Gara memerhatikan nilai-nilai di buku tugas murid-muridnya dengan teliti sekali lagi sebelum ia memutuskan tidur. Harusnya tugas-tugas ini di periksa tadi waktu ia masih di sekolah, tapi karna terlalu terpanah dengan jawaban Ghaitsa saat ia bertanya soal masalahnya, Gara jadi menghabiskan waktunya untuk melamun hingga tidak terasa jamnya mengajar di kelas sebelas sudah tiba. Jadi terpaksa Gara membawa pulang semua buku ini dan memeriksanya di apartment nya yang hening
Ghaitsa itu memang tidak main-main soal kepintaran, buktinya dia adalah satu-satunya murid yang nilainya sempurna di tugas ini. Itsa orang yang pandai menempatkan diri karna meski sedang sedih otak dan matanya tetap menangkap baik setiap penjelasan Gara waktu mengajar tadi. Bahkan di kelas Gara lihat sendiri bagaimana banyak siswa lain yang mengerumuninya meminta pendapat atau sekedar bertanya apakah kerjaannya sudah benar atau belum
Itsa pintar, namun dibalik kepintaran itu ada sesuatu yang Itsa tutupi dengan rapat. Gara menatap matanya sudah terlalu sering dan terlalu lama hingga dengan jelas dapat Gara tangkap, dia memiliki luka yang sepertinya tidak ingin dia bagi ke siapapun.
Gara merebahkan diri keatas kasurnya yang empuk, dalam hati ia menggerutu kenapa dirinya terus-terusan memikirkan Itsa yang bahkan meski sudah ia bantu mencari penjual sate-, sikapnya tetap saja dingin dan jutek.
Gara mengambil ponselnya yang tergeletak asal diatas kasur, menulis nama Ghaitsa Karinasankara di kolom pencarian Instagram namun tidak ada satu pun akun yang muncul dengan nama itu.
Harus Gara akui, nama perempuan itu benar-benar unik dan Gara suka menyebutnya.
Karna tidak ada apapun yang bisa ia temui soal Itsa, Gara beralih pada aplikasi pesan berbasis internet di ponselnya, lalu membuka group kelas 12A mencari nomor Itsa disana, bahkan gadis itu tidak memasang foto untuk profilnya.
Sagara; Kara, sampaikan ke teman-teman kamu minggu depan akan ada ulangan harian
(Send)
Gara tertawa membaca ulang pesannya sendiri, repot sekali dia mengirim pesan pribadi pada Itsa. Padahal dia bisa langsung mengetikkan itu di group supaya semua muridnya bisa langsung Tau. Tapi entahlah, sebut saja Gara iseng karna tiba-tiba ia ingin dekat Itsa.
Pesannya sudah dibaca, sudah centang dua biru. Tapi Itsa tidak kunjung membalas, bahkan kata online di bawah nomornya masih terlihat. Kenapa pesannya dianggurkan?
Dua menit kemudian pesan balasan Itsa masuk dan Gara langsung bangun dari posisi tidurnya karna terlampau tidak percaya
Ghaitsa Kara; iya pak
Hanya itu, dan Gara menunggunya selama dua menit. Seolah belum puas, Gara tercengang setelah muncul satu pesan di group namun bukan dari Itsa
Kalyana; kata pak Gara minggu depan ulangan harian guys
Gara mengumpat kecil, sampai segitunya kah Itsa tidak ingin berhubungan dengannya? tidak sopan sekali, padahal kan dia ini guru! sikap cuek Itsa justru membuat harga diri Gara sebagai laki-laki sedikit tersentil.
Diluar sana, banyak yang berlomba-lomba mencari perhatiannya. Bahkan di kelas saja banyak murid perempuan yang seolah mencari perhatiannya dengan dalih tidak mengerti akan penjelasannya. Padahal Gara bersumpah bahwa metode mengajarnya sudah yang paling mudah.
Tapi lihat Itsa ini, kenapa dia menyebalkan?
Agam yang kebetulan menginap malam ini masuk tanpa mengetuk pintu kamar Gara terlebih dahulu, membuatnya tanpa sengaja melihat ekspresi kakak sepupunya yang kesal.
"Kenapa bang?" tanyanya
"Lo yang kenapa? masuk gak ketok pintu" hardik Gara justru membuat tawanya itu meledak