39. Gue Nggak Butuh Di Kasihani!

1.5K 169 14
                                    

Utamakan Vote dan comment ya. Soalnya vote menurun banget  🙏

____

"Ria, ikut kita, ya? Kita mau ke rumah pohon," ajak Indro, saat mereka baru keluar kelas.

Ria mengabaikan. Dia tetap terus berjalan, menganggap tidak ada siapa pun di sampingnya.

"Ri? Mau, ya? Kita mohon."

Ria menoleh ke kiri, di sana ada Wulan, Santi, Beben, Rafi, Joko, dan Gino. Semua adalah orang-orang masa lalu Ria, yang sangat-sangat ingin Ria lupa. Tanpa ingin membuang-buang waktu,  Ria berjalan cepat meninggalkan mereka. Tetapi sial, mereka terus mengikuti Ria.

"Ri? Gue mohon. Kita pengen lo kembali sama kita," kata Indro, penuh harap. Dia berdiri di depan Ria, menghalangi langkah Ria.

Ria memutar bola matanya, malas.  Lalu ia melangkah ke kiri, tetapi Indro mengikutinya. Dia melangkah ke kanan, lagi-lagi Indro mengikutinya. "MINGGIR, NGGAK?!" kesal Ria.

Indro menggeleng. "Ikut sama kita, ya?!"

"Lo pikir gue sudi ikut sama, lo semua?" tanya Ria, menatap satu persatu orang di dekatnya. "NGGAK SUDI, TAU, NGGAK?!" kata Ria, melangkah lagi. Tapi lagi-lagi langkahnya di halangi. Bukan Indro, tetapi Wulan dan Santi.

"Ri? Kita mohon. Kita kangen kumpul sama,lo?" lirih keduanya.

Ria tersenyum sinis. "Kangen kumpul sama gue atau ngerasa iba sama gue?" tanya Ria.

Semua jadi kaget. "Ma-maksud, lo?" tanya Beben.

Ria tersenyum licik. "Lo semua udah tau tentang kehidupan gue kan? Terus lo semua ngerasa kasian sama gue?" tuding Ria.

"Ri, nggak kayak gitu." Wulan mendekat pada Ria, ingin menyentuh bahunya, tetapi di hempas oleh Ria.

"Dengerin gue baik-baik," ujar Ria. "GUE NGGAK SUDI DI KASIHANI!" kata Ria, menekan setiap katanya.

"Ri, kita..." kalimat Indro di potong oleh Ria.

"Lo mau bilang apa? Lo mau bilang kalau kalian bukan kasian sama gue, tetapi nggak tega aja?" tanya Ria, tersenyum sinis. "Lagian, gue ngerasa aneh tadi pagi. Tiba-tiba orang yang terbiasa nyakitin gue, malah jadi sok manis sama gue."

"Ri, maafin kita?"

"Gue udah bilang, gue udah maafin kalian. Tapi satu, tolong jauhin gue!" ketus Ria.

"KITA NGGAK AKAN PERNAH BISA JAUHIN LO RIA!" tegas Indro.

Lagi-lagi senyum sinis Ria terukir. "Dulu bisa, masa sekarang nggak?"

Semua hanya bisa diam. Mati kutu di saat berbicara dengan Ria. Gadis itu selalu bisa mematikan lawan bicaranya.

"Nggak usah berharap kalau gue bakalan balik jadi Ria dulu lagi. Nggak akan pernah!" kata Ria, setelah itu gadis itu pergi.

"Ria!" panggil Indro. Dia ingin menyusul Ria, tetapi Joko menahannya.

"Percuma, Ndro. Ria itu batu," ujar Joko.

"Yang bikin Ria batu gitu kita, Jok," kata Indro, menyingkirkan tangan Joko dari bahunya.

"Ndro, kita tau lo sedih. Tetapi kalau kita paksa Ria, dia bakalan makin benci sama kita. Kita mulai semuanya secara pelan-pelan," kata Wulan, yang di benarkan semuanya.

Indro menatap Ria yang telah pergi menggunakan taxi. Gadis itu bahkan tidak menoleh ke belakang sekali pun.

"Tapi gue takut, Lan. Kalau Ria malah semakin jauh dari kita nanti."

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang