"makan dulu sagara, lo belum makan dari____
Galang lupa, kapan terakhir kali gara makan? Kemarin pria itu hanya makan satu bungkus roti, itu juga tidak di habiskan. Dan sekarang, melihat wajah gara yang pucat rasa khawatir galang makin drastis
Sejujurnya, galang sudah memikirkan yang tidak-tidak mendapati brutalnya gara dalam bekerja selama dua bulan ini. Begadang ekstrim, makan hanya sesekali itupun di paksa, harusnya gara masih dirumah sakit karena kemarin mengalami kelelahan dan stress. Namun gara memilih pulang duluan dan kembali bekerja meskipun dokter memintanya istirahat total selama beberapa hari kedepan.
Kisah percintaannya yang sedang porak-poranda membuat seluruh tatanan hidup gara menjadi bagai di terjang badai. sewaktu itsa menghilang dulu, gara setidaknya menurut jika di suruh makan walaupun sedikit. Sekarang tidak sama sekali.
"Lo banyak kerjaan, gue ngerti. Gimana lo mau selesain semuanya kalo ntar lo mati karena kelaparan"? Galang dengan bujukannya yang agak kejam hanya tak di gubris gara. Pria itu masih fokus pada berlembar-lembar kertas di depannya
"Sagara"! Galang frustasi, ia menunduk memijat keningnya yang mulai pening. Kalau saja gara bukan sahabatnya dan karenina tidak pernah memintanya menjaga gara, sesungguhnya galang juga ingin sekali memaki gara dan mengatakan jika tidak perlu berusaha terlalu keras, jika itsa memang miliknya pasti akan datang padanya. Namun sulit memberitahukan warna baru pada yang terlanjur mencintai kelabu.
"Tante karenina udah dari kemarin nyariin lo, kenapa sih gak mau ketemu"? Entahlah, gara juga tidak benar-benar mengerti. Ia hanya kesal. Melihat wajah karenina mengingatnya pada bujukan wanita itu di masa lalu. Melihat sabria mengingatnya pada keegoisan nya di masa lalu. Gara menghindar agar tidak menyalahkan siapapun selain dirinya.
Selesai dengan dokumen yang telah ia periksa, gara berdiri dari duduknya mengambil ponsel yang mulai tidak berguna serta kunci mobilnya. Sabria hari ini terapi, dan sialnya ia tidak ingin melakukan terapi apapun kecuali gara mau menemuinya. Gara merasa hidupnya makin berat saja dari hari ke hari.
Namun di tengah langkahnya, keseimbangan tubuh gara goyah. Ia jatuh terbaring di lantai bersamaan dengan kepalanya yang di dera rasa pusing yang hebat.
"Sagara, lo kenapa"? Galang mulai panik, ia membantu gara untuk duduk namun sulit gara enggan bangun
"Kita kerumah sakit, gue bunuh lo kalau sampe keras kepala lagi"
_______
Karenina dengan air matanya yang mulai turun menatap gara yang terbaring dengan infus sejak beberapa jam yang lalu. Di kabari oleh galang soal kondisi gara membuat karenina merasa hampir kehilangan kemampuan untuk bernafas.
Dokter memvonis bahwa gara mengalami tipes kelelahan dan stress berat, serta maag akut yang membuat lambungnya nyaris luka karena jarang di isi. Apa yang lebih menyakitkan selain mengetahui anakmu sakit parah?
"Gimana"? Karenina melirik eldie yang baru tiba, suaminya itu membatalkan keberangkatannya ke Makassar mendengar kondisi gara yang memprihatinkan.
"Tidur habis minum obat" eldie mengangguk, tidak menyangka akhirnya gara tumbang juga.
"Pokoknya kamu harus bisa bilang ke papa untuk gak mengusik itsa ataupun gara lagi" eldie diam mendengarkan. Karenina yang awalnya menentang hubungan gara atas suruhan javier mulai merubah haluan. Melihat gara baik-baik saja adalah yang paling dia inginkan.
"Gak ada larangan untuk mereka menjalin hubungan, memang papa kamu yang terlalu mengekang hidup orang lain. Kamu ayahnya, dan aku rasa kamu sudah terlalu tua untuk di atur" karenina tau bahwa selama ini ia menjadi ibu yang sangat menekan anak-anaknya, mendengarkan segala kemauan Javier yang katanya baik. Namun semua itu karenina lakukan agar anaknya tidak kekurangan, agar ia pun tetap memiliki hubungan yang baik dengan mertua dan keluarga suaminya.