22. Yang Sebenarnya

1.5K 175 26
                                    

Dih, pada baca tapi nggak comment 🙄 padahal ini di part-part detik detik gitu deh.

Hati bukanlah mainan. Jangan bermain-main dengan hati. Karena hati mudah patah.

Flashback on

Setelah pesta ulang tahun Wulan, Indro menawarkan untuk mengantar Loly pulang. Awalnya Loly menolak, tetapi karena Indro terus menawarkan akhirnya ia terima.

"Gue bisa pulang sendiri, Ndro. Gue nggak mau ngerepotin, lo," kata Loly, di saat keduanya berdiri di samping motor.

Indro menatap Loly, lalu memakaikan gadis itu helm. "Lo sama sekali nggak ngerepotin gue, Lol. Malah, gue yang selalu ngerepotin, lo," ujar Indro.

Indro naik ke atas motornya, di ikuti Loly. Setelah itu motor Indro berlalu melewati jalanan di bawah langit malam bersama Loly yang duduk manis di belakangnya. Keduanya sama-sama tidak ada yang membuka percakapan, hanya suara angin dan suara yang berasal dari sekitar yang terdengar. Sampai motor Indro berhenti di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah Loly.

"Loh, kenapa berhenti di sini, Ndro?" tanya Loly, turun dari motor Indro.

Indro juga ikut turun. "Gue mau ngomong sebentar sama, lo. Nggak papa, kan?" tanya Indro.

Loly mengangguk. Lalu keduanya memilih duduk di bangku taman yang hanya ada beberapa orang di sana.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Loly, menatap serius Indro yang sedang menatap lurus ke depan. "Ndro?" panggil Loly, saat Indro tidak kunjung bicara.

"Lo mau jadi pacar gue, Lol?" ungkap Indro tiba-tiba.

Kaget? Jelas, Loly kaget. Bahagia? Sama sekali tidak. Kenapa? Bukan kah Loly memang menginginkan kalimat itu? Masalahnya kalimat yang keluar barusan bukan lah kalimat tulus yang Indro ucapkan. Loly tau itu. Itu adalah kalimat asal, yang Indro ucapkan saat ia merasa putus asa akan harapannya.

"Lo habis di tolak sama Ria?" tebak Loly.

Indro refleks menatap Loly. "Kenapa lo bilang kayak gitu?" tanya Indro.

Loly tersenyum."Apa yang nggak gue tau tentang, lo, Ndro? Bahkan gue tau kalau sekarang lo lagi resah mikirin Ria," ujar Loly dan sialnya tebakannya memang benar.

Indro memegang kepalanya dan mengadah menatap langit yang bertaburan bintang. "Gue pengen menyerah, Lol. Gue pengen kabulkan permintaan Ria. Gue bakalan lupain dia sesuai dengan apa yang dia minta," kata Indro. Suara Indro terdengar bergetar, laki-laki itu pasti sedang menahan tangis.

Loly tersenyum kecut. Sedih rasanya melihat orang yang kita cinta ternyata malah begitu mencintai orang lain. Dia tersenyum, membayangkan seandainya dia ada di posisi Ria, pasti dia bahagia sekali.

"Lo mau bantuin gue, kan, Lol?" pinta Indro, menatap Loly penuh harap.

Loly mengusap bahu Indro dan tersenyum hangat. "Gue bakalan bantuin, lo. Tapi nggak mesti dengan cara lo nembak gue kayak gini," kata Loly.

"Kenapa? Lo ragu gue bakalan mencintai lo dengan tulus?"

"Ndro, semua cewek kalau di posisi ini, mereka juga nggak bakalan mau jadian dengan cara kayak gini. Dengan cara di jadiin pelampiasan," tutur Loly.

Indro bodoh. Dia tidak memikirkan akan hal itu. "Maaf, Lol," lirih Indro.

"Tapi gue bakalan bantuin lo dengan cara pura-pura jadi pacar, lo."

Indro mengernyit. "Maksud, lo? Bukanya itu lebih menyakitkan?"

Loly menggeleng. "Dengan pura-pura, setidaknya gue sadar akan batasan gue, Ndro. Tapi kalau dengan lo jadiin gue pacar, lo, padahal gue tau hati lo bukan buat gue, itu lebih menyakitkan."

Indro hanya diam memperhatikan Loly berbicara.

"Gue yakin Ria masih suka sama, lo, Ndro. Kita bakalan buktiin dengan cara pura-pura pacaran," jelas Loly.

Indro menggeleng. "Ria punya cinta yang lain, Lol."

"Siapa? Devan?" tanya Loly.

Indro mengangguk. "Iya, Devan. Ria dan Devan pacaran," jelasnya.

"Gue yakin, Devan hanya pelampiasan."

"Kenapa lo begitu yakin?" tanya Indro.

Loly mengangkat bahunya. "Kita buktiin aja nanti," katanya.

Flashback off

"Jadi yang sebenarnya terjadi kayak gitu," cerita Indro pada Joko.

Keduanya sedang berada di kamar. Sebenarnya Indro tidak ingin cerita ke siapa-siapa tadi, tapi Joko tetap curiga dan bertanya terus kepadanya. Jadilah akhirnya Indro menceritakan kejadian sebenarnya.

"Ya ampun... Loly baik banget, ya. Tapi kenapa lo nggak bisa cinta sama dia, sih?" puji dan heran Joko.

Indro tidur dengan terlentang dan menatap ke arah Joko. "Loly juga baik banget sama lo. Tapi kenapa lo nggak cinta sama dia?" balas tanya Indro.

"Ye... Beda, lah!" Joko melempar bantal ke wajah Indro. "Kalau Loly sama Wulan, baikan jauh Wulan. Kalau Ria sama Loly, jauh baikan Loly."

"Ria dulu juga baik, Jok," lirih Indro, menerawang masa lalu, di mana Ria belum menjadi antagonis.

"Tapi kan dia mantan orang baik. Berarti sekarang udah nggak baik," ujar Joko.

Indro mengambil poto yang ada di laci. Dimana di sana ada dia, Maminya, dan Ria. Dia tersenyum, melihat poto itu terlihat begitu indah dengan senyum di ke tiga wajah itu. Semuanya mendadak berubah semenjak kepergian Maminya.

"Semua orang punya alasan buat berubah, Jok. Dan Ria, dia punya alasan kenapa ia berbuat jahat."

-----

Ayo... Gimana part ini? Lega nggak?

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang