"INDRO! LO MAKAN SALAD BUAH GUE, YA?!" teriak Ria melengking dari dapur rumahnya.
Indro yang sedang bermain ps bersama Joko, Roni, Gino, Beben, dan Edo di ruang tamu rumah Ria, hanya menoleh sekilas dan kembali fokus menatap pada layar tv Ria yang sedang di gunakan untuk bermain ps.
Melihat tidak ada reaksi dari Indro, Ria kembali berteriak lagi. "INDRO LO DENGERIN GUE NGGAK SIH?!" kesal Ria.
"Ria? Nggak usah teriak-teriak! Ntar rumah lo roboh," kata Santi, yang sedang memasak bersama Lili dan Wulan.
Mereka memang sedang berkumpul di rumah Ria sekarang. Para cewek-cewek sibuk masak dan para cowok-cowok malah sibuk bermain ps di ruang tamu. Sementara Uda dan Uni Ria sedang berada di Padang sekarang, mengunjungi kedua orangtua mereka. Devan? Lelaki itu sudah terbang ke London seminggu lalu.
"Biarin aja. Gue kesal sama Indro, nggak dengerin gue." Ria berdecak, saat lagi-lagi Indro mengabaikannya. "INDRO! LO KALAU NGGAK DENGERIN GUE JUGA, KITA PUTUS SEKARANG!" ancam Ria.
Dan tepat saat itu juga, Indro langsung melempar stik ps-nya dan langsung berlari dengan cepat ke arah dapur. "Nggak asik, lo, Ri. Ngancam mulu," kesal Indro.
"Bodo!" ketus Ria. "Lo makan salad buah gue kan?" tanya Ria, menatap tajam Indro.
Indro mengangguk enteng. "Emang kenapa?" tanyanya, duduk di meja makan dan menatap Ria.
Ria menatap galak Indro. "ITU SALAD BUAH GUE INDRO!" teriak Ria, tidak terima.
"Sama pacar sendiri juga. Pelit banget, lo," cetus Indro.
"Tapi itu tinggal satu di kulkas. Kenapa lo habisin?!" geram Ria.
Wulan, Santi, dan Lili hanya bisa menggeleng melihat pertikaian pasangan itu. Seminggu jadian, kedua orang itu bukan mesra-mesraan malah sibuk bertengkar karena hal kecil.
"Heh! Lo berdua ngapain berantem terus, sih? Pusing gue lihatnya," kata Roni, mengambil air dingin di kulkas.
"Tau. Orang pacaran romantis-romantisan, kayak gue sama Lili. Lah, lu berdua? Duel mulu," heran Gino, duduk di samping Indro.
"Mana bisa romantis. Yang satu galak, yang satu es batu. Kagak nyambung sebenarnya," ujar Joko, terkekeh sambil mendekat ke arah Wulan.
"Eh! Gue sama Indro itu sebenarnya romantis," ujar Ria, tidak terima.
"Tetapi terhalang dengan drama percekcokan ya, Ri?" tanya Beben, yang baru saja datang ke dapur bersama Edo.
"Ish... Nggak gitu. Masalahnya Indro itu selalu bikin ulah. Awal ngedate, Indro bisa-bisanya pergi itu nggak bawa dompet sampai kita itu harus nyuci piring. Terus pas lari pagi, bisa-bisanya Indro malah gangguin anjing orang sampai kita di kejar, terus pas belanja di market, Indro malah salah bawa belanjaan orang sampai kita di bilang pencuri. Terus sekarang? Indro malah ngabisin salad buah gue yang tinggal satu-satunya di kulkas," cerita Ria.
Semua hanya bisa menggeleng mendengar cerita Ria. Mereka baru tau, kalau masa pacaran Indro dan Ria yang baru saja menetas seminggu lalu telah melewati hari yang banyak suram. Tetapi kalau di pikir-pikir, sebenarnya itu lucu.
"Itu namanya kita beda dari pada yang lain, Sayang. Kita itu lebih uwu gitu," kata Indro, menaik turunkan alisnya.
"Uwu endas mu!" ketus Ria.
Semua hanya bisa tertawa melihat wajah mesem Indro saat di balas galak oleh Ria. Sebenarnya kalau di lihat-lihat, Indro sama Ria itu tidak seperti orang berpacaran. Lebih ke pacar rasa teman. Bertengkar lebih sering daripada romantis-romantisan.
"Jangan marah dong, Ri. Nanti gue beliin salad buah yang banyak, deh," bujuk Indro, mendekati Ria. "Lo kalau marah makin kawai, deh. Gue jadi makin love," goda Indro, menoel-noel pipi Ria.
"Jadi kalau gitu gue marah aja, dong? Biar makin kawai," tanya Ria, menatap Indro mengernyit.
"Ya nggak gitu juga, Sayang. Kalau kamu senyum itu, kawainya berkali-kali lipat lagi," gombal Indro.
Ria tidak dapat menahan senyumnya. "Gombal mulu. Tapi gue suka," katanya nyengir.
Indro merangkul Ria dan mencubit gemas pipi gadis itu. "Aku juga suka kamu."
"UHUK...UHUK... DUNIA SERASA MILIK BERDUA! YANG LAIN MAH NUMPANG!" kata Beben heboh.
"APA LAH DAYA KALAU DI BUMI INI CUMAN NGONTRAK," kata Edo, ikut-ikutan.
"Kenapa jadi serba salah, dah? Berantem, salah. Kita romantis, salah. Lo maunya apa?" tanya Indro, menatap galak Beben dan Edo.
"Biasa, Ndro. Jomblo mah, gitu!" kata Roni, terkekeh.
"Anjir... Tersungkur gue!" Beben dan Edo memegang dadanya masing masing, berlagak sakit hati.
"Begini banget, ya, nasib. Joko sama Wulan, alias Jolan. Ria sama Indro, alias Rindro. Roni sama Santi, alias Rosan. Gino sama Lili, alias LiGi. Lah gue? Gue sama siapa biar nama gue pas?" tanya Edo, miris. Mengusap air mata palsunya.
"Gue tau!" kata Ria, membuat Edo dan yang lain menoleh padanya.
"Apa?" tanya Edo, menatap Ria berbinar.
"Eben aja. Edo Beben," kata Ria, membuat semua tertawa.
"Dih, ogah gue maho sama dia," tolak Edo.
"Lo pikir gue mau. Idih-idih amit-amit, deh," kata Beben lagi, membuat semua orang tertawa.
Dalam diam, Ria menatap semua teman-temannya. Dia bahagia, sangat bahagia. Sekarang ia punya keluarga yang mengerti dirinya. Sahabat yang bersamanya. Dan Cinta, yang menemaninya. Kehidupan Ria terasa begitu lengkap.
Tapi Ria tau, ini bukan akhir dari segalanya. Ini adalah awal baru untuk kisah baru. Akan banyak tantangan dan cobaan di sana. Hanya saja, Ria berharap cobaan itu bukan hal yang merebut segalanya dari Ria lagi.
Terimakasih luka, engkau mengajarkan ku artinya bertahan walaupun sakit. Mungkin akan banyak rintangan yang lebih berat yang akan gue hadapi, tapi setidaknya gue udah belajar dari awal untuk tetap kuat meski pun berat. Ini mungkin memang bukan akhir karena akan masih banyak kisah yang harus di lewati.
Dan terimakasih diriku, tetap kuat dan mampu memaafkan untuk menerima kembali meski telah tersakiti.
Ria.
-----
Sampai bertemu di Rindro season 2 😊
Terimakasih buat kalian yang udah baca, vote, dan komen Rindro dari mulai Prolog sama Spesial part saat ini 🥰Bahagia selalu orang-orang baik 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Ficțiune adolescențiIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...