61. Kebahagian lagi

1.3K 172 29
                                    

Ria bangun dari tidurnya, sudah pukul 8:00. Untungnya hari ini adalah hari weekend, jadi Ria tak khawatir telat karena harus pergi ke sekolah.

"Kenapa Uda sama Uni nggak bangunin gue, ya?" heran, Ria.

Ria pun turun dari tempat tidurnya dan bergegas keluar kamar untuk melihat keberadaan Uda dan Uni. Tetapi di saat Ria membuka kamar, sesuatu mengejutkannya.

"Devan?" kata Ria, melihat seseorang yang duduk di meja makan.

Tetapi bukan itu yang membuat Ria kaget, tetapi dua orang yang tidak asing bagi Ria juga ada di sana. Bram dan Rani, kedua orangtua Devan.

"Loh, Ria. Kamu udah bangun, Sayang," kata Alya, yang menyadari keberadaan Ria.

Ria tersenyum kikuk dan mengangguk.

"Sini, Ria!" ajak Zein.

Ria mendekat ke arah meja makan dan menatap kedua orangtua Devan takut-takut. Lalu ia melihat ke Devan, lelaki itu tersenyum dan menatapnya hangat.

"Devan kapan ke sini?" tanya Ria.

"Kita baru nyampe tadi pagi. Jam 5 subuh," jawab Devan.

Ria mengangguk.

"Apa kabar Ria?"

Suara bariton itu membuat bulu kuduk Ria naik seketika. Dia menatap takut Bram, "baik, om," jawab Ria, dengan nada ragu.

Devan dan Zein menatap perihatin ke arah Ria. Keduanya tau, kalau Ria merasa takut dan juga gugup. Gadis itu pasti merasa tidak nyaman akan keberadaan Bram dan Rani. Sementara Uni, dia juga menatap Ria dengan pandangan kasian. Karena dia hanya tau cerita tentang Ria dan keluarganya dari Zein.

Rani mendekat ke arah Ria dan langsung memeluknya. Membuat Ria kaget dan hanya bisa berdiri kaku. Dia sama sekali tidak tau harus bereaksi seperti apa. Balas memeluk? Atau malah melepaskan paksa pelukan Rani?

"Maafin tante Ria. Maafin tante sama om yang udah melukai hati kamu," lirih Rani, menangis sambil terus memeluk Ria.

Ria menatap Udanya, lelaki itu tersenyum ke arahnya. Lalu Ria juga menatap Devan, tetapi hal yang sama juga di lakukan Deva. "Tan-te. Nggak u-usah minta maaf. Ria nggak papa," kata Ria.

Rani menggeleng. Dia melepas pelukannya. "Tante tau sayang. Tante sama om udah jahat sama kamu. Tante sama om nggak pernah bersikap adil sama kamu. Bahkan tante sama om selalu beranggapan kamu itu pembawa sial. Maafin tante Ria. Maafin tante dan juga om kamu yang jahat ini," pinta Rani, memegang tangan Ria dan menatap mata Ria.

Ria tersenyum kaku. "Ria maafin tante sama om kok. Maafin Ria juga, yang udah buat om sama tante kehilangan Mama dan Papa Ria," lirih Ria.

Bram mendekat ke arah Ria dan mengusap rambut gadis itu. "Nggak, Ria. Kamu nggak salah. Tetapi yang salah adalah kami. Kami sulit memahami keinginan orangtua kamu yang begitu menyayangi kamu. Orangtua kamu pergi bukan karena kamu. Tetapi karena orangtua kamu percaya kami bisa menjaga kamu. Tetapi yang kami lakukan malah menyakiti kamu. Di sini kami yang salah bukan kamu," kata Bram.

Bagi Ria, kalimat barusan adalah kalimat paling panjang yang om Bram katakan pada Ria. Biasanya om Bram hanya memaki dan pergi meninggalkan Ria. Om Bram tidak pernah mau menatap Ria lama. Tetapi pagi ini, Om Bram menatap Ria dengan tulus.

Ria tersenyum. "Makasih om, tante, kalau udah nggak anggap Ria sebagai kepergiannya Mama sama Papa. Ria nggak pernah kok benci sama kalian. Hanya saja, Ria pengen di sayangi sama kalian. Seperti kalian sayang sama Uda," jelas Ria, melirik pada Uda Zein yang tersenyum tulus padanya.

Rani kembali memeluk Ria dan kali ini tanpa ragu Ria membalas pelukannya. "Bukan seperti Zein. Tetapi lebih. Karena kamu sekarang adalah putri perempuan kami satu-satunya," kata Rani, mengusap kepala Ria.

Ria melepas pelukannya. "Putri?" tanya Ria.

"Iya. Kamu adalah putri kami Ria. Kamu bisa menganggap om sama tante adalah orangtua kamu. Dan om sama tante sangat berharap akan hal itu," jelas Bram.

Ria menatap tidak percaya akan hal ini. Apa? Dia punya orangtua lagi? Hal yang Ria inginkan dari dulu?

"Jadi Ria bakalan beneran jadi adik Devan dong, Ma, Pa? Bukan adik sepupu lagi?" tanya Devan, antusias.

Rani dan Bram sama-sama mengangguk. "Iya. Tetapi kalau Ria mau."

Ria mengangguk dan tersenyum. "Ria mau banget tante, om," kata Ria.

Rani dan Bram tersenyum bahagia. Akhirnya rasa bersalah mereka beberapa hari ini sekarang terbalaskan. Ria menjadi anak angkat mereka.

Bang, Kak... Gue bakalan ngejaga Ria kayak anak gue sendiri. Gue bakalan balas sedih Ria dulu dengan sejuta bahagia baru buat Ria, janji Bram dalam hati, menatap tulus ke arah Ria yang berpelukan dengan istrinya.

"Sekarang, kamu manggil Om sama Tante dengan panggilan Mama sama Papa, ya, sayang?" pinta Rani.

"Boleh?" tanya Ria.

"Iya boleh, sayang. Kan sekarang tante sama om adalah orangtua kamu," ujar Rani.

Ria mengangguk senang. "Iya, Ma, Pa!"

"Terus Zein manggil apa? Kan Ria adik Zein. Masa Ria punya orangtua angkat, terus Zein nggak?" tanya Zein, di samping Alya.

"Nggak usah Uda. Kan sekarang Ria jadi adik Devan," kata Devan, sombong.

"Enak aja lo! Ria tetap adik gue!" bantah Zein, tidak terima.

"Udah-udah. Zein kamu juga boleh panggil om sama tante mama sama papa. Sekarang Om sama Tante punya 3 anak dan 1 menantu," terang Bram. "Dan pastinya, putri kecil papa yang akan papa sama mama manja," lanjut Bram, mengusap kepala Ria.

Ria tersenyum dan berulang kali mengucap syukur dalam hati. Ntah bermimpi apa Ria tadi malam, sehingga pagi ini Ria di berikan kebahagian yang luar biasa.

Terimakasih ya Allah... Karena engkau memberikan begitu banyak hal indah untuk Ria. Uda dan Uni kembali. Dan sekarang, Ria punya keluarga baru lagi. Semoga kebahagian ini tidak berakhir dengan cepat.

-----

Hallo guys!!! Kalian ada yang mau langganan platnium video nggak?
Aku ada jual nih. Jadi 1 bulan aku kasih harga 15k, tetapi khusu kalian nanti aku bikin 1 bulan 12k aja.

Kalau kalian mau nanti kabarin akau ya. Buat nonton djs the movie nanti 😊

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang