"Aqeela kenapa belum keluar, ya?" tanya Wulan, yang menyiapkan piring di meja makan.
Setelah mereka bangun tadi, ke tiga gadis itu sudah bersiap memasak di dapur rumah Ria. Tujuannya supaya mereka bisa makan bersama Ria. Dan pastinya itu harapan yang belum pasti.
"Palingan masih ngorok, tuh, bocah!" kata Joko, tak acuh.
"Jok, udah, lah! Perkataan lo malah bisa buat kita makin jauh sama Ria," kata Indro, dingin.
"Iya, Jok. Jangan kayak gitu," tegur Wulan.
"Iya deh iya. Ngomong-ngomong ke adaan lo gimana? Udah enakan?" tanya Joko pada Indro.
Pertanyaan Joko, malah membuat Indro teringat tentang tadi malam di saat semua orang telah tertidur.
Flashback on
Indro melihat teman-temannya semuanya telah tertidur pulas dengan posisi tidak teratur. Ada yang tidur di sofa dan ada yang tidur di lantai beralas karpet. Indro hanya bisa menggeleng, melihat kaki Beben yang berada di kepala Edo. Melihat Rafi yang berpelukan dengan Billy. Sementara Gino dan Joko, mereka tertidur dengan tenang, tetapi mengeluarkan suara ngorok yang sangat berisik.
Indro jadi susah tertidur. Badannya juga masih terasa tidak enak. Dia perlahan menutup matanya, lalu berusaha untuk tertidur. Di saat ia baru saja akan terlelap, sebuah tangan menyentuh jidatnya membuat matanya terbuka kembali.
"Ria?" kaget Indro, tanpa suara.
Ria melotot dan menggeleng, meminta Indro untuk tidak bersuara. "Jangan berisik," kata Ria.
Indro hanya mengangguk.
Ria mengambil baskom tempat air tadi di atas meja dan pergi ke dapur untuk menggantinya. Ria kembali, jongkok di samping Indro, lalu mengompres lelaki itu.
"Makasih, Ri, udah perhatian sama gue," lirih Indro.
Ria menatap Indro, lalu memutar bola matanya. "Gue bukan perhatian sama, lo. Tapi gue cuman bertanggung jawab karena lo gini ini penyebabnya gue," kata Ria, dengan suara pelan.
Indro tersenyum tipis. "Apa pun alasannya, gue senang lo peduli sama gue," ucap Indro lagi.
Ria berdecak pelan. "Lo tidur, deh. Lo nggak akan sembuh kalau lo nggak tidur-tidur," suruh Ria.
Indro mengangguk. "Perut lo udah nggak nyeri lagi?" tanya Indro, suaranya terdengar lemah.
"Ck. Masih aja khawatirkan gue. Ke adaan udah sekarat juga," cibir Ria.
Indro lagi-lagi tersenyum. "Karena bagi gue, lo lebih penting daripada diri gue sendiri, Ri."
Flashback off
"Woy! Malah ngelamun lo? Gimana ke adaan lo?!"Indro kaget, saat Joko memukul pelan bahunya. "Gue udah nggak papa," jawab Indro.
"Apa gue panggil Ria aja, ya?" tanya Wulan.
"Nggak usah, Lan!" jawab Indro cepat, membuat semua jadi menoleh padanya.
"Kenapa, Ndro? Ini udah jam 8, masa Ria nggak sarapan?" tanya Beben.
Indro menggeleng. Ia tau, Ria tadi malam tidur sangat larut. Walaupun Indro sudah tidur, tapi dia masih dapat merasakan berulang-ulang kompres di ganti di jidatnya. "Nanti aja kalau Ria udah bangun, dia sarapannya."
Semuanya mengangguk dan pergi ke meja makan untuk sarapan pagi. Setelah sarapan dan mencuci piring, mereka memutuskan untuk menunggu Ria di ruang tamu.
"Ria kenapa nggak bangun-bangun?" tanya Billy.
"Apa nggak mendingan di cek aja?" tanya Rafi lagi.
"Ya udah. Buar gue panggil aja, ya?" kata Wulan, yang di balas anggukan oleh yang lain. Tetapi Indro hanya diam.
Wulan bangkit dari duduknya, bertepatan saat itu Ria membuka pintu kamarnya. "Ngapain, lo, pada masih di sini?" jutek Ria.
"Buset, dah! Bangun-bangun, udah jadi macan aja lo!" cetus Joko, geleng-geleng.
Ria hanya menatapnya sinis. "Pulang deh lo pada!" usir Ria, dia melirik ke arah Indro.
"Iya, Ri. Kita nungguin lo mau pamitan," kata Santi, yang di abaikan Ria.
Gadis itu masuk ke dapur dan membuka kulkas, mengambil air dingin dan meminumnya.
"Ria,kenapa minum air dingin?" tanya Wulan.
"Bukan urusan lo!" ketus Ria. "Udah, kan? Sekarang lo pada bisa pergi, kan?"
"Ya udah, Ri. Kita pulang dulu, ya?" pamit Indro, tidak ingin membuat Ria semakin kesal.
"Ri. Itu kita udah siapin sarapan buat, lo. Makan, ya," kata Wulan, sebelum melangkah keluar.
Indro menatap Ria. "Kalau lo perlu bantuan, telpon gue, ya. Gue senang bisa bantu, lo!" ujar Indro, lalu ikut keluar menyusul teman-temannya.
Ria menatap kepergian Indro, lalu menggeleng. "Katanya mau bantuin, malah nyusahin!" cibir Ria.
-----
Btw, ada yang nggak sabar sama djs the movies nggak, nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...