69. VIRULEN

198 25 6
                                    

[69. Jiwa yang telah tenang]

Ketika Elin terjatuh dari rooftop rumah Aza yang lumayan tinggi, gadis itu mengalami banyak luka dan cedera cukup parah. Belum lagi racun yang semakin memperparah kondisinya akibat dari tusukan pisau yang sengaja Aza tikamkan pada gadis itu.

Kondisi Elin kritis saat beberapa jam yang lalu akibat kehilangan banyak darah dan juga robekan dan dalamnya luka di perut akibat pisau mematikan itu. Melihat kondisi Elin yang seperti ini membuat Ray semakin frustasi dengan dirinya sendiri.

Ketika Elin di bawa ke rumah sakit cowok itu selalu ada di sampingnya cowok itu tidak mau meninggalkan Elin walau hanya sebentar saja. Lelaki itu tidak pulang atau makan saat tahu  Elin di operasi pengangkatan benda tajam itu, dan juga perutnya di jahit.

Beruntung Tuhan masih ada di pihaknya karena operasinya berjalan dengan lancar.

Jari-jari tangan kanan Elin sedikit bergerak. Akan tetapi Ray tidak menyadarinya karena yang cowok itu perhatikan adalah wajah pucat gadis itu.

Lambat laun gadis itu mulai membukakan kedua bola matanya secara perlahan saat ia merasakan suara isakkan tangis seseorang dan merasakan ketika tangan kirinya di genggam begitu lekat.

"R-ray," panggil gadis itu dengan suara pelan. Ia kesulitan berbicara ketika mulut dan hidungnya tertutupi oleh oksigen.

Ray menghapus air matanya dengan kasar, senyuman kecil di wajah cowok itu terlukis ketika melihat Elin yang mulai siuman. "Elin. Kamu udah sadar, mau aku panggilkan dokter?"

Gadis itu menggeleng pelan kemudian ia tersenyum penuh dengan rasa sakit. "G-gak usah. Aku gak ngerasa ada yang sakit,"

"M-makasih kamu udah bangun El. Tidurnya jangan lama-lama kayak barusan lagi,"

"Sekarang Ray percaya kan? Aza masih hidup. Dia masih hidup," Elin menahan tangisannya. Ketika ia mengingat kejadian waktu di kediaman keluarga Kimberly, meski ia baru tahu waktu itu kalau selama ini Ray tahu Aza masih hidup bahkan lelaki itu selama ini berada dekat dengannya. Yang jelas Elin merasa bahagia karena berhasil mempertemukan keduanya sesuai dengan keinginan Ray lelaki itu akan percaya pada Elin asalkan Elin mamou membawa Axa ke hadapannya.

"Aku percaya."

"A-aku udah tepatin janji aku. S-sekarang k-kita akan mewujudkan janji yang pernah kita ucap Ray," ucap Elin terdengar mengejutkan bagi Ray.

Sementara Alanka yang ada di sana hanya diam membisu di tempat, gadis itu benar-benar akan memenuhi janjinya. Sungguh ia tidak sanggup menyaksikan ini tapi akan jauh lebih sakit jika ia meninggalkan Elin sekarang.

Seketika pikiran Ray langsung blank mendadak otaknya berputar mencoba memahami apa yang gadis itu katakan mengenai sebuah janji yang pernah mereka ucap.

"K-kamu masih ingat bagaimana dulu kamu membenciku dan menyuruhku untuk pergi selamanya. J-janji itu akan segera terpenuhi," gadis itu tersenyum simpul setelah mengatakannya. Lebih tepatnya tersenyum menyembunyikan lukanya sendiri.

"Gue akan datang tanpa lo minta saat kematian lo tiba!"

Sekujur tubuh Ray merasakan sengatan yang luar biasa ketika mengingat kembali kalimat kutukan yang pernah ia ucap saat fi penjara itu.

"M-makasih udah datang." Elin memejamkan kedua bola matanya sebentar menahan perih yang ada di bagian perut dan kepalanya.

"M-maafin aku El. Tentang kalimat mengerikan itu aku menariknya, itu bukan janji melainkan kutukan," jawab Ray dengan serak.

"T-tapi aku udah tepatin janji aku dan kalimat yang sudah terucap tidak bisa di tarik kembali Ray," balas gadis yang sedang menghadapi sekaratnya itu. "A-aku akan pe-"

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang