EGOISTIS

1.9K 137 1
                                    

Malam sudah tiba saat Itsa sampai di depan kostnya, kali ini dimas dengan baik hati menawarkan Itsa untuk pulang bersama. Andai saja tidak ada perayaan ulang tahun, Itsa harusnya sudah sampai rumah dari jam delapan tadi. Karena ada yang menyewa satu kafe untuk merayakan ulang tahun semua karyawan jadi harus lembur. Tapi syukurlah, besok Itsa libur, jadi sepulang sekolah bisa langsung pulang ke kost.

"Makasih ya, aku masuk dulu" Dimas mengangguk dengan senyum, tangannya terangkat membentuk simbol ok

"Sama siapa?" Jika tidak punya pengendalian diri yang bagus, Itsa pastinya sudah teriak karena suara dan kemunculan tiba-tiba Gara di belakangnya.

"Bapak ngapain disini?" Itsa melirik jam tangannya, sudah pukul sepuluh malam. Pria ini tidak punya kesibukan lain kah?

"Saya udah nunggu kamu dari tiga jam yang lalu, di telfon gak diangkat, saya datang ke kafe gak di biarkan ketemu kamu dan sekarang kamu malah boncengan sama orang lain?" Itsa meringis, ekspresi Gara terlihat sekali sedang kesal. Itsa mendengar kalau tadi Gara sempat mencarinya di kafe tapi karena sibuk Itsa minta pada temannya untuk menyuruh Gara pulang saja.

"Dia temen saya pak, kebetulan kita searah" Itsa sebenarnya lelah, tapi meninggalkan Gara dalam keadaan pria itu sedang marah sepertinya bukan pilihan bagus

"Kenapa gak telpon saya? Saya bisa jemput kamu dimana pun dan jam berapa pun" Gara sudah tidak tenang atas ucapan Kalya siang tadi, dan sekarang ia harus tambah kesal karena Itsa dan pria itu berbagi senyum, akrab sekali sepertinya. Itsa jarang sekali senyum manis begitu di depannya.

"Saya kira____

"Itsa, ibu tungguin dari tadi loh ayo masuk pintu mau ibu kunci" ibu kost Itsa tiba-tiba datang, memotong ucapan itsa tadi. Andai Itsa bukan penghuni kost nya yang paling rajin bayar tepat waktu, sudah ia kunci pagar ini dari tadi. Mengingat Itsa juga anak sekolah yang tiap harinya juga bekerja, membuatnya tidak tega mengunci pintu pagarnya untuk Itsa.

"Maaf bu, kunci aja pintunya. Hari ini Itsa sama saya" Itsa menoleh kaget, tidak baik baginya jika tidur di tempat Gara. Itsa bersumpah dalam hati.

"Enggak-enggak kok bu, saya masuk sekarang." Gara menahan lengan Itsa untuk tidak pergi dari hadapannya

"Loh, memang kamu siapa? Kakaknya?" Itsa menggeleng keras, ibu kostnya ini kenapa tidak langsung mengusir Gara saja? Itu jauh lebih baik

"Saya calon suaminya bu" ibu kost itu tidak lebih terkejut dari Itsa

"Kalian tinggal serumah gitu? Itsa kan masih sekolah!" Mendengar ibu kostnya mulai heboh, Itsa menatap Gara dengan tajam melepas tangannya paksa lalu mendekati ibu kostnya

"Bu bentar ya, aku ngomong bentar sama dia. Abis itu aku janji langsung masuk dan kunci pagar" ibu kostnya itu menatap Gara dan Itsa bergantian

"Yaudah jangan lama, gak enak kalau di liat sama yang lain" Itsa mengangguk lalu mengucap terimakasih.

"Pak, besok aja ya ngomongnya? Saya harus masuk. Capek juga abis lembur" Itsa tau nada suaranya terdengar merengek, tapi benar kata ibu kostnya. Akan jadi masalah kalau yang lain melihatnya lalu salah paham.

Mendengar rengekan serta wajah lelah Itsa, Gara akhirnya menghela nafas lalu menarik Itsa pelan untuk ia peluk.

"Pak, nanti di liat orang?" Itsa ingin mendorong Gara menjauh tapi seperti sebelumnya, tenaga Itsa payah sekali kalau di bandingkan dengan Gara

"Kamu berhenti kerja aja, terus tinggal di apartment. Biar saya gak susah kalau mau datang" Itsa memutar bola matanya malas, mendorong Gara sekuat tenaga hingga pria itu sedikit menjauh

"Saya gak se-kaya bapak, bisa tetap dapat uang walaupun gak kerja, bisa pilih mau di tinggal di gedung bagus kayak apartment bapak." Gara kemudian menyesal, mengambil kedua tangan Itsa untuk ia genggam

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang