34. VIRULEN

147 19 9
                                    

[34. Siapa pelaku sebenarnya?]

Elin terus berlari tanpa henti di tengah-tengah luasnya hutan yang gelap, ia tidak tahu harus berlari ke arah mana. Setiap ia berlari bukannya keluar dari hutan justru Elin merasa kalau dirinya kembali kepada tempat yang sama.

 Setiap ia berlari bukannya keluar dari hutan justru Elin merasa kalau dirinya kembali kepada tempat yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa aku terus kembali ke tempat ini?"

"Di mana aku?!"

Gadis itu merasa putus asa ketika tidak bisa menemukan jalan keluar.

"Tolong!"

"Tolong!"

Seperti orang gila ia terus berteriak meminta tolong ketika berada di tengah-tengah hutan. Ia mendengar suara kendaraan berlalu lalang, gadis itu menajamkan kedua bola matanya mendengar baik-baik dari arah mana suara kendaraan tersebut. 

"Utara. Ke arah sana pasti ada jalan keluar,"

Elin langsung pergi ke arah utara, masih ada harapan untuk segera keluar dari hutan itu. Ternyata harapannya benar, senyuman di wajahnya terlukiskan ia melihat jalanan sepi yang luas di sana.

Elin berlari ke arah jembatan ketika di sana ia melihat sebuah mobil terparkir. Gadis itu berniat akan meminta bantuan pada orang yang bisa membantunya

"Permisi. Kak bisa tolong antarkan aku ke suatu tempat, tolong saya kak ini darurat," ucap Elin di sela-sela napasnya yang tak beraturan. Gadis yang sedang bersandar di badan mobil itu memutar kepalanya menatap Elin.

"Hebat juga lo. Gue kira lo gak bakalan bisa keluar dari hutan itu," Aza kini menghadap Elin dengan kedua tangan terlipat di dada. Cukup lama ia menunggu ke datangan Elin, ia pikiran yang lain sudah tewas dimakan oleh hewan buas di dalam hutan ternyata tidak.

"A-aza," ucap Elin gelagapan. "Dimana Ray sekarang Aza?!" gadis itu menyingkirkan semua rasa takutnya, ketika menyangkut Ray meskipun kematian menghampirinya ia tidak takut sama sekali.

"Jawab di mana Ray?!" Elin mencengkeram kedua bahu Aza ketika gadis itu tidak kunjung menjawab pertanyaan.

Aza menatap Elin malas, lengannya berusaha menyingkirkan tangan Elin dari sana. "Ray ada di tempat dimana tidak akan pernah bisa lo temukan!"

"Aku mohon jangan pernah sakiti Ray. Kalau kamu benci sama kita limpahkan semuanya padaku, sakiti aku semaumu tapi jangan pernah menyakiti orang yang aku sayangi,"

"Miris banget lo ngemis-ngemis gini demi Ray. Sayangnya gue udah terlanjur membuat Ray benci sama lo," ucap Aza seraya memberikan jeda di sela-sela kalimatnya. "Tapi bagaimana kalau gue udah ngelakuin suatu hal yang lo takuti itu,"

Elin menggelengkan kepalanya cepat, ia mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Gadis itu berusaha berpikir positif bahwa Aza tidak akan melakukan hal sekeji itu. "Gak mungkin kamu melakukan hal itu. Video itu bohong kan itu semua akal-akalan kamu untuk menakutiku, sekarang di mana Ray?!"

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang