jadi" itsa menatap kalya sembari menggeleng pelan. Kalya memasang senyum ramahnya saat gara menyapanya.
"Selamat sayang, saya ikutan bangga bentar lagi kamu lulus" itsa balas memeluk gara dengan satu tangan karena harus memegangi bunga mawar dari kalya juga. Kepalanya yang berhadapan langsung dengan bahu gara mengangguk pelan.
"Makasih, aku kira kamu gak bakal dateng" mengingat intensitas pertemuan mereka yang akhir-akhir ini memang kurang, itsa tidak memasang ekspektasi gara akan disini pada hari sidangnya.
"Iya, tapi urusan saya udah beres. Ini kalian mau kemana"? Tanya gara setelah melepaskan pelukannya, ia menoleh pada kalya
"Rencananya sih mau makan-makan, tapi kalau pak gara berniat menculik itsa silahkan. Saya bersedia mengalah kok" ucap kalya santai, makan-makan yang ia usulkan tadi sebenarnya di luar rencana hari ini, karena sebenarnya kalya juga ada rencana menemui pacarnya yang kemarin tertimpa musibah. Pria yang telah menjalin hubungan dengan kalya cukup lama itu mengalami kecelakaan lalu lintas.
"Beneran gak papa kan kalya? Gimana kalau saya antar kamu dulu, kamu mau kemana"? Sebenarnya mereka bisa saja makan bertiga, tapi pada dasarnya gara itu egois. Ia cuma mau itsa untuk dirinya.
"Gak usah pak, saya bawa mobil kok" jawab kalya kemudian
"Kita makan bertiga aja" usulan itsa membuat senyum jail kalya terbit
"Bukannya kemarin lo ngeluh kangen sama pak gara, gue gak mau jadi obat nyamuk ah"! Itsa dengan cepat memukul pelan lengan kalya yang bisa-bisanya membongkar rahasia.
"Apaan sih"!
Kalya yang tertawa kembali menoleh pada sagara yang tersenyum menatap itsa.
"Itsa kangen pak, dia curhat terus kok sama saya" kata kalya lagi, mengundang tawa kecil gara. Terlebih itsa kini sedang menghindari tatapannya dengan kedua pipi yang mulai memerah.
Selama ini memang cuma gara yang selalu dengan frontal menjabarkan rasa cintanya pada itsa. Mengetahui fakta gadis itu merindukannya membuat gara tidak bisa mengontrol rasa bahagianya.
Berpamitan singkat, kalya akhirnya pergi dengan salah satu mobil dewangga yang ia pinjam. Gara dan itsa kini berada dalam mobil menuju salah satu restoran untuk makan siang.
"Gimana tadi sidangnya? Susah"? Tangan gara naik mengusap pelan pipi itsa yang hari ini menggunakan make up yang sedikit berbeda dari biasanya. Gara menyukai warna pink tipis di kedua pipi gadis itu.
"Lumayan susah sih, deg-degan juga. Tapi syukur nya aku bisa" jawab itsa dengan nada bangga di akhir kalimatnya.
"Kalo diliat dari kepintaran kamu dan usaha kamu selama ini sih saya gak kaget kamu lulus" ucap gara. Di masa SMA jangan lupa kalau itsa itu siswi berprestasi. Nilainya tidak pernah keluar dari angka 90. Karena kecerdasan itu pula ia memiliki beasiswa full