Indro duduk di meja belajarnya, menatap pada langit malam lewat jendela kamarnya. Hatinya sedang gundah. Semenjak kepulangan Ria, ada perasaan aneh yang menjalar pada dirinya.
"Woy!"
Indro terlonjak, saat sebuah tepukan melayang di bahu kirinya. Dia menatap ke samping, ternya orang itu adalah Joko.
"Lagi mikirin apa, lo?" Tanya Joko, duduk di kasur.
"Nggak," jawab Indro.
Joko berbaring di tempat tidur dengan posisi tengkurap. "Nggak usah bohong, lo. Gue ini, kan, abang lo. Ayolah cerita sama gue!" Ucap Joko, yang tau bahwa Indro berbohong padanya.
Indro menarik napas panjang dan menghembuskan ya dengan berat. Dia menghadap ke Joko. "Gue bingung, Jok."
"Bingung? Kenapa?"
"Semenjak kepulangan Ria dari padang, gue rasa ada yang aneh sama diri gue."
"Emang diri lo kenapa?" Tanya Joko, yang sekarang telah mengubah posisinya jadi duduk dengan melipat kedua kakinya.
"Lebih tepatnya perasaan gue. Gue nggak suka tiap lihat Ria sama cowok yang datang sama dia itu," jelas Indro.
Tiba-tiba saja Joko tertawa. "Itu namanya lo cemburu, begok!" Kata Joko masih dengan kekehan.
Indro menatap datar Joko. "Apaan, sih, lo! Perasaan gue udah hilang sama Ria, dari saat dia milih berubah dari dirinya yang dulu."
Sekarang Joko telah berhenti tertawa, menatap serius pada Indro. "Gue nggak ingat Ria berubah gimana. Gue juga nggak tau Ria dulunya itu seperti apa. Yang gue tau, dari awal gue bangun dari koma, anak kecil itu bilang adalah sahabat gue." Kata Joko, dengan nada serius. "Padahal, kan, dia itu sahabat jadi cinta lo, kan?" tanya Joko, dengan nada sedikit menggoda.
Indro memutar bola matanya malas. Tapi tidak dapat di pungkiri, yang Joko bilang memang benar adanya. Indro dan Ria dulunya adalah sahabat, tapi pada akhirnya timbul rasa di keduanya.
Dan jujur Indro akui, dia sangat menyayangi dan mencintai gadis itu waktu itu. Gadis polos yang lebih mementingkan sahabatnya. Tapi sekarang? Indro tidak yakin masih punya rasa pada gadis yang telah berubah menjadi egois itu.
"Woi! Malah ngelamun lo," Joko mengibaskan tangannya. "Tapi sekarang gue rasa Ria berubah, deh. Dia nggak ngejar-ngejar gue lagi. Malah dia bersikap cuek sama gue," kata Joko.
Indro mengangguk. Iya, Ria memang berubah menjadi lebih cuek sekarang. Kata-katanya juga makin pedas, walaupun dia tidak berbuat jika tidak di mulai.
"Tapi sayangnya dia nggak berubah terhadap Wulan. Dia masih benci sama Wulan," ucap Indro dengan suara pelan.
"Emang Wulan ngelakuin apa sama Ria dulu?" Tanya Joko.
Indro menggeleng. "Nggak ada yang tau. Ria berubah gitu aja."
Joko terdiam, tampak berpikir. "Seseorang nggak akan benci sama orang lain, kalau nggak ada penyebabnya."
"Jok! Lo tau Wulan, kan. Wulan nggak akan mungkin nyakitin siapa pun."
Joko berdecak. "Ya gue tau. Gue juga tau Wulan itu hatinya bak malaikat. Makanya walupun gue amnesia, gue tetap jatuh cintanya sama dia." Kata Joko kesal. "Tapi bisa jadi kesalahpahaman yang bikin Ria benci sama Wulan," ucap Joko.
Indro menghembuskan napas gusar. Ia memutar kembali posisinya menghadap jendela dan menatap langit. "Ntah, lah. Tapi jujur, gue kecewa banget sama Ria yang sekarang. Ria yang bisanya berpikir pendek."
Joko bangkit berdiri dan menepuk bahu Indro. "Seseorang yang udah jatuh cinta, nggak akan bisa berpikir normal. Hal yang salah pun, akan di anggap benar." Ucap Joko, sebelum pergi dari kamar.
Indro mencerna ucapan Joko. Tapi sayangnya hal itu malah membuat kepalanya sakit. Dia mengambil poto yang terletak di laci meja belajarnya. Dia tersenyum memandang poto itu. Di sana ada maminya, dia, dan Ria.
"Andai lo masih jadi Ria yang dulu, Ri. Pasti gue adalah orang yang paling bahagia karena bisa sama lo."
-----
Di next jangan???
Kira-kira Indro perasaanya gimana ya sama Ria???
Spam like dan comment. Jangan jadi sider 🤫
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindro (SELESAI)
Fiksi RemajaIni tentang Ria, gadis kecil, imut, dan manis. Gadis baik yang berubah menjadi begitu kejam karena sebuah alasan. Di benci oleh orang yang di cintai, di jauhi sahabat, dan tidak di pedulikan oleh keluarga. Lalu, bagaiman gadis manis yang menjelma me...