Malam ini Ria duduk di ruang tamu, nonton televisi. Atau lebih tepatnya, televisi lah yang menonton dia. Karena sejak tadi, Ria tidak melihat pada tv, tetapi malah sibuk dengan ponselnya.
Rumah gadis itu begitu sepi, tidak ada orang di sana. Devan yang biasanya selalu ke sini, telah pulang ke Padang. Sementara Uda Zein? Ntah lah, Ria tidak tau kakak satu-satunya itu kapan pulang.
Tok...tok...tok...
Ria langsung mengalihkan pandangannya pada pintu rumahnya. Keningnya mengernyit, "siapa yang malam-malam gini datang ke rumah gue?" heran Ria. Pasalnya, yang biasanya datang malam-malam seperti ini hanya Devan. Tetapi lelaki itu kan tidak di sini.
Tok...tok...tok...
Lagi-lagi pintu di ketuk. Membuat Ria mau tidak mau, harus bangkit dari duduknya. "Iya sebentar," kata Ria, berjalan ke pintu rumahnya.
Ria berdecak malas, saat melihat tamu tak di undang yang ada di depan pintu rumahnya itu. "Ngapain lo di sini?!" ketus Ria, menatap Indro.
Indro malah tersenyum. "Lo udah makan belum? Gue bawain makanan buat, lo," kata Indro, tidak membalas pertanyaan Ria.
Kening Ria mengernyit. "NGGAK PERLU! GUE UDAH MAKAN!" tolak Ria. Tetapi sial, perutnya ternyata tidak bisa di ajak kompromi.
Kruukkk
Indro tersenyum geli, mendengar suara perut Ria. Mulut gadis itu bisa saja berbohong, tetapi perutnya akan berkata jujur. "Makanan yang lo makan belum sampai deh kayaknya ke perut, lo. Mending makan ini lagi," kata Indro, terkekeh geli.
Ria menatap Indro jengkel. Menahan rasa malu di hatinya yang sudah berteriak. Bisa-bisanya perutnya mempermalukannya. "Nggak perlu! Gue bisa pesan gofood!" tolak Ria.
"Kenapa harus pesan gofood? Kan bisa makan ini aja. Gue udah bawain nasi padang, terus sekalian sama pizza."
"TAPI GUE NGGAK SUDI MAKANANNYA DARI LO!" sergah Ria, mampu mengubah raut wajah Indro menjadi sedih.
"Lo boleh, benci sama gue, Ri. Nggak papa. Karena itu emang salah gue. Tapi tolong, ya, terima makanan ini. Gue nggak mau lo sakit karena jarang makan," kata Indro, dengan suara lirih.
Ria menatap Indro. Sebenarnya dari lubuk hati Ria paling dalam, ia sama sekali tidak tega membentak Indro seperti itu. Tetapi ia juga tidak mau, kalau Indro menganggap Ria bisa kembali padanya.
Indro tersenyum kecut, melihat Ria hanya diam. "Gue taruh di sini, ya, Ri. Gue harap lo makan, makanannya." Indro meletakkan makanan yang ia bawa, di atas meja teras rumah Ria. "Gue pulang dulu. Jaga kesehatan lo," pamit dan pesan Indro.
Setelah mengatakan itu, Indro berjalan ke motornya. Sebelum pergi meninggalkan rumah Ria, dia melihat Ria yang juga melihat ke arahnya. Indro tersenyum, tetapi Ria malah membuang pandangannya ke arah lain.
Sekarang lo begitu sulit buat gue gapai, Ri. Hati lo begitu dingin buat gue sentuh. Gue cuman bisa berharap, nanti hati lo bisa mencair lagi.
Setelah itu Indro benar-benar pergi meninggalkan rumah Ria. Sementara Ria, gadis itu memilih duduk di kursi teras rumahnya dengan menatap ke jalanan yang kosong. Sebutir air mata membasahi pipinya.
Seandainya aja dulu lo kayak gini, Ndro. Mungkin gue akan menjadi orang yang sangat bahagia. Tapi sayang, lo malah kayak gini di saat gue udah nggak berharap apa-apa sama, lo.
Ria mengusap air matanya dan bangkit berdiri, ingin masuk kembali ke dalam rumahnya. Tetapi matanya menangkap kresek yang berisi makanan, yang di bawa Indro tadi.
Lo boleh, benci sama gue, Ri. Nggak papa. Karena itu emang salah gue. Tapi tolong, ya, terima makanan ini. Gue nggak mau lo sakit karena jarang makan. Kata-kata Indro tadi terngiang-ngiang di benak Ria. Awalnya Ria ragu untuk mengambilnya, tetapi akhirnya ia ambil juga.
"Gue ambil karena nggak mau buang-buang makanan aja," kata Ria, berbicara sendiri. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya yang sepi.
Ia sepi. Sama kayak hati Ria. Hampa.
-----
Gue pikir, selesain kisah Rindro itu gampang.
Eh taunya, udah berhari-hari ini cerita nggak selesai-selesai.kayak, gue mau bikin endingnya di sini, tapi feel nya kurang dapat. Gitu aja terus sampai part ke 100 nanti 🤦♀️
Sumpah capek banget! Bingung balikin sifat Ria gimana. Gue yang nulis, malah kayak gue yang di buat bingung. Padahal gue bisa aja bikin gini, bikin gitu, tapi ntah kenapa susah banget ngetiknya.
Jadi, kalau kalian bosan baca Rindro yang dari kemarin gue bilang mau ending, tapi nggak ending-ending. Mon maaf ya 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...