8. Miris!

2.5K 253 36
                                        

"RIA!"

Suara lantang itu menghentikan Ria yang tengah menjambak rambut Loli dengan ganas. Dia berjalan mundur, berdiri kembali di sebelah Devan.

"APA-APAAN KAMU?! KAMU PIKIR KAMU PREMAN SEKOLAH!" Bentak Pak Jaky, saat sudah berhadapan dengan Ria dan berdiri di samping Raquel cs.

Devan maju, melindungi tubuh Ria. "Jangan salahin Ria, pak! Yang salah mereka," kata Devan membela.

"Kenapa kamu bilang begitu? Jelas saya lihat Ria yang jambak rambut Loly," ucap Pak Jaky.

"Tapi dia lebih dulu nabrak Ria, Pak!" Devan terus membela Ria.

"Tapi gue udah bilang gue nggak sengaja," kata Loly, mengangkat suara membela diri.

"Bohong! Gue tau lo sengaja," kata Ria. Setelah dia rasa napasnya telah teratur kembali.

"Loly nggak bohong, pak. Ria yang bohong."

Ria menatap orang yang baru saja datang itu dengan pandangan tajam, Indro. Lelaki itu datang dengan pasukannya. Seolah mereka ingin mendemo Ria untuk membela seorang Loly.

"Tau apa, lo?! Lo gak ada di sini tadi!" Kata Ria tidak terima.

"Bapak perlu bukti?" Tanya Indro pada Pak Jaky. "Bapak bisa tanya pada semua orang yang sejak tadi menonton," kata Indro, melirik siswa/wi yang melingkar di sana.

Pak Jaky menatap semua muridnya yang berada di sana. "Apa benar, semua ini salah Ria?" Tanya Pak Jaky, yang di balas anggukan oleh orang-orang di sana.

Devan menatap Ria. Menatap gadis itu yang tengah tersenyum miris. Tanpa pikir panjang, Devan merangkul Ria dan membisikkan kalimat pada gadis itu. "Lo ga perlu khawatir. Meski seluruh dunia tidak membela lo, gue akan tetap menjadi orang nomor depan untuk berada di samping lo."

"RIA!" Pak Jaky menatap tidak habis pikir pada Ria. "Kamu bapak hukum. Mulai dari pelajaran pertama sampai pelajaran terakhir kamu bapak jemur di lapangan!" Kata Pak Jaky.

"Pak! Apa..."

"Jika kamu belain Ria, Devan, maka hukuman Ria akan bapak ganti jadi panggilan orang tua," kata Pak Jaky, menatap tajam pada Devan.

Devan menatap Ria yang juga sedang menatap padanya dan menggeleng. Memberitahu Devan, bahwa lelaki itu jangan membelanya. Dia tidak ingin orang tuanya di bawa ke masalah ini.

Dengan berat, Devan mengangguk. Dia tidak bisa apa-apa. Karena dia juga tidak ingin hukuman Ria jadi tambah berat.

"Tunggu apa lagi? Sekarang kamu kelapangan!"

Ria mengangguk.

Sebelum Ria pergi, dia menatap pada Indro dan juga mantan sahabat-sahabatnya. Sebelum Ria melewati Indro, Ria berhenti tepat di sisi kanan Indro untuk membisikkan sebuah kalimat.

"Dulu Wulan, sekarang Loly. Lo terlalu brengsek ternyata."

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang