Senyum Ria sama sekali tidak pudar dari saat ia bangun tadi pagi, sampai sekarang telah duduk di meja makan. Ia menatap Uda Zein yang duduk di depannya, sementara Uni Alya sibuk menaruh nasi Uda Zein dan Ria.
"Kamu kenapa, sih, dari tadi senyum-senyum lihat Uda sama Uni?" tanya Zein, gemas melihat Ria.
Ria menggeleng dan tersenyum."Ria bahagia aja, bangun pagi udah ada Uni sama Uda. Biasanya Ria sendiri. Lebih sering nggak sarapan di rumah," cerita Ria.
Zein juga ikut tersenyum mendengarnya. Andai dari dulu ia paham, apa yang membuat adiknya ini bahagia, mungkin Ria akan selalu tersenyum seperti ini. "Kalau kamu bahagia, makan yang banyak, dong!" suruh Zein.
"Iya. Kan udah lama nggak makan masakan Uni," kata Alya.
Ria mengangguk dan memulai makan, makanannya. Tetapi baru saja Ria menyuapkan sesuap, suara ketukan dari luar rumahnya membuat Ria menoleh pada pintu yang masih tertutup.
"Biar Uni yang buka," kata Alya, berjalan ke pintu untuk membukanya. "Loh, Indro?" kaget Alya, melihat orang yang ternyata mengetok pintu itu adalah Indro.
Hal yang sama juga di rasakan Indro. Dia kaget melihat Uni Alya yang membuka pintu. "Loh, Bu Alya?" kaget Indro, langsung salim pada Uni Alya
Alya tersenyum dan mengusap kepala Indro. "Apa kabar Indro?" tanya Alya.
Indro tersenyum kikuk. "Baik, Bu!" jawab Indro.
"Nggak usah panggil, Bu. Panggil Uni aja," suruh Alya.
Indro mengangguk dan tersenyum. "Iya, Bu. Eh, maksudnya Uni."
"SAYANG? SIAPA?" tanya Zein, berteriak dari dalam.
"Loh, Uda Zein juga udah pulang, Uni?" tanya Indro.
Alya mengangguk. "Iya. Ayo masuk!" ajak Alya.
Indro pun ikut masuk. Dari jauh, Indro dapat melihat Ria yang tersenyum sambil makan. Gadis itu pasti sangat bahagia karena kakak dan kakak iparnya akhirnya pulang. Indro juga ikut tersenyum melihatnya.
"Loh, Indro?" kaget Zein.
Mendengar ucapan Uda Zein, Ria langsung menoleh pada tatapan Udanya. Dia memutar bola mata, malas. Mau ngapain dia ke sini? Semalam pesankan taxi buat gue. Sekarang malah datang langsung. Ria berucap dalam hati, sambil geleng-geleng.
Indro mendekat ke arah Uda Zein, lalu salim padanya. "Apa kabar, Uda?" tanya Indro.
"Baik-baik. Kamu apa kabar?" jawab dan tanya balik Uda.
"Alhamdulillah, Indro juga baik Uda," balas Indro sambil tersenyum. Dia melirik Ria, gadis itu tidak melihat padanya dan malah sibuk dengan makanannya.
"Kamu mau jemput Ria, ya?" tanya Uda Zein, membuat Ria langsung menoleh.
Indro mengangguk. "Iya, Uda," jawab Indro, membuat Ria langsung memelototinya.
"Emang kamu udah sarapan?" tanya Uda Zein, yang di balas Indro dengan gelengan. "Kalau gitu sarapan di sini dulu. Ria juga belum siap," suruh Zein.
"Boleh, Uda, Uni?" tanya Indro.
Zein dan Alya terkekeh mendengar pertanyaan Indro. "Ya boleh, lah, Indro. Masa nggak boleh," kata Alya. "Sini duduk samping Ria!" suruh Uni, sambil mengambilkan nasi untuk Indro.
Ria melirik Indro dengan jengkel. "Lo ngapain, sih, di sini? Gue nggak perlu di jemput!" bisik Ria, saat Indro duduk di sampingnya.
"Gue nggak mau, keduluan sama Baim," balas Indro berbisik.
"Kalian kenapa bisik-bisik?" tanya Uda, membuat keduanya serempak menggeleng.
"NGGAK PAPA UDA!"
-----
Lemas bestie... Komen sepi 🤦♀️🙄

KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...