"Dulu, saat engkau pergi dan kembali adalah kebahagiaan besar untuk ku. Tapi kenapa kembali ku bukan kebahagiaan untuk mu?"
-----
"Guys! Guys! Kalian tau, nggak?" Tiba-tiba Beben datang menemui teman-temannya yang sedang duduk di dekat parkiran sekolah. Menunggu bel masuk sekolah.
"Apaan, dah, Ben?" Tanya Indro, mewakili teman-temannya.
"Ria comeback!" Kata Beben heboh.
Kerutan di dahi teman-temannya jelas terlihat, saat kalimat itu keluar dari mulut Beben.
"Lah, terus?" Tanya Gino, terlihat tak acuh.
"Ya lo semua nggak kesal gitu? Kalau Ria balik, pasti tuh anak bikin rusuh lagi," kata Beben, membuat teman-temannya serempak mengangguk setuju.
"Lo benar, sih, Ben. Ria bisanya cuman bikin rusuh," kata Santi membenarkan.
"Nah, itu." Beben berucap dengan mengangkat jari telunjuknya.
"Udah, lah. Nggak usah di hebohin. Lagian, Ria balik bukan urusan kita, kan." Kata Indro, tak acuh.
"Ya, lo benar, sih. Tapi gue takutnya Ria balik-balik bikin masalah lagi," ucap Beben yang di setujui yang lain.
"Hai, semua!"
Semua menoleh dan membalas sapaan orang yang baru saja datang dengan senyuman manisnya itu—Wulan.
"Hai, Lan!"
"Kalian lagi ngomongin apa? Kayaknya seru banget," tanya dan kata Wulan.
"Ini, Lan. Beben bilang Ria udah balik," jawab Santi.
"Oh, ya?" Wulan duduk di samping Santi, "lo tau dari mana, Ben?" Tanya Wulan.
"Gue lihat di story ig dia pakai caption 'Welcomback Jakarta' gitu," jawab Beben.
Wulan mengangguk. "Bagus dong, Ria udah balik. Emang kalian nggak pada kangen sama Ria?" Tanya Wulan.
"NGGAK!" Jawab semua serempak.
"Loh?" Wulan mengernyit dengan senyuman geli karena mereka tampak kompak. "Nggak boleh gitu tau. Ria kan teman kita juga," nasehat Wulan.
"Teman? Sorry-sorry, nih, Lan. Gue nggak punya teman kayak dia," kata Beben, berlagak jijik.
"Nah, sama!" Santi ikut-ikutan.
"Menurut internet, benci itu bisa jadi cinta loh, Ben." Lesti angkat suara dengan kata internetnya.
"Lesti-Lesti. Kalau Beben, mah, bukan bisa. Tapi udah pernah," kata Gino, dengan kekehan.
"Oh, iya, ya. Beben sama Indro, kan, pernah naksir Ria." Kata Lesti dengan senyuman menggoda.
"DULU!" kata Indro dan Beben, menakan kata itu.
Iya, dulu. Dulu memang kedua orang itu bersaing untuk mendapatkan Ria, layaknya gadis itu adalah sang putri yang harus di taklukkan hatinya. Tapi sekarang? Dekat-dekat saja rasanya malas.
Mereka akhirnya berhenti membahas Ria dan asik bercanda membahas yang lainnya. Tapi ucap-ucapan orang di sekitarnya menghentikan perbincangan mereka.
"Itu siapa? Ganteng banget!"
"Ya ampun, keren banget!
"Eh? Itu Ria bukan, sih?"
"Ria? Ria siapa?"
"Ria geng Raquel itu. Yang sombong banget."
Indro, Wulan, Beben, Santi, Lesti, Gino, Rafi, dan Cantik, menatap pada apa yang orang di sekitar mereka lihat dan mereka bicarakan.
Seorang gadis dengan seragam SMA Merdeka Mandiri baru saja keluar dari mobil jazz hitam bersama seorang lelaki yang juga mengenakan seragam yang sama dengan gadis itu.
Gadis manis, mungil, dan juga berambut sebahu, semua orang tau dia. Dia Ria Azzara. Gadis yang sejak tadi di bahas oleh Indro dan teman-temannya. Tapi yang jadi pusat perhatian, siapa cowok tampan yang sedang mengenakan kacamata hitam yang berdiri di samping Ria itu?
"Siapa cowok itu?" Tanya Beben, mewakili tanda tanya yang juga ada di benak teman-temannya.
"Dia murid baru?"
-----
Spam vote dan comment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Dla nastolatkówIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...