"Gue hancur hari ini. Tapi ini bukan hancur yang pertama kali. Karena sebelumnya gue udah pernah hancur sejadi-jadinya."
Ria
Ria duduk di belakang sekolah. Menatap air terjun buatan di sana. Apa kalian pikir Ria menangis? Tidak! Gadis itu hanya menatap kosong air terjun itu dengan memegang dadanya yang terasa sesak.
"Semakin lo tahan, hati lo akan semakin sesak."
Ria memutar kepalanya, melihat ke belakang, dimana arah suara itu berada. Dia bangkit berdiri dan langsung memeluk orang itu. "DEV..." lirih Ria, menangis sejadi-jadinya.
Devan mengusap kepala Ria dan menuntun gadis itu untuk duduk di bangku taman. Sesak yang di rasakan Ria, juga dapat Devan rasakan. Malah sesak itu mungkin lebih besar. Dia tidak suka melihat Ria tersakiti seperti ini.
"Apa perlu gue kasih pelajaran sama tuh orang, Ri?" tanya Devan.
Ria menggeleng. "Dia nggak salah kali ini, Dev. Dia nggak salah," ucap Ria, dengan tangisannya.
"Gue nggak peduli dia mau salah apa nggak, Ri. Tapi kalau dia buat lo nangis gini, berarti dia adalah orang paling salah menurut gue!"
Lagi-lagi Ria menggeleng. "Jangan, Dev. Jangan pernah ambil urusan baru dengan mereka. Biarin gue terluka hari ini, supaya nanti gue bisa buka cerita baru lagi."
Devan diam. "Gue nggak paham, Ri."
Ria menjauhkan tubuhnya dari Devan. Dia tersenyum dengan tangisan yang tidak kunjung mereda. "Semua udah berakhir, Dev. Gue sama dia udah berakhir. Gue sama mereka udah nggak ada apa-apa lagi. Sekarang, udah waktunya buat gue membuka lembaran baru gue. Lembaran baru yang gue harap kejadian lama nggak akan terulang lagi," ungkap Ria.
Devan memegang kedua pipi Ria. "Tapi apa lo sanggup?" tanya Devan, menatap mata Ria yang berair.
Ria mengangguk. "Gue sanggup. Gue bakalan melangkah dengan langkah bary gue," ujar Ria, tersenyum. Walaupun Devan tau, senyum itu adalah senyum yang menutupi perih Ria sekarang.
Devan kembali memeluk Ria. "Gue bakalan dukung segala keputusan lo, Ri. Asalkan keputusan lo itu bisa buat lo selalu tersenyum," ungkap Devan.
Ria mengangguk di pelukan Devan. Dia memeluk lelaki itu erat, melampiaskan sesak di hatinya yang masih merajalela.
Gue hancur hari ini. Tapi ini bukan hancur yang pertama kali. Karena sebelumnya gue udah pernah hancur sejadi-jadinya. Dimana keluarga yang nggak ada yang peduli sama gue. Sahabat satu persatu pergi menjauh dari gue. Sementara orang yang gue cinta, malah tidak pernah berpihak sama gue. Jadi, hancur kali ini adalah hal biasa buat gue. Tapi ntah kenapa, dada ini benar-benar sesak kali ini.
Jauh dari tempat Devan dan Ria, seseorang tengah diam-diam bersembunyi dan memperhatikan di balik pohon yang menjulang tinggi. Dia tidak dapat mendengar apa yang kedua orang itu bicarakan, tetapi ia dapat melihat gerak-gerik sepasang manusia itu.
Tangannya bergerak memegang dadanya, setetes air jatuh membasahi pipinya. Tetapi langsung laki-laki itu usap dengan kasar.
Mungkin jalan kita emang harus seperti ini, Ri. Lo dengan hati baru, lo. Dan gue bakalan buka sepenuhnya hati gue baut cinta yang baru.
-----
Gue udah next ngebut part. Tapi commentnya nggak ada yang bikin semangat.
Ayo dong comment pendapat kalian tentang Rindro yang aku tulis.
Tinggal bilang, "Ceritanya gini loh, harusnya gini. Yang ini gini. Yang itu gitu." Atau kalimat pujian, "Wah ceritanya super gini, bikin gini banget. Gue jadi gini bacanya, sumpah seru banget!"
Gitu dong commentnya, biar asik bacanya. Jagan comment next aja 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...