MIDDLE OF THE NIGHT

1.7K 121 1
                                    

Gara terbangun pada pukul dua dini hari. Tenggorokannya terasa kering karena kehausan. Ia tidur di sebelah Itsa yang kini masih dalam lelapnya. Dengan pelan dan berusaha tidak menimbulkan suara, Gara bangun dari kasur untuk beranjak ke dapur.

Membuka kulkas Itsa mengambil air dan meneguknya langsung dari botolnya.

Gara mulai menyadari jam tidurnya yang tidak sempurna ini kian berantakan sejak obrolan alotnya bersama Karenina beberapa waktu lalu.

Rasa bersalah yang pada dasarnya memang tidak pernah sembuh itu makin menjadi serta makin membuat Gara kesulitan.

Andai mungkin takdir itu berwujud manusia, sudah Gara habisi karena mempermainkan hidupnya sedemikian kejam.

Gara tidak tau, tidak pernah tau. Bahwa perempuan yang ia kuburkan jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota adalah seseorang yang telah melahirkan gadis yang amat ia cintai.

Gara tidak menemukan identitas, pakaian kusut dan basah yang ia kenakan tidak menyimpan apapun. Gara juga masih terbilang muda dan berpikiran pendek kala itu.

Dirinya masih muda dan sedang gencar-gencarnya menolak keinginan kakek dan orang tuanya ke Canada saat Sabria dengan kasusnya minta pertolongan. Andai waktu itu Gara bisa menolak seorang Eldie Janardana, Gara mungkin tidak akan memiliki rasa bersalah yang tanpa sadar telah terpelihara.

Gara duduk di sofa ruang tamu, menunduk menarik rambutnya kencang agar pikirannya tetap waras.

Rencana-rencana masa depan yang telah ia susun apik bersama Itsa terancam buyar.

Semua karena tingkah sok hebatnya di masa lalu...

_________________

Gara baru pulang kerumah saat jam sudah menunjukkan angka tiga. Pulang subuh hari sudah jadi kegiatannya meski masih menjadi murid SMA. Terlebih saat begini, dirinya sibuk bolak-balik demi mengejar kelulusan.

Eldie tidak melarang dan berusaha mengerti apalagi Gara memang anak yang agak sulit diatur di banding saudaranya yang lain.

Karenina tentu mengomel sampai telinga Gara pengang. Tapi siapa peduli? Gara sendiri juga tidak.

Ia menemukan Sabria, adik bungsunya yang manja dan taat aturan itu sedang duduk sendirian di ruang tengah. Gara malas menyapa apalagi menghampiri. Tadinya, ia ingin langsung ke kamar lalu tidur. Sayangnya Gara lupa Sabria itu copy-an dari Karenina. Sama-sama selalu mau di dengar.

"Kak, bantuin ngomong ke papa dong gue mau mobil" rengekannya membuat Gara rasanya ingin mengamuk. Sabria baru memasuki jenjang awal SMA saat ringannya ia meminta mobil karena semua temannya pakai mobil.

Well, orang tua Gara sangat amat mampu melakukan itu. Tapi sebagai keluarga penjunjung tinggi aturan, tidak ada yang diberi secara cuma-cuma meski uang memang ada banyak.

"Minta aja sendiri" Gara membalas cuek, berusaha melepas cengkraman tangan Sabria dari lengannya yang berlapis Hoodie.

"Ya lo bantuin dong!" Sabria masih merengek. percayalah mendengar perempuan manja merengek di saat tubuh dan otakmu butuh istirahat adalah perpaduan yang buruk.

"Lo tiap hari dianter supir juga pake mobil Sabria" sabarnya Gara dalam menyahuti Sabria juga karena aturan Janardana yang tidak boleh kasar pada perempuan. Apalagi Sabria

"Tapi gue mau_____

"Udah deh gue capek!" Gara menghentak tangan Sabria dari lengannya. Melanjutkan langkah ke kamarnya lalu tidur.

Hingga ternyata besoknya, ia bangun pukul tujuh pagi di sambut sebuah mobil lengkap dengan pitanya di halaman depan rumah

Gara menghela nafas, dirumah memang tidak ada yang tahan mengabaikan rengekan Sabria.

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang