"Hey...!"
Ria yang tengah duduk sendirian di pinggir lapangan, menoleh dan tersenyum melihat Devan yang baru saja menghampirinya.
"Jadi benar, lo emang nggak punya teman di sekolah ini, Ri?" Tanya Devan, sambil menatap sekelilingnya.
"Sebelum pergi ke padang, sebenarnya ada," jawab Ria, dengan nada ragu.
"Siapa? Yang tadi pagi itu? Siapa namanya? Raqel?" Tanya Devan.
"Raquel cs. Kakak kelas populer di SMA Merdeka Mandiri. Tapi dia nggak naik kelas dan sekarang sekelas sama gue,"jelas Ria.
Devan mengangguk paham. "Terus, kenapa lo akhirnya milih buat nggak temanan lagi sama mereka?" Tanya Devan lagi.
Ria tersenyum miris, sebelum menjawab pertanyaan Devan. "Gue nggak pantas buat dapatin seorang teman, Dev. Karena ujung-ujungnya, gue akan di khianati lagi."
"Ri...? Lo nggak perlu sedih lagi. Sekarang lo ada gue kan. Kalau semuanya ngejauh dari lo, gue akan berdiri terus di samping lo," kata Devan penuh yakin.
Ria tersenyum dan mengangguk. "Gue tau," katanya.
Di saat keduanya tengah asik berbincang, Ria mengalihkan pandangannya ke arah depan. Tidak sengaja ia melihat seseorang tengah menatap ke arah mereka, Indro.
Indro tengah bersandar di salah satu pohon yang ada di pinggir lapangan, menatap Ria yang sedang asik berbicara dengan teman barunya itu. Teman baru? Ntah, lah. Anggap aja seperti itu.
"Eh, Ndro!"
Indro terlonjak kaget saat seseorang memukul sedikit keras bahunya.
"Lo apa-apaan, sih, Lol. Kaget tau, nggak?!" Kata Indro, saat tau pelakunya adalah Loly.
"Eh, maaf. Habisnya lo ngapain di sini?" Ucap dan tanya Loly.
"Nggak lagi ngapa-ngapain," jawab Indro.
Loly mengangguk percaya saja. "Ke kantin, yuk! Yang lain udah pada nunggu," ajak Loly.
Indro mengangguk. Tapi sebelum pergi dari sana, Indro melirik ke arah Ria lagi. Dan di saat itu, dia dapat melihat Ria juga sedang menatap padanya. Tapi hal itu terjadi hanya sebentar, karena Loly tiba-tiba menarik tangannya dan pergi dari sana.
"Loly... Nggak usah tarik-tarik. Gue bisa jalan sendiri," kata Indro, tapi di abaikan oleh Loly.
Di tempatnya, Ria tersenyum miris. Dia tidak tau apakah perasaanya cemburu terhadap Indro atau malah sekarang ia sudah tidak peduli dengan apa pun yang di lakukan oleh laki-laki itu? Ntah, lah. Yang jelas Ria hanya ingin lepas dari semuanya.
"Ri? Sebelum lo jatuh cinta, lo seharusnya pelajari dulu risiko jatuh cinta itu apa aja."
Ucapan Devan membuat Ria langsung menoleh padanya. "Maksud, lo?" Tanya Ria tidak paham.
"Risiko jatuh cinta ada dua. Bahagia dan juga kecewa," ucap Devan.
"Kalau bahagia bukan risiko kali, Dev," kata Ria, memutar bola matanya malas.
"Ya, risiko lah. Risiko baik. Kalau kecewa baru risiko buruk."
"Serah, lah. Lo kadang nggak nyambung," ucap Ria malas.
"Yang gue bilang itu emang benar Ria... Lo sekarang itu lagi dapat risiko kecewa dari cinta," jelas Devan gemas.
"Oh, ya? Emang lo tau gue kecewa?" Tanya Ria menatap curiga Devan.
"Ya tau, lah."
"Kenapa lo jadi tau tentang gue gitu, ya, Dev? Mencurigakan!" Ria menatap memicing.
Devan gelagapan, menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
Tet...tet...tet...
"Udah, bel. Ayuk masuk kelas!" Kata Devan yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan Ria.
Ria menggeleng melihat tingkah Devan. "Tuh anak..." Geram Ria.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Fiksi RemajaIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...