49. Kembali?

1.5K 173 15
                                        

Meja Ria yang sebelum-sebelumnya hampa kayak kuburan, menjadi sangat ramai. Tiba-tiba Wulan, Santi, Cantik, Lesty, bahkan Raquel, memenuhi mejanya dan bergosip ria di depan Ria.

"HEH! LO SEMUA NGAPAIN, SIH, DI SINI?!" kesal Ria, memukul mejanya.

"Ri, lo tau nggak Justin Biber bakalan datang ke Indonesia," cerita Santi.

"Bodo!" cetus Ria, dia sama sekali tidak tertarik.

"Kita nonton bareng-bareng, ya? Kita yang beliin tiket buat, lo?" tawar Wulan.

"Ogah!" tolak Ria mentah-mentah.

"Justin Biber itu datang ke Indonesia adalah hal yang paling di tunggu-tunggu. Masa lo nggak mau ikutan, sih?" tanya Raquel.

Ria berdecak. "UDAH DI BILANG GUE NGGAK PEDULI!" kesal Ria. "LAGIAN LO PADA NGAPAIN SIH DI MEJA GUE? LO SEMUA KAN PUNYA MEJA!"

"Ria... Menurut internet, marah-marah itu bisa nambah keriput di wajah. Jadi jangan ke seringan marah-marah," ujar Lesty, membuat Ria semakin kesal.

"MENURUT INTERNET, MENURUT INTERNET, BAPAK LO TUH INTERNET!" gemas Ria.

Lesty jadi tersentak karena Ria membentak dan melotot tajam padanya. Lesty nyengir kuda, takut di amuk oleh Ria.

"Ri, kita..." ucapan Wulan menggantung karena Ria memotongnya.

"Gue pilang pergi, ya pergi!" kata Ria pelan, tetapi penuh penekanan.

Semuanya hanya bisa menghembuskan napas pasrah, lalu bangkit berdiri dan kembali pada bangku masing-masing.

"Maafin kita, ya, Ri. Maaf kalau kita selalu ganggu lo. Tapi kita cuman pengen, lo balik ke kita," ujar Wulan, sebelum kembali ke bangkunya.

Ria diam, mencerna kembali ucapan Wulan. Kembali? Apa mereka berpikir semudah itu? Ria memang bisa memaafkan mereka, tetapi tidak dengan kembali ke mereka. Yang Ria mau sekarang adalah melupakan mereka dan juga di lupakan oleh mereka.

Kenapa sekarang malah jadi sulit gini, sih? Dulu aja, di saat gue ingin mereka semua bersama gue, tetapi nggak ada yang berpihak sama gue. Sekarang? Di saat gue pengen memulai kehidupan gue sendiri, mereka malah meminta kembali? Benar-benar gila!

Indro menatap Ria dari bangkunya. Gadis itu tampak pusing. Mungkin pusing dengan perubahan yang terjadi tiba-tiba. Indro bangkit dari bangkunya dan pergi ke kantin.

Tidak lama, Indro kembali lagi ke kelas dengan membawa Aqua dingin di tangannya. Dia meletakkan Aqua itu di atas meja Ria, tanpa menatap ke Ria.

"Di minum! Mikir juga butuh konsentrasi yang penuh," bisik Indro, lalu kembali ke bangkunya.

Ria melotot, lalu memutar tubuhnya dan menatap Indro yang tersenyum tipis di bangkunya.

Sok tau banget jadi orang! cetus Ria dalam hati.

-----

Sepi euy!

Komen rame lagi yuk! Senang tau aku baca komen kalian.

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang