Ckrek!
Ria memotret langit mendung dari atas rooftop sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi, Ria memilih naik ke atas rooftop. Lalu ia membuka aplikasi instagramnya. Dia berniat untuk membuat Instastory.
Ria tersenyum melihat caption yang ia tulis di instastorynya. Kata-kata itu adalah sebuah kata yang mewakili perasaanya saat ini. Dia bisa memaafkan semua perbuatan Indro dan yang lainnya padanya, tetapi yang sulit adalah menerima mereka kembali.
Meski pun bisa, tetapi Ria tidak ingin.
Di lain tempat, Indro yang baru saja selesai latihan futsal di lapangan futsal sekolah dan duduk di lapangan, menoleh pada ponselnya yang mengeluarkan notif.
Ria baru saja memperbaharui ceritanya.
Indro mengernyit, itu notifikasi dari instagram. Ia langsung mengklik pemberitahuan itu. Pandangannya mengernyit, ia seperti tau tempat yang ada di poto instastory Ria.
"Ini bukannya di rooftop sekolah?" tanya Indro, lebih pada dirinya sendiri.
"Kenapa, Ndro?" tanya Beben, yang ada di samping Indro karena barusan ia samar-samar mendengar Indro berbicara.
"Nggak. Nggak ada apa-apa," jawab Indro. "Gue duluan, ya?" pamit Indro, berdiri.
"Mau kemana?" tanya Joko.
"Iya, Ndro. Lo mau kemana? Tumben banget duluan pergi," heran Rafi.
"Iya. Biasanya yang duluan pergi kan Joko," kata Gino.
"Mm.. gue ada urusan. Duluan, ya." Indro mengambil tasnya dan langsung pergi.
Tujuan Indro sekarang adalah rooftop.
Indro membuka pintu rooftop, mencari keberadaan Ria di sana. Dia tersenyum, melihat Ria yang sedang duduk di sofa dari belakang. Perlahan Indro mendekat, berhati-hati, supaya tidak menimbulkan suara.
"Kenapa belum pulang?" tanya Indro, saat sudah berada tepat di belakang Ria.
Ria kaget dan refleks langsung melihat ke belakang. "INDRO?!" kaget Ria. "Lo ngapain di sini?!"
Bukannya menjawab Indro malah berjalan mendekati Ria dan duduk di sampingnya. "Udah mau hujan, Ri. Gue antar pulang, ya?" tawar Indro.
"Ogah!" tolak Ria langsung.
Indro menarik napas dan membuangnya dengan gusar. "Oke, kalau lo nggak mau gue antar. Gue pesanin lo taxi," tawar Indro, ingin membuka aplikasi grab.
Ria berdecak. "Gue bisa pesan sendiri!" sarkas Ria, membuat Indro menghentikan niatnya.
"Oke." Indro menyimpan ponselnya di saku celananya.
Oke? Ria menatap jengkel Indro. Dia bangkit berdiri, ingin pergi dari sana. Ria tidak ingin berlama-lama bersama Indro. Ria tidak ingin hatinya goyah dan kembali luluh pada sosok seorang Indro.
"Memaafkan adalah hal yang mudah. Tetapi yang sulit, menerima kembali setelah hati patah." Ucapan Indro mampu membuat Ria langkah Ria berhenti. "Lantas, gimana caranya agar lo bisa terima gue lagi, Ri? Gimana caranya supaya lo menerima kami lagi?" tanya Indro, ikut berdiri dan menatap Ria yang membelakanginya.
Ria menutup sekejap matanya, lalu berbalik menatap Indro. "Lo dan teman-teman lo nggak perlu melakukan apa pun. Karena yang pasti, gue nggak akan pernah bisa terima kembali!" tegas Ria, lalu gadis itu cepat-cepat pergi dari sana.
Indro terduduk kembali di sofa itu, mengusap wajahnya kasar. Ia menatap langit mendung yang tadi di potret oleh Ria. "Mi... Doain Indro dari sana, ya. Supaya Indro bisa luluhkan lagi hati cewek yang Mami restuin bersama Indro."
Jujur, Indro merasa capek. Indro merasa frustasi karena perjuangannya berhari-hari, sama sekali tidak membuahkan hasil. Ria masih sama, bersikap dingin padanya dan juga teman-temannya.
"Indro nggak tau, harus gimana lagi, Mi. Tapi yang Indro tau, ini adalah balasan karena sebelumnya Indro nggak bisa hargai perasaan Ria. Ini adalah balasan karena Indro udah mengecewakan hati gadis yang benar-benar tulus sama Indro."
-----
Indro mah... Gitu aja udah capek, ya. Padahal, Ria yang sebelum-sebelumnya perjuangin dia aja, bisa kuat mental dan fisik.
Ayo, Ndro. Semangat! Karena meluluhkan hati yang patah, emang sulit. Apalagi yang bikin patah itu lo sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...