56. Kebagian Ria

1.3K 172 10
                                    

Ria tersentak, mendapati pintu rumahnya yang terbuka lebar. Padahal tadi sebelum berangkat sekolah, ia telah mengunci rapat-rapat pintu rumahnya itu. Tetapi kenapa sekarang pintu itu terbuka? Apa pencuri?

Ria mengambil kayu yang ada di halaman rumahnya, berjaga-jaga kalau semisal benar ada pencuri. "Gue masuk nggak, ya? Mana Kak Baim udah pergi lagi," bingung Ria. Tetapi akhirnya ia memilih masuk juga.

Ria berjalan pelan, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Preng!

Tubuh Ria menegang, saat tiba-tiba terdengar bunyi piring jatuh dari dapur. Itu pencurinya ngapain di dapur? Numpang makan? Tapi kan di dapur nggak ada makanan, batin Ria bermonolog. Ia berjalan mengendap-endap, mendekati dapur. Ya Allah... Ria taku banget!"

Mata Ria memicing, saat melihat tubuh tegap yang berdiri di dekat meja makan. Tetapi, Ria seperti mengenali postur tubuh itu... "Uda Zein?" panggil Ria.

Seseorang yang berdiri di dekat meja makan itu menoleh, tersenyum menatap Ria. "Ria... kamu udah pulang?" katanya, mendekat ke Ria.

Ria menatap datar Uda Zein. "Uda kapan pulang?" tanya Ria dingin.

"Tadi. Kamu nggak kangen sama Uda? Nggak mau peluk Uda?" tanya Zein, merentangkan tangannya.

Ria tersenyum sinis, lalu berjalan melewati Zein. "Ria pikir, Uda udah lupa sama rumah ini!" kata Ria, masuk ke dalam kamarnya.

Zein tersenyum miris mendengar perkataan adiknya. Lalu ia mengikuti Ria, masuk ke dalam kamar gadis itu. "Maafin Uda, Ria. Maafin Uda yang terlalu sibuk dengan pekerjaan Uda," lirih Zein.

Ria meletakkan tasnya di atas meja belajarnya, lalu menoleh pada Zein. "Uda nggak perlu minta maaf. Ria ngerti kok," kata Ria, dengan wajah datarnya.

Zein menarik napasnya, lalu membuangnya. Dia tau, Ria marah padanya. "Gimana ke adaan kamu selama Uda nggak ada? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Zein.

Ria duduk di sofa yang ada di kamarnya, lalu membuka sepatu sekolahnya. "Seperti yang Uda lihat, Ria akan selalu baik!" jelas Ria. "Tapi tunggu!" Ria menoleh pada Zein. "Tumben Uda tanyakan keadaan Ria? Kenapa Uda nggak tanya masalah yang Ria buat?" tanya Ria, tersenyum sinis.

Zein berjalan mendekati Ria, lalu duduk di samping gadis itu. Dia memegang kedua jari Ria dan menatap mata adiknya itu. "Maafin Uda, Ri. Maafin Uda..." Zein hanya bisa mengatakan itu dan menangis.

Ria mengernyit, bingung melihat Zein yang sejak tadi mengatakan maaf. Dan sekarang, Uda Zein malah menangis. "Kenapa Uda malah minta maaf?" tanya Ria.

"Karena Uda udah egois selama ini," lirih Zein, membuat kening Ria mengernyit. "Karena Uda terlalu peduli dengan masalah yang kamu buat, tetapi nggak dengan masalah yang kamu hadapi. Uda terlalu sibuk melihat setitik kesalahan yang kamu buat, sampai Uda lupa kesalahan itu kamu mulai karena apa." Zein mengusap rambut Ria,"Uda nggak pernah tanya kenapa kamu melakukan itu, tetapi Uda malah hukum kamu tanpa mendengar penjelasan dari kamu."

"Uda gagal jadi Uda yang baik buat kamu. Padahal Uda tau, kamu cuman punya Uda. Tetapi Uda malah nggak bisa ngertiin kamu," kata Zein, menangis. Dia mengusap wajahnya, "maafin, Uda Ria," lirihnya, menatap penuh harap pada Ria.

Ria juga ikut meneteskan air mata. Dia memeluk Uda Zein. "Jangan minta maaf, Uda. Ria pernah marah sama Uda. Uda adalah kakak terbaik yang Ria punya. Uda udah ngejaga Ria selama ini," kata Ria, menangis di pelukan Zein.

Zein menggeleng. "Bukan menjaga yang Uda lakukan, Ri. Tetapi Uda selalu menuntut kamu. Harusnya Uda menuntun kamu, bukan malah selalu sibuk menyalahkan kamu." Zein menangis sesenggukan di pelukan Ria. Dia benar-benar merasa bersalah.

Ria menggeleng. "Nggak, Uda. Ria nggak papa. Uda jangan terus salahkan diri Uda," kata Ria, melepas pelukannya dan memegang kedua wajah Uda Zein. "Ria mungkin sedih saat Uda nggak ada di pihak Ria, tapi Ria nggak pernah benci sama Uda."

Mungkin Ria memang pernah kesal pada Uda Zein, tetapi Ria tidak pernah sedikit pun membenci Zein.  Meski Uda Zein terus marah dan menyalahkannya, bahkan tidak pernah berada di pihaknya, tetapi Zein adalah satu-satunya yang Ria punya. Rua sudak kehilangan kedua orangtuanya, Ria tidak mau kehilangan kakak kandungnya juga.

Zein kembali memeluk adiknya. "Makasih, Ria. Makasih udah jadi adik yang paling hebat. Makasih udah maafin Uda. Makasih tetap kuat meski banyak beban yang kamu hadapi," kata Zein, mengusap rambut Ria.

Ria tersenyum. "Makasih juga, Uda. Makasih udah sayang sama Ria. Makasih telah menjadi orangtua bagi Ria. Makasih karena udah menjadi salah satu penyemangat bagi Ria," kata Ria, ikut memeluk erat Udanya.

"Uni nggak di ajak pelukan, nih?"

Ria dan Zein menoleh pada pintu kamar Ria. Mereka sangat kaget melihat kehadiran Uni Alya yang berdiri dengan tersenyum manis di sana.

"Uni!" teriak Ria.

"Sayang?" kaget Zein, pasalnya yang ia tau istrinya masih ada di luar negri.

"Surprise!" kata Uni, lalu berjalan mendekat pada suami dan adik iparnya.

"Uni!!!" Ria langsung memeluk Uni Alya.

"Mmm... Adik Uni sekarang makin besar aja," kata Aliya, balas memeluk Ria.

Zein tersenyum melihat adik dan juga istrinya.

"Ria kangen Uni!" kata Ria. Jujur, orang yang paling ia kangenin adalah Uni Aliya. Orang yang selalu ada di sampingnya di saat Uda Zein marah padanya.

"Uni juga, Sayang. Uni juga kangen banget sama kamu. Maafin Uni ya, yang ninggalin kamu," kata Uni, memeluk dan mencium rambut Ria.

Ria tersenyum bahagia. "Uni nggak akan pergi lagi, kan?" tanya Ria, melepas pelukannya dan menatap Alya.

Alya menggeleng. "Nggak. Uni akan di sini sama kamu dan Uda Zein," kata Uni, membuat Ria kembali memeluknya.

"Makasih, Uni!" lirih Ria, air matanya bahagia jatuh di pipinya.

Zein tersenyum melihat Ria. Akhirnya Ria bisa tersenyum bahagia lagi. Dia mendekat ke arah kedua orang yang sedang berpelukan itu, lalu ikut berpelukan.

"Sekarang, Uda sama Uni akan jagain kamu, Ri. Kamu nggak akan kesepian lagi," kata Zein.

Ria tersenyum mendengar ucapan Zein. Ini yang Ria mau. Hanya ini yang Ria harapkan. Tidak lebih, Ria hanya mau ini. Sesederhana itu, tetapi sangat berharga bagi Ria.

"Makasih, Uda. Makasih, Uni."

-----

Masalah Ria dan Uda Zein selesai!

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang