53. Memesan taxi?

1.2K 163 9
                                    

Ria menatap pantulan dirinya di cermin, lengkap dengan seragam sekolahnya. Dia mengambil liptint di atas meja riasnya dan mengolesnya di bibir tipisnya. Dia tersenyum, membuat kesan manis bertambah di wajahnya.

"Ria...Ria. Wajah sempurna, tetapi kehidupan nggak sempurna." Ria bermonolog sendiri.

Ria melihat jam di ponselnya, sudah pukul 6.45. Tanpa menunggu lama lagi, Ria keluar dari rumahnya untuk berangkat sekolah. Tetapi di saat Ria baru keluar rumah, dia mengernyit melihat ada taxi yang menunggu depan rumahnya. Gue kan belum pesan taxi, kata Ria dalam hati.

Dia mendekat ke arah taxi itu, "bapak cari siapa, ya?" tanya Ria, keningnya mengernyit.

"Oh, saya cari Neng Ria, neng," terang supir taxi itu.

"Saya Ria, pak. Tapi saya nggak ada pesan taxi," kata Ria. Dia memang berniat memesan taxi, tetapi belum.

"Emang bukan, Neng Ria yang pesan," kata Bapak itu lagi, membuat Ria semakin bingung.

"Terus?" tanya Ria.

Bapak itu melirik ke belakang Ria, lalu tersenyum jenaka. Ria jadi kepo, akhirnya mengikuti arah pandang bapak supir taxi itu. Mulutnya ternganga melihat orang yang duduk di atas motor, tidak jauh darinya.

"Indro?" gumam Ria, menatap tidak percaya Indro yang melambai ke arahnya dengan tersenyum.

"Mas yang cinta sama Neng, yang pesan taxi buat neng Ria," kata Bapak itu, membuat Ria jadi menoleh padanya.

"Bapak bilang apa barusan? Cowok yang cinta sama saya? Maksud bapak cowok yang itu?" tanya Ria, melirik Indro yang masih setia menatapnya dengan senyuman.

"Iya, Neng. Mas yang ganteng itu. Tapi kenapa Neng Ria nggak berangkat bareng dia aja?" tanya Bapak itu.

Ria menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya. "Ayo berangkat, Pak. Nanti saya telat," kata Ria, memutus pembicaraan itu.

Supir taxi itu mengangguk dan membukakan pintu mobil untuk Ria. Setelah itu dia memutari mobil dan masuk kedalam kursi pengemudi.

Ria menatap ke belakang, melihat Indro. Lelaki itu ternyata mengikutinya dari belakang. Tapi buat apa? "Ngapain sih tuh anak ngikutin gue? Di kira gue butuh pengawal kali, ya?" gumam Ria, berdecak kesal.

"Itu lah yang namanya cinta, Neng. Melakukan apa pun demi orang yang ia cinta," kata Bapak itu, yang ternyata mendengar gumaman Ria.

Cinta? Ria tersenyum sinis. Bagi Ria, cinta itu adalah saling mengerti dan saling peduli. Tetapi dia dan Indro? Mengerti dan peduli bergantian. Di saat dia sudah tidak mau mengerti dan peduli ke Indro, malah lelaki itu yang mencoba mengerti dirinya dan peduli padanya.

Berarti gue sama Indro nggak cocok, kan?

-----

Nggak mood banget sumpah!

Rindro (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang