43. Market

1.4K 183 26
                                    

Indro mondar-mandir di tempat keperluan wanita atau biasa di sebut roti jepang dan sebagainya. Lelaki itu terlihat bingung, memilih yang mana yang harus ia ambil. Masalahnya, jenis pembalut di sana sangat banyak dan Indro sama sekali tidak tau Aqeela sering pakai yang mana.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya pelayan yang ada di Market itu.

"Mmm..." Indro menggaruk kepalanya, bingung harus mengatakannya.

"Mas di suruh pacarnya?" tanya Mbak itu.

Refleks, Indro hanya mengangguk saja. Kalau Ria tau, Indro pasti akan di geplak karena sudah mengaku-ngaku jadi pacarnya.

"Mas tunggu di kasir saja. Biar saya yang ambilkan," kata Mbak itu.

"Emang mbak tau?" tanya Indro.

Mbak itu mengangguk dan terkekeh geli. "Iya tau lah, Mas. Kan saya perempuan," ujarnya.

Indro mengangguk,"ya udah. Makasih, Mbak," katanya, berjalan pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ia kembali berbalik menatap Mbak pelayan itu. "Mbak, jangan salah, ya! Pilih paling bagus. Soalnya pacar saya galak," bisik Indro.

Mbaknya mengacungkan jempol, sambil terkekeh geli. "Andai aja gue punya cowok gitu," gumam Mbak itu, sambil mengambil pembalut bermerk 'Charm'.

"Ini, Mas!" Mbak Pelayan itu datang ke kasir dan memasukkan pesanan Indro ke kresek, lalu memberikannya.

"Berapa, Mbak?" tanya Indro, mengeluarkan dompetnya.

"40 ribu, Mas."

Indro memberikan selembar uang bewarna biru, "Makasih, ya, Mbak. Kembaliannya ambil aja," kata Indro, lalu pergi.

"Makasih kembali, Mas," teriak Mbak itu.

Indro keluar dari Market dan sial, ternyata di luar hujan. Padahal tadi saat ia ke sini, sama sekali tidak hujan. Indro tidak membawa jas hujan atau apa pun sama sekali. Indro kembali masuk ke dalam Market, tujuannya untuk membeli jas hujan atau pun payung, tetapi ternyata di sana sedang kehabisan stok.

"Ini gue gimana?" bingung Indro. Lalu bayangan Ria kesakitan, membuat wajah Indro jadi panik. Tanpa berpikir panjang, Indro menerobos hujan ke tempat penjual jamu yang ada di depan Market itu.

"Buk? Jamu pereda nyeri datang bulan 2, ya?" pinta Indro, pada penjual jamu itu.

"Loh, dek. Hujan, neduh dulu!" suruh Ibu itu.

Indro menggeleng. "Nggak papa, Bu. Saya buru-buru," kata Indro.

Ibu itu pun akhirnya membuat pesanan Indro dengan cepat. "Ini dek," katanya, memberikan kresek bewarna putih yang di dalamnya sudah di bungkus 2 jamu pereda rasa nyeri.

"Berapa, bu?" tanya Indro.

"50 ribu dek," kata Ibu itu.

Indro memberikan uangnya,"makasih, Bu," kayanya, lalu segera berlari ke motornya.

Indro tidak peduli kalau sekarang tubuhnya sudah di guyur hujan. Yang paling penting menurutnya sekarang adalah Ria. Dia tidak ingin gadis itu terus merasa kesakitan.

Motor Indro melaju dengan kencang di jalanan yang sedang sepi, mungkin karena sedang hujan para pengendara motor memilih untuk meneduh. Mungkin jika bukan ke adaan penting kayak gini, Indro pasti akan meneduh.

Gue nggak peduli sama keadaan gue, Ri. Yang paling penting sekarang buat gue adalah, lo!

-----

Kalian baper nggak? Gue sih baper ya. Indro sweet banget soalnya.

Kalau buat judul, abaikan aja ya. Soalnya gue suka bingung mau ngasih judul apa 🤭

Eh, btw, udah mampir ke cerita aku yang judulnya 'Relationship Friend' belum? Kalau udah, jangan lupa vote dan comment ya. Kalau belum, ayo mampir! 😊😊😊

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang