Dewangga Bayuseno pria tiga puluh satu tahun yang kisah percintaannya tidak semulus orang-orang. Setau itsa, angga dulunya tipe pria yang tidak mau ambil pusing soal pernikahan. Setiap kali ditanya sudah punya pacar atau kapan menikah, dewangga selalu bisa menjawab baik tenang dan santai. Kabar mengenai dewangga akhirnya jatuh cinta pertama kali itsa dengar dari kalya yang memang adalah 'tempat curhat' seorang dewangga.
Dia menyukai perempuan yang merupakan karyawan baru di kantornya sendiri. Itsa tidak tau rupa dan namanya. Yang jelas, waktu itu ia senang bercampur kaget karena dewangga akhirnya merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta sekaligus bagaimana rasanya jatuh cinta namun tidak di restui orang tua.
Itsa sangat terkejut mengenai apa yang dewangga katakan padanya kemarin. Tidak pernah satu detik pun dalam hidupnya ia berfikir akan menikah dengan dewangga. Sama seperti yang dewangga katakan kemarin, sama. Itsa juga menganggap dewangga adalah kakaknya. Pria yang ia sayangi selayaknya saudara. Tidak lebih.
Bagaimana cara dewangga menyampaikan penolakan halusnya dengan berusaha tidak menyinggung itsa adalah salah satu contoh bahwa dewangga adalah pria yang baik. Dia hanya perlu sedikit berusaha lebih keras lagi meyakinkan orang tuanya. Dan itsa pun akan melakukan tugasnya.
Hari ini, sepulang dari mengecek kafenya yang baru di buka beberapa hari yang lalu. Itsa berencana menemui cysara-mama dewangga. Untuk menyampaikan niatnya yang tak akan pernah menikah dengan dewangga dan mungkin tidak dengan siapapun.
Dering ponselnya membuat itsa yang sedang melamun menyusun kata terpaksa tersadar. Kalya menelponnya. Itsa belum menceritakan apapun padanya dan dewangga juga sepakat.
"Halo"
Dimana sa?
Sudah dua hari sejak kalya menikah, mereka belum bertemu lagi. Itsa sengaja memberi kalya waktu untuk membereskan barang-barangnya karena ia akan ikut tinggal dengan suaminya di jakarta. Itsa tentu saja sedih, namun pembahasan soal itu sudah jauh-jauh hari di bicarakan. Jaraknya dan kalya tidak terlalu jauh, mereka bisa saling mengunjungi dan akan rutin berkomunikasi. Bahkan sebelum pergi pun mereka sudah jarang bertemu karena itsa merasa tidak enak. Ia khawatir menganggu pasangan baru yang sedang berdua saja itu.
"Di kafe, kenapa"?
Kalya baru pergi besok, dan itsa sudah janji akan menemuinya terlebih dulu.
Kenapa?! Kita udah berapa hari gak ketemu! Gue mau ke jakarta loh!
Teriakan kesal kalya membuat itsa tertawa, akan sangat amat ia rindukan momen ini. Kalya adalah satu-satunya alasan ia bertahan sekarang ini. Sumpah demi apapun, jika saja bukan kalya yang selalu ada dan tidak pernah meninggalkannya itsa tidak tau apakah ia masih hidup hingga kini.
"Iya, habis ini gue kesana" telpon di tutup setelah kalya memperingatinya banyak ancaman kalau sampai itsa tidak datang.
_________
Rumah orang tua dewangga berada di jakarta, itsa menyetir mobilnya sendiri untuk bisa sampai kesana tanpa memberitahu dewangga atau siapapun. Mungkin dewangga tau. Iya dewangga tau ia akan melakukan ini, tapi dewangga tidak tau kalau itsa datang hari ini. Lagi pula itsa juga tidak tau sedang dimana pria itu sekarang. Terakhir ia melihatnya adalah malam itu. Ia langsung pulang setelah membujuk kalya beberapa menit.
Itsa dan kalya pernah beberapa kali datang kesini, bersama dewangga juga tentu saja. Itsa turun setelah mempersiapkan dirinya lumayan lama. Ia khawatir penolakannya membuat cysara marah. Tapi setelah di pikir ulang. Buat apa dia marah? Itsa juga punya hak menolak kan?
Toh, dewangga juga tidak menginginkan adanya pernikahan kecuali dengan pujaan hatinya.
Rumah yang tidak terlalu besar, karena orang tua dewangga memang hanya tinggal berdua saja disini. Dewangga juga memutuskan tinggal sendiri sudah sangat lama.