9. VIRULEN

197 18 2
                                    

[9. Persetujuan]

Waktu kejadian di mana ia terjatuh dari tangga Elin di bawa ke rumah sakit oleh satpam sekolah yang melihatnya. Beruntung Elin tidak terluka parah hanya saja di bagian kepalanya mengalami cedera.

Ceklek

Atensi Elin teralihkan ketika melihat salah seorang berdiri dan menarik langkah mendekatinya. Senyuman Elin terpancar di wajahnya, gadis itu berusaha merubah posisinya lambat-laun menjadi duduk.

"P-papa," panggilnya pelan.

"Papa belikan Elin kado yang kemarin Elin minta? Papa udah janji pasti Papa udah beli kan?" Elin masih mengharapkan hadiah dari Defin yang sudah di janjikan. Sungguh Elin menginginkan hadiah itu gadis itu menginginkan boneka stoberi yang ia lihat di toko boneka waktu itu.

"Gak penting Papa beliin kamu kado!" tandas Defin.

Pupus sudah harapan Elin. Gadis itu memejamkan kedua bola matanya lantas berucap, "Papa gak mau ngucapin sesuatu buat Elin,"

Defin tak menggubris panggilan anaknya itu, ia beralih menatap tangan Elin lalu melepaskan impusannya secara paksa.

"Shhh," Elin yang terkejut langsung menjerit tertahan saking kesakitannya. Gadis itu menatap telapak tangan bekas cairan infusan yang berdarah.

"Cepat bangun kita pulang sekarang!" suruh Defin tegas.

"Tunggu Pak anak bapak belum waktunya pulang," ujar seorang dokter muda yang bernama Dirga seraya menahan lengan Defin yang akan segera menyeret Elin.

Defin melirik tajam dokter Dirga. "Ini urusan saya dengan anak saya. Anda tidak perlu ikut campur!"

"Luka di kepala Elin cukup serius. Elin di anjurkan untuk di rawat beberapa hari di sini," Dirga berusaha menyadarkan Defin dari raut wajahnya ia takut kalau Elin akan menjadi sasaran amarah Defin seperti biasanya.

"Dia tidak butuh perawatan apa pun. Mohon jangan halangi jalan saya!" Defin segera menyeret paksa lengan Elin disaat gadis itu masih merasa lemas bahkan tak mampu untuk berjalan.

"Papa tunggu kepala Elin sakit," gadis itu memegang kepalanya yang di perban.

"JANGAN MANJA! DAN CEPAT BERDIRI YANG BENAR ZELIN!"

Elin terperanjat kaget, tubuhnya langsung bergetar ketakutan. Sepertinya kondisi Defin sedang tidak baik-baik saja.

"Mohon Pak tolong mengerti. Kasihan Elin biarkan kondisi dia pulih dulu," ujar Dirga memohon-mohon.

"SAYA BILANG JANGAN IKUT CAMPUR MASALAH SAYA. KURANG JELAS HAH?!" gertak Defin naik pitam.

"B-baik pak mohon maaf," akhirnya Dirga mengalah. Saat Defin mulai melangkah ia bergegas mencari kontak seseorang untuk menelepon orang terpenting.

Prang!

Saat panggilan berdering dengan cepat Defin berhasil merampas ponsel Dirga dan langsung melemparnya tembok sampai telepon tersebut hancur berkeping-keping. Suasana semakin mencekam ketika melihat mimik wajah Defin yang garang.

"Jangan macam-macam. Karena saya bisa melepaskan jas putih ini dari tubuh Anda!" Dirga menundukkan kepala dalam. Manusia lemah sepertinya tidak akan mampu melawan Defin yang berkuasa.

"Ingat tidak ada boneka yang melawan majikannya," bisiknya di telinga Dirga seraya mengusap bahu temannya itu. 

"Jangan pernah menghubungi wanita itu lagi paham?"

"B-baik Pak. Saya paham," balas Dirga ketakutan.

 Saya paham," balas Dirga ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang