PENULISAN SANGAT-SANGAT BERANTAKAN ⚠️⚠️Ghaitsa mengeratkan blazer sekolahnya, udara memang agak dingin karna hujan mengguyur bumi terlalu pagi. Cuaca yang sejuk membuat gadis delapan belas tahun itu terlalu tidak rela meninggalkan kasur andai saja siska-tantenya- tidak berteriak di balik pintu kamarnya
Sepanjang koridor yang mulai agak sepi, Itsa kembali merapikan seragamnya akibat tadi buru-buru jadi tidak terlalu memperhatikan apakah pakaiannya sudah rapi atau belum. Rok, dasi, blazer, kembali Itsa benarkan. Meski ia tau koridor sudah sepi namun jalan Itsa masih santai karna dia tau guru di jam pertama akan datang terlambat
"lelet amat lo kek siput dinaikin kura-kura" sergah si ketua kelas yang kebetulan adalah teman sekolah, dan teman sebangku Itsa.
"ya maaf, naik angkot kan emang lama" andai saja Itsa punya banyak uang mungkin tiap hari ia akan naik taksi ke sekolah dan keterlambatan tidak akan pernah ada dalam kamusnya
"PR lo udah kelar?" tanya Kalya lagi, Itsa mengeluarkan buku PR bahasa Indonesianya yang berhasil ia kerjakan di tengah malam. Tinggal dirumah om dan tante yang menyerahkan segala urusan rumah padanya memang menyulitkan Itsa untuk santai atau mengerjakan tugas sekolah. Satu-satunya waktu yang Itsa punya untuk leluasa hanya di tengah malam
"anak cerdas" Kalya menepuk-nepuk pucuk kepala Itsa bak seorang guru pada muridnya yang berusia lima tahun
Sekolah yang Itsa jadikan tempat untuk menimba ilmu ini termasuk sekolah dengan peraturan ketat karna memang adalah salah satu sekolah terbaik se-indonesia. Terbukti seragamnya saja beda dari yang lain dan sudah menjadi ciri khas dimana orang-orang bisa langsung tau hanya dari dasinya saja.
Tidak mengerjakan tugas atau terlambat sangsinya bukan hanya sekedar hormat pada bendera di tengah siang, malah bisa sampai pihak sekolah memanggil orang tua murid. Terdengar berlebihan memang. Tapi itu demi agar murid bisa disiplin dan takut untuk berbuat kesalahan. Tapi Itsa hafal betul jam-jam guru akan masuk makanya dia masih bisa jalan santai, kalau kata Kalya sih dia lelet.
"Pensi sekolah bentar lagi" Kalya memang di sibukkan dengan beberapa hal, karna dirinya ini ketua kelas yang cukup tegas dan takut mangkir dari tanggung jawab.
Pensi sekolah tidak membuat Itsa tertarik, karna tidak akan ada yang berbeda dari itu. Mereka akan tetap masuk sekolah walau memang jam belajar agak di kurangi. Tapi untuk Itsa pensi tidak pensi ia tetap akan rajin ke sekolah selain untuk mempertahankan beasiswanya juga karna Itsa tidak begitu betah di rumah
Setidaknya, menghabiskan hampir seharian di sekolah bisa membuat Itsa lebih leluasa. Karna kalau dirumah, Itsa adalah pembantu dadakan yang super sibuk.
"Lo tau gak____
"Gak" Kalya berdesis lalu memukul bahu Itsa cukup kencang sampai pemiliknya meringis. Itsa memang cuek tapi sayangnya Kalya belum terbiasa saja.
"Ya gak tau lah bego! orang gue baru mau ngasih tau" kata Kalya, matanya yang sipit itu di paksa melotot.
"Terus ngapain nanya gue tau apa ngak?" Itsa menjawab dengan tidak mau kalah, Malahan bahunya sudah jadi korban.
"Ya itu namanya opening" Itsa mendengus, sepertinya guru akan terlambat masuk. Hujan-hujan begini memang kadang-kadang membuat orang berat untuk meninggalkan rumah.
"Ada guru baru, katanya mulai masuk hari ini" memang Kalya selain ketua kelas, dia juga ketua gosip. Kemampuannya untuk mencari tau berita-berita tidak usah diragukan, apalagi kalau disuruh jadi stalker. pada Kalya, modal nama saja ia akan langsung dapat semua info dari tanggal lahir sampe nama hewan peliharaan saja akan Kalya ketahui
"Terus?" Itsa menyahut dengan tidak tertarik, hanya untuk menyenangkan Kalya saja. Karna kebetulan Kalya adalah sahabatnya
"Katanya sih masih muda, ganteng." senyum Kalya menyebalkan sekali di mata Itsa
"Tau darimana ganteng, emang lo udah liat?" tanya Itsa benar-benar ingin tau
"Kan gue bilang katanya, lo budek?" Itsa menendang pelan kaki Kalya di bawah meja.
Beginilah nasib orang susah, pergi dan pulang harus naik angkot dan berdesak-desakan, di tambah lagi bau khas angkot selalu tertinggal di seragam Itsa yang harus dengan terpaksa langsung mencuci sepulangnya agar besok tidak bau saat di pakai.
Sekolah Itsa terletak di kawasan yang cukup elit, tapi tidak ada jalur angkutan umum kecuali yang online-online. Sementara angkot? bagaimana mau online? Jadi Itsa harus jalan sekitar beberapa kilometer untuk bisa sampai ke pangkalan angkot yang juga gabung dengan ojek. Andai Itsa punya uang lebih naik ojek pasti lebih menyenangkan, bisa cepat sampai dan jalannya tidak lama. Tapi karna Itsa hanya punya uang yang cukup untuk naik ojek, maka tidak apa. Itsa tidak akan mengeluh. Soalnya sudah terlalu sering juga.
Itsa berjalan sengaja lambat, karna kebetulan angkot yang menuju rumahnya masih sedang mengumpulkan penumpang itu berarti akan lama, Itsa menoleh sekilas pada jalan raya yang membentang luas di sampingnya lalu kembali melihat kedepan, pria dengan kemeja putih dan memakai masker sedikit mengundang perhatian Itsa. Langsung saja ia mendatangi pria itu dan menariknya lebih ke pinggir
"Apa-apaan kamu, gak sopan" kata pria itu karna merasa Itsa menariknya agak kasar sampai ponselnya lepas dari genggaman
Itsa memungut ponsel mahal itu lalu menyerahkannya pada pemiliknya
"Kamu yang terlalu fokus nunduk, kalo ketabrak terus mati disini ntar nyusahin orang" kata Itsa berani lalu meninggalkan pria itu menuju angkotnya yang sudah ingin berangkat.
Itsa sempat menoleh kebelakang melihat pria itu juga menatapnya sekilas sembari meletakan ponsel di telinganya
Kalau itsa telat sedikit menarik pria itu, angkot yang sedang berjalan mundur itu pasti sudah menabraknya yang sedang membelakangi angkot dan fokus pada ponsel di genggamannya.
Benar kan kalau dia di tabrak akan merepotkan? Supir angkotnya bisa di salahkan padahal pria itu yang berdiri sembarangan
Itsa melepas sepatunya lalu melangkah masuk kedalam rumah yang selalu sepi tiap harinya, ada Siska tantenya yang sedang bermain ponsel di ruang tengah.
"Itsa, cepet deh masak tante laper nih belum makan siang" selalu begitu, bahkan Itsa tidak di ijinkan untuk ganti baju dulu karna Itsa juga tau marahnya Siska itu menyeramkan.
"Iya tante" Itsa hanya bisa pasrah dan menjadi anak yang penurut karna rumah ini adalah satu-satunya tempat untuk Itsa berteduh, makan dan tidur meski ia harus membayar dengan tenaganya yang kadang harus di paksa. Meski lelah harus di tahan karna cuma disini tempat Itsa, tidak ada lagi yang mau menerimanya.
Untung saja, Itsa pintar sehingga punya beasiswa. Kalau tidak mana mungkin ia bisa sekolah. Di ijinkan sekolah saja Itsa sudah bersyukur
"Abis masak lo nyuci ya,udah numpuk tuh" Nesya datang dan menyuruh Itsa seenaknya, tentu saja karna dirumah ini memang Itsa adalah pembantu yang kebetulan masih sekolah
Tidak ayah, ibu, anak semuanya mengandalkan Itsa untuk segala urusan rumah. Sampai Itsa sendiri tidak punya waktu untuk melakukan hal lain.