59. Tidak ingin kecewa lagi

1.3K 176 18
                                    

Ria termenung di balkon kamarnya. Pikirannya larut pada 2 hari yang kembali terasa hambar di sekolahnya. Indro dan yang lain tiba-tiba kembali cuek padanya, menganggap bahwa Ria tidak ada.

"Mereka kenapa? Apa mereka beneran bakalan jauhin gue?" tanya Ria, lebih pada dirinya sendiri.

Dia menatap langit malam, gelap tanpa adanya bintang. Tetapi malam ini tidak hujan, hanya ada angin yang berhembus kencang mengenai tubuhnya. Ria bangkit dari duduknya, berdiri di dekat pembatas balkon.

"Tapi kenapa gue ngerasa sedih, ya? Bukan kah gue harus bahagia?" bimbang Ria.

"Ri? Sayang...?"

Ria menoleh, pintu kamarnya terbuka bersamaan Uni Alya masuk ke dalam. "Kenapa Uni?" tanya Ria dari balkon.

Uni Alya mendatangi Ria di balkon kamarnya. "Kenapa di balkon? Kan dingin," ujar Alya.

Ria tersenyum. "Belum bisa tidur, Uni. Jadi Ria di sini," jawabnya.

Alya ikut tersenyum dan duduk di sofa balkon Ria. "Sini duduk!" suruh Alya, menepuk di sebelahnya.

Ria pun duduk di sebelah Alya. "Kenapa Uni?" tanya Ria.

Alya mengusap rambut adik iparnya itu dan menatap dalam mata Ria. "Kamu lagi punya masalah?" tanya Alya, yang di balas Ria menggeleng. "Cerita sama Uni, Ria! Kamu jangan pendam sendiri. Ada Uni dan Uda tempat kamu berbagi cerita," kata Alya.

"Ria nggak papa kok, Uni," jawab Ria, mengalihkan pandangannya dari Alya.

Alya menarik napas dan membuangnya. "Terus, apa kabar kamu sama teman-teman kamu?" tanya Alya, membuat Ria menoleh padanya. "Uni tau Ria, hubungan kamu belum membaik kan sama Indro, Wulan, dan yang lainnya?" tanya Alya, tetapi Ria hanya bisa diam dan menatap ke arah lain.

"Ria?" Alya memegang kedua tangan Ria, membuat gadis itu jadi melihat padanya. "Uni tau, kamu marah dan kecewa sama teman-teman kamu. Tetapi menaruh benci itu nggak baik," ujar Alya.

"Ria nggak benci sama mereka, Uni," sangkal Ria.

"Tetapi kamu nggak bisa menerima mereka kembali, kan?" tanya Alya, tetapi Ria hanya diam dan kembali menatap ke arah lain. "Sayang... kalau kamu emang udah bisa maafin mereka, maka kamu juga harus bisa terima mereka."

"Nggak, Uni! Ria maafin mereka cuman buat melupakan mereka!" tolak Ria dengan tegas.

"Kenapa? Bukan kah mereka itu sahabat-sahabat kamu? Meski mereka udah nyakitin kamu, tapi kamu udah lalui banyak kisah indah kan sama mereka?" tanya Uni.

Ria menggeleng. "Mungkin iya, banyak kisah indah yang Ria lalui bersama mereka Uni. Tetapi kisah indah itu udah mereka racuni. Sehingga kisah indah itu menjadi kisah yang sangat menyakitkan," jelas Ria.

"Tetapi sayang..." ucapan Uni di potong oleh Ria.

"Ria pengen tidur Uni! Besok Ria sekolah," kata Ria.

Alya tersenyum dan mengangguk. Itu adalah kalimat pengusiran secara halus. Alya mengusap rambut Ria dan mencium kening gadis itu. "Uni tau, jauh di lubuk hati kamu, kamu juga ingin kembali jadi Ria yang dulu. Ria yang melalui semua bersama sahabat-sahabat kamu. Tetapi sekarang, mungkin rasa itu masih di selimuti rasa kecewa. Tapi Uni berharap, secepatnya rasa kecewa itu menghilang dari hati kamu," ujar Alya, menatap Ria tulus. "Uni cuman pengen kamu jadi Ria yang dulu. Ria yang ceria dan bahagia," kata Alya, lalu melangkah pergi meninggalkan kamar Ria.

Ria menatap Uni Alya yang telah pergi dari kamarnya. Setetes air mata jatuh di pipi Ria, tetapi langsing di hapus oleh gadis itu.

Ria cuman nggak mau, jatuh kedua kali di lubang yang sama. Ria nggak mau kecewa untuk  kedua kali.

-----

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang