"Ntah kenapa, kali ini melihat kalian berdua berpelukan seperti itu tidak lagi sakit. Tidak ada lagi sesak yang ada di hati gue."
Ria
Indro melamun sendirian di luar kelas. Pagi ini ia datang dengan sangat cepat, tidak beralasan. Ia juga tidak tau kenapa, tetapi rasanya Indro ingin cepat sampai sekolah. Ia juga tidak menjemput Loly hari ini.
"Ndro?"
Indro menoleh, melihat Wulan berdiri di sana. Dia mengernyit, melihat Wulan yang datang sepagi ini juga.
"Wulan? Lo ngapain datang sepagi ini?" tanya Indro.
Wulan berdiri di samping Indro, memberikan amplop pada Indro.
"Ini apa?" tanya Indro, tidak paham.
"Surat dari Ria. Kemarin di kirim buat gue sama sekalian ada kotak yang isinya boneka beruang," jelas Wulan.
Indro kaget. "Ria ngasih kado buat, lo?" tanya Indro.
Wulan mengangguk. "Gue senang banget, Ndro. Tapi rasa senang gue hilang, saat lihat isi surat itu," terang Wulan.
Indro mengernyit, lalu ia membuka amplop itu dan membaca isi surat yang di tulis Ria. "Masa lalu yang harus di lupa?" tanya Indro, membaca kalimat terakhir isi surat itu.
Wulan mengangguk. "Ria minta buat gue lupain, Ndro. Bukan cuman gue, tetapi kita semua. Ria pengen kita ngelupain dia," ujar Wulan, air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.
Indro mengusap bahu Wulan. "Dia juga meminta hal yang sama, sama gue, Lan. Dia meminta gue buat lupain dia," terang Indro.
Wulan menatap Indro. Wajah lelaki itu tampak lelah. Wulan tau, Indro merasa capek akan jalan yang sekarang harus ia lalui dengan Ria. Jalan yang tak sama. "Itu alasan Ria nggak bisa terima lo lagi? Karena dia nggak mau kenal kita lagi? Karena dia nggak mau berurusan sama kita?" tanya Wulan, matanya memerah.
Indro tersenyum dengan wajah datarnya. "Gue pantes, Lan. Gue pantes nggak di terima sama Ria lagi di hidupnya. Karena gue udah banyak nyakitin dia," ujar Indro, menatap nanar ke bawah lapangan basket.
"Kalau lo ngomong gitu, berarti kita semua pantes, Ndro. Kita semua pantes di minta buat lupain dia. Karena jauh sebelumnya, kita bersikap bahwa Ria nggak ada lagi di bagian kita," ucap Wulan, yang memang benar adanya.
"Apa Ria bakalan benar-benar jauh dari gue, Lan? Apa Ria bakalan benar-benar nggak bisa kita gapai lagi?" tanya Indro, lirih. Air mata lelaki itu menetes, menandakan ia benar-benar merasa sakit.
Wulan memeluk Indro. Dia menggeleng di pelukan Indro, "ria akan tetap bersama kita, Ndro. Bagaimana pun caranya," tegas Wulan.
Tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang baru saja datang, menatap mereka dari ujung lorong. Bukan tatapan sedih atau pun kecewa yang orang itu perlihatkan, tetapi tatapan kosong dengan selukis senyum di bibirnya. Dia Ria, gadis itu tersenyum melihat Wulan dan Indro.
Ntah kenapa, kali ini melihat kalian berdua berpelukan seperti itu tidak lagi sakit. Tidak ada lagi sesak yang ada di hati gue."
Setelah itu, Ria kembali turun. Dia tidak jadi menuju ke kelasnya.
-----
Aku boom part, tapi commentnya cuman next doang, bahkan ada yang nggak comment 🙄
Ayo dong semangat commentnya, aku aja semangat nulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...