(GUE TANDAIN, YANG BACA TAPI NGGAK VOTE SAMA COMMENT!!!!!)
POKOKNYA HARUS COMMENT KALAU MAU LANJUT!!!!!
"Lo dan mereka hanya sebatas pernah ada di kehidupan gue, tetapi bukan berarti kalian akan selalu ada. Kalian yang memilih buat lupain gue dan menerima orang-orang baru buat gantiin posisi gue. Jadi, selamat menjalani kisah baru dengan mereka,"
Ria
Ria berdiri di pembatas rooftop sekolah sendirian, padahal saat ini pelajaran sekolah sedang berlangsung. Dia memejamkan matanya, menikmati angin yang berhembus yang mengenai wajahnya.
Akhir-akhir ini Ria merasa tidak tenang, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sebuah rasa yang sulit di jelaskan oleh pikiran dan mulutnya.
Bayangan-bayangan Ria di saat masih SMP tiba-tiba terlintas di benaknya. Mulai dari ia yang bersahabat dengan Wulan, Lili, dan akhirnya juga dengan Santi. Bersama Indro yang mulai dekat karena ia membantu lelaki itu mencari tahu tentang kebohongan Papinya dan akhirnya dekat dengan Mami Indro. Dan terakhir ia mengingat buku diary Joko yang mengubah segalanya di hidupnya.
Segalanya menghilang dengan sekejap mata. Kenangan indah hanya sebuah jalur jalan untuk kisahnya sekarang. Kisah hambar tanpa taburan rasa manis.
"Segala hal indah, hanya jadi ingatan semu untuk gue. Mengingat, tanpa akan pernah kembali," batin Ria, tersenyum miris.
"Kenapa nggak masuk?!"
Ria kaget dan langsung membuka matanya. Tetapi ia tidak menoleh, hanya diam menatap ke depan.
Perlahan Ria merasa langkah kaki mulai mendekatinya, tetapi ia abaikan saja. Karena tanpa menoleh pun, Ria sudah tau siapa orang itu.
"Kenapa diam?" tanyanya, saat sudah berada di samping Ria.
"Ngapain lo di sini?" tanya Ria, mengabaikan pertanyaan orang itu.
"Nyari, lo!"
Bullshit! Zea memutar bola matanya, malas. "Gue nggak perlu lo cari."
"Tapi hati gue pengen nyari, lo!"
Ria tertawa, menatap lelaki di sebelahnya. "Lo bicara soal hati yang mana, Ndro? Hati buat Wulan? Atau hati baru buat Loly?"
Indro menatap Ria, tulus. "Hati yang gue rasa telah redup, tetapi ternyata hati itu masih ada sampai sekarang."
Ria tersenyum sinis, mendengar ucapan Indro. "Omongan lo, basi! Mending cabut dari sini!" usir Ria.
"Ri? Gue minta maaf," pinta Indro, menatap Ria dengan tulus dari samping.
Ria membuang napas berat. "Untuk?" tanyanya, dengan nada malas.
"Karena gue udah pernah nyakitin, lo!"
Ria mengangguk. "Bagus, kalau lo udah sadar!" kata Ria enteng.
"Iya, gue tau gue salah. Maka itu, gue minta maaf sama, lo?" pinta Indro, dengan wajah serius.
"Gue maaf-in!"
Indro kaget. Dia tidak menyangka Ria bakalan mengatakan itu. Dia tidak menduga gadis itu bisa mudah memaafkannya. "Kita bisa dekat lagi?" tanya Indro.
Ria memutar tubuhnya, berhadapan langsung dengan Indro. "Lo tau, kenapa gue maafin, lo?" tanya Ria, tetapi Indro hanya diam. "Gue maafin lo bukan berarti gue nerima lo kembali di kehidupan gue, Ndro. Tetapi gue maafin lo karena gue cuman pengen punya hidup lebih tenang. Tanpa adanya rasa benci lagi di hidup gue," ujar Ria.
"Maksud, lo, gue nggak bisa buat dekat sama lo lagi, Ri?" tanya Indro.
Ria tersenyum, senyum yang terlihat menutupi sebuah rasa letih. "Lebih tepatnya gue nggak ingin berhubungan dengan masa lalu lalu lagi, Ndro. Gue nggak mau berurusan sama, lo dan teman-teman lo, lagi!"
"Mereka juga teman, lo, Ri!" Indro mengingatkan.
Ria menggeleng. "Lo dan mereka hanya sebatas pernah ada di kehidupan gue, tetapi bukan berarti kalian akan selalu ada. Kalian yang memilih buat lupain gue dan menerima orang-orang baru buat gantiin posisi gue. Jadi, selamat menjalani kisah baru dengan mereka," kata Ria, terdengar tulus.
"Ri? Kita nggak pernah gantiin posisi lo sama siapa pun."
Ria kembali menatap ke arah bawah, tepat ke lapangan Merdeka Mandiri. "Seseorang yang mengganti, nggak akan pernah sadar ada yang terganti. Tetapi seseorang yang tergantikan, akan sadar kalau tempatnya sudah di ambil orang."
Di dalam hati, Ria geli dengan kata-katanya sendiri. Semenjak kehilangan mulai menerjang hidupnya, kata-kata puitis mulai mendekatinya.
"Nggak, Ri. Meski banyak orang baru, bukan berarti mereka gantiin posisi lo. Wulan, Santi, Lili, gue, dan yang lain, pasti selalu ada tempat buat lo di hati kita. Lo nggak pernah terganti, Ri!" kata Indro, menolak pernyataan Ria.
Ria menarik napas dan menghembuskan dengan berat. "Apa alasan lo mengatakan itu semua? Kalau gue mengatakan itu, udah jelas karena gue nggak ingin berurusan lagi sama lo semua. Lalu, lo? Apa? Lo pengen gue balik cinta sama, lo?" tanya Ria, melirik Indro.
Indro diam. Merasa ragu dengan jawaban yang ingin dia ucapkan.
"Kenapa lo diam?" tanya Ria.
"Kalau gue bilang iya, apa itu mungkin?" tanya Indro.
Ria mengangguk. "Mungkin. Karena mungkin juga sampai saat ini, perasaan itu memang belum sepenuhnya hilang," jawab Ria, enteng.
Indro menatap dengan kagum pada Ria. Gadis itu benar terlihat sangat berbeda. Ria yang dulu sering berbohong untuk menutupi sebuah kebenaran, Ria sekarang malah terlihat sangat jujur.
Indro menarik kedua tangan Ria dan memegangnya, Ria hanya membiarkannya saja. Indro menatap Ria tulus, raut wajahnya tersenyum, ada bahagia yang sulit buat di ceritakan.
"Ri? Apa bisa, gue perbaiki kesalahan gue? Apa bisa, kita mulai semuanya dari awal? Lebih tepatnya, apa bisa rasa yang pernah saling ada sekarang kita satuin menjadi satu agar utuh?"
-----
Gue bakalan next kalau ramai!!!!
Ini part paling panjang deh kayaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Teen FictionIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...